Menjadi Juragan dari Banyak Franchise

Banyak yang menyebutkan, franchise merupakan jalan paling ideal bagi karyawan untuk memulai bisnis. Ternyata banyak dari mereka yang sukses berbisnis dengan memiliki banyak gerai franchise.

Dalam dua tahun terakhir telah lahir sekitar 20.000 pengusaha baru. Mereka muncul dari sektor bisnis franchise atau sistem usaha yang mirip dengan itu seperti business opportunity (BO). Data itu didapat dari perkembangan jumlah gerai sejak tahun 2006 hingga pertengahan tahun ini.

Pada tahun 2006 jumlah franchise di Indonesia berdasarkan data dari Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) sebanyak 450 franchise dengan rincian 220 franchise asing dan sisanya franchise lokal. Jumlah gerai yang ada saat itu sebanyak 10.000 gerai. Tahun ini menurut ketua AFI Anang Sukandar, jumlah franchise dan BO mencapai 850 usaha dengan jumlah outlet sebanyak 30.000 gerai. Jika diambil moderatnya saja bahwa tiap franchisee memiliki dua gerai maka akan terdapat 10.000 pengusaha baru yang lahir dari sistem usaha ini dalam kurun waktu tak sampai dua tahun. Dari pengakuan para franchisor banyak franchisee-nya yang memiliki lebih dari satu cabang.

Bisa disebut ini langkah maju yang patut disyukuri. Apakah kecenderungan ini akan terus berkembang sehingga akan melahirkan banyak pengusaha baru dari sistem franchise? Ada banyak nada optimistis. Franchisor yang baru saja mengikuti ajang pameran tahunan International Franchise, License & Business Concept Expo and Conference 2008 terbukti mendapatkan banyak prospek franchisee. Bahkan ada yang kewalahan untuk memenuhinya. Pameran itu juga menunjukkan munculnya tawaran-tawaran franchise baru yang mendapat sambutan masyarakat. Bisa disebut sistem usaha ini makin menggiurkan dan menjadi gantungan banyak orang.

Franchisee-Franchisee Juragan

Namun tak semua calon franchisee melihat pameran sebagai satu-satunya ajang perburuan franchise. Ada sejumlah orang yang mencari franchise dari titik nol. Mereka antara lain ikut membidani lahirnya franchise baru dan dirinya jadi franchisee pertamanya. Lalu seperti bagaimana para franchisee itu memburu franchise idamannya?

Rully Kustandar mengaku memiliki banyak cara mencari franchise. Pameran termasuk salah satu cara yang juga ia tempuh. Selain itu ia juga mencari franchise dari komunitas bisnisnya di Entrepreneur University. Di komunitas ini memang banyak pilihan franchise yang bisa ia ambil. Dan untungnya, ia kenal dengan franchisor-nya sehingga punya kesempatan bertanya lebih detail sebelum menentukan pilihan.

Franchise pertama yang ia ambil adalah Auto Bridal yang ia dirikan pada tahun 2007 lalu. Untuk investasi gerai cuci dan salon mobil ini ia menanamkan investasi sekitar Rp 600-an juta. Rully rembukan dengan dua orang mitranya untuk mendirikan Auto Bridal BSD, Tangerang. Pada awalnya ia turun langsung mengelola gerai Auto Bridal. Namun belakangan pengelolaannya sudah ia tinggalkan dan Auto Bridal BSD sudah bisa running sendiri. “Meskipun belum balik modal tapi pemasukannya sudah stabil,” tutur Rully.

Rully termasuk franchisee yang inovatif. Di gerainya ia lakukan sejumlah inovasi dengan berkonsultasi pada franchisor-nya, Hendry Indraguna. Inovasi yang ia lakukan seperti layanan membership, kini malah sudah dilakukan pula oleh franchise Auto Bridal untuk seluruh jaringan gerainya. Menurut Rully omset Auto Bridal BSD mencapai sekitar Rp 30-an juta sebulan. Dengan inovasi dan sistem pengelolaan yang dikembangkannya, jangan heran jika Auto Bridal BSD menjadi franchise terbaik Auto Bridal.

Rupanya Rully ketagihan juga mengelola gerai franchise. Sukses dengan Auto Bridal ia kemudian mencari franchise lain. Franchise yang diambilnya kemudian adalah Circle K. Ia mengeluarkan investasi sampai Rp 700 juta untuk mendirikan gerai ritel asal Amerika Serikat itu. “Secara bisnis memiliki gerai Auto Bridal dan Circle K itu beda,” ujar mentor di Entrepreneur University itu. “Jika di Auto Bridal kita bisa ikut melakukan inovasi, di Circle K kita hampir tak bisa melakukan itu karena sistemnya sudah jalan,” katanya. Karena sistem yang sudah bagus, menurut Rully, dirinya sebagai franchisee tinggal mengikutinya saja. Tapi ia menyebut, di situlah enaknya jadi franchisee Circle K, uang seolah datang sendiri.

Rully mengeluarkan modal sampai Rp 700-an juta untuk bisa memiliki gerai Circle K di Bogor. Dan ia masih mengincar lokasi lain untuk mendirikan gerai Circle K berikutnya. “Saya kira mengelola usaha yang dimulai dari nol dan mengelola usaha dengan sistem franchise memiliki kepuasan sendiri-sendiri,” paparnya.

Yang menarik, ia tak cuma berkutat di bisnis franchise tertentu. Ini bisa dilihat juga dari jenis bisnis Auto Bridal dan Circle K. Jika di Auto Bridal ia mengelola bisnis salon dan pencucian mobil, di Circle K ia menjalankan bisnis ritel. Ia kemudian menjadi master franchise dari Kebab Turki Baba Rafi untuk wilayah Lombok, Nusa Tenggara Barat, yang notebena bergerak di bidang makanan khas Timur Tengah (kebab). “Saya joinan dengan teman di sana untuk jadi master franchise Kebab Turki,” akunya.

Mitranya adalah aktivis di komunitas Entrepreneur University Lombok. Dipilihnya Lombok karena, menurut dia, Lombok sangat kuat tradisi Islamnya dan yang ditawarkan adalah kebab, makanan khas Timur Tengah. Uniknya kerjasama ini terjalin karena antara dirinya dan mitranya, juga franchisor Kebab Turki (Hendy Setiono), sama-sama aktif di komunitas Entrepreneur University. Ia tak menyebutkan berapa investasinya.

Belakangan ia mencoba melirik franchise di bisnis lain. Kali ini ia menjalankan franchise pendidikan yang dikembangkan oleh Desak Made Hugeshia Dewi alias Hughes. Rully menjadi franchisee pertama jaringan pendidikan home schooling itu. Sayangnya, ia belum mau memberi tahu berapa investasi yang ia keluarkan untuk pembukaan Hughes Schooling di Bogor itu.

Berbeda dengan Rully, Agus Ali tampaknya setia dengan satu franchise. Agus dalam blog-nya menulis, ia pertama kali membuka gerai Auto Bridal pada April 2007 di Cipinang, Jakarta Timur. Bisnis ini, menurutnya sangat cocok dengan dirinya setelah ia mencoba bisnis lain yang akhirnya gagal. “Sampai pada suatu titik saya mendapatkan model bisnis yang menurut saya ‘Gua Banget’. Saya coba untuk ikutan membuka franchise Auto Bridal, bisnis jasa otomotif untuk cuci dan salon mobil. Saya katakan ‘Gua Banget’ karena ini hobi saya,” paparnya dalam blog-nya.

Sebelum terjun ke bisnis ia adalah karyawan di Kramayudha Tiga Berlian. Sambil bekerja ia membuka usaha garmen di Mangga Dua yang kemudian tutup. Namun ia merasa cocok dengan Auto Bridal. Setelah pembukaan gerai di Cipinang itu, ia kemudian membuka gerai Auto Bridal lain. Kini Agus mengelola tiga gerai Auto Bridal yaitu yang di Cipinang (Jakarta), Cimanggu dan Semeru Bogor. “Yang punya saya cuma yang di Cipinang sedang dua lainnua punya teman saya,” ujar Agus. Sang teman, katanya, malah memiliki banyak franchise mulai dari Auto Bridal, Shop & Drive, dan beberapa franchese lain.

Ada sejumlah franchisee lain yang sukses mendirikan banyak gerai franchise,  baik dari satu franchise atau berbagai franchise. Budi Rachmat, misalnya, punya beberapa gerai Afamart. Yang, menarik para franchisee sukses dengan banyak gerai ini  memiliki latar belakang karyawan sebelumnya atau punya usaha lain. Apakah ini berarti, para franchisee sukses itu umumnya bertangan dingin jika sebelumnya jadi karyawan atau sudah mengelola bisnis lain? (Sumber: www.majalahduit.co.id/DEN)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.