Menikmati Siaran TV Asing di Mobil

DSC_1366
Irwan Garniwan General Manager Sales & Distribution M2V Mobile Television

Masyarakat yang tingal di Jakarta punya cara sendiri-sendiri mengatasi kemacetan yang membosankan, yang bisa membuat emosi naik turun. Pengendara motor bisa berzig-zag di sela-sela roda empat dan angkutan. Penumpang bus umum biasanya tidur, baca koran atau berinternet lewat ponsel.

Agak susah bagi pengemudi mobil pribadi. Sebab mereka harus berkonsentrasi penuh. Tapi buat penumpangnya, mereka bisa melakukan banyak hal. Salah satunya adalah nonton televisi di mobil. Tidak saja menonton saluran televisi nasional, tapi juga tv berbayar yang banyak menyiarkan program luar negeri.

“Saat M2V masuk ke pasar, siaran televisi sudah bisa diterima di mobil, tapi masih menggunakan analog. Dan, siarannya masih sebatas televisi nasional. Kami melihat ada potensi bisnis di mobile televisi yang menggunakan sistem digital dan saat itu juga belum ada yang menjalankan tv berlangganan,” kata Irwan Garniwan General Manager Sales & Distribution M2V Mobile Television.

Meski sudah hampir empat tahu lalu layanan televisi berbayar untuk mobil pribadi hadir di wilayah ibukota dan sekitarnya, tapi belum banyak yang tahu mengenai layanan ini. Hanya mereka yang ingin melengkapi mobilnya dengan televisi dan sudah mencari perangkat tv ini di toko aksesori mobil biasanya akan sekalian ditawari paket berlangganan.

“Kami hadir pertama pada tahun 2007 di acara IIMS. Selama ini, kami melakukan penjualan sekaligus promosi melalui toko-toko aksesori mobil. Sehingga, keberadaan kami belum terlalu banyak yang tahu,” tambah Irwan Garniwan yang juga menyebar tim sales ke gedung-gedung dan perkantoran.

Waktu diluncurkan pertama kali, untuk sebuah produk layanan baru, penerimaan masyarakat cukup bagus. Padahal, saat itu promosi masih sangat minim. Salah satu penyebab belum masifnya komunikasi ke konsumen adalah masih terbatasnya coverage M2V. Sekarang ini, jangkauan M2V masih berada di kisaran Jakarta. Ada beberapa daerah di sekitar ibukota yang sudah terjangkau, tapi masih sedikit sekali. Di antaranya, sebagian wilayah Tangerang dan Bogor yang masih berbatasan dengan Jakarta.

Market utama dan pertama M2V adalah mobil pribadi. Dua tahun lalu, ada perusahaan taksi yang sudah memasangi semua armadanya dengan tv berlangganan M2V. Tapi, jumlahnya masih jauh dibandingkan pengguna mobil pribadi. “Sekarang ini, sudah ada dua perusahaan taksi yang menggunakan layanan kami, yaitu TransCab dan Premium Taxi,” tambah Irwan.

Komposisi antara mobil pribadi dan taksi sangat mencolok. Mobil pribadi menguasai 90 persen pasar, sisanya—10 persen—perusahaan taksi. Dilihat dari wilayahnya, Jakarta menguasai 80 persen total konsumen.

Bagaimana pertumbuhan pasarnya? Perlu diketahui bahwa M2V adalah pemain pertama dan satu-satunya di bisnis mobil televisi. Umumnya pasar yang masih dipegang satu pemain, biasanya pertumbuhannya tidak terlalu cepat. “Meski begitu, pertumbuhan M2V per tahunnya cukup tinggi. Pertumbuhan tahun 2009 dibanding sebelumnya bisa mencapai 50 persen,” tambah Irwan. Sekarang ini, pelanggan M2V hampir menyentuh angka 10 ribu.

Bila melihat gender, sebagian besar pelanggan adalah laki-laki. Kisaran umur terbanyak antara 35–44 tahun. Mungkin karena paket-paket yang tersedia kebanyakan disukai para pria. Seperti ESPN, Discovery, Star Movies, Star Sport, BBC World, dan lainnya. Tapi, paket-paket untuk keluarga dan anak juga tersedia. Semisal, Nickeledeon, Spacetoon, dan lainnya. Sedangkan tipe mobil yang kebanyakan memakai M2V adalah jenis MPV.

Ujung tombak penjualan M2V ada di toko-toko aksesori mobil, karena kekuatan toko-toko aksesori untuk mempengaruhi pembeli cukup besar. Apalagi, harga berlangganan per bulannya pun cukup terjangkau. Untuk paket basic per bulannya Rp 99 ribu. Kalau mengambil semua paket siaran yang jumlahnya 16 kanal plus satu kanal yang diproduksi M2V sendiri, harganya Rp 221 ribu. Sedangkan harga eceran tertinggi Mbox—receiver bagi M2V—di angka Rp 2 juta, belum termasuk paket berlangganan.

Selain itu, M2V juga melakukan penjualan langsung ke kantor-kantor. Kemudian, mereka bekerja sama dengan perusahaan monitor mobil untuk membuat paket. Atau, bersama dengan para ATPM menyelenggarakan paket promo penjualan mobil mendapatkan M2V.

Padahal, bisnis ini memiliki potensi yang sangat besar. Tidak perlu menghitung total mobil yang ada di negara ini. Kita persempit dengan mobil-mobil mewah saja.  Alasannya, segmen yang disasar M2V adalah kelas ekonomi B ke atas yang kebanyakan menggunakan sopir pribadi. “Memang, untuk bisa menikmati siaran televisi kita harus tidak dalam posisi menyopir. Di sisi lain, supaya keamanan berkendaraan tetap terjaga. Jumlah jenis konsumen seperti ini cukup besar di kota-kota besar,” terang Irwan.

Sejauh ini, M2V tidak buru-buru untuk melakukan ekspansi ke kota lain. Fokus utama saat ini adalah menyempurnakan kualitas siaran yang ada di Jakarta. Pada dasarnya, penerimaan siaran di wilayah ini sudah cukup bagus. Hanya terkadang saja ada gangguan, namun bisa cepat diperbaiki. (Majalah MARKETING/Ign. Eko Adiwaluyo)

This article powered by eXo Digital Agency. eXo is a digital media agency serving local and international brands ranging from SME (small and medium enterprises) to multinational companies from various industries. We are an all-round agency with tremendous experience in digital activation, social media, search engine marketing, interactive game, web and software development.

1 COMMENT

  1. Melihat kondisi dan letak geographis wilayah indonesia sudah semestinya layanan mobile television ini dapat di nikmati baik di transportasi darat antar propinsi, transportasi laut dan angkutan sungai, danau dan penyebrangan.

    Pelayanan contents ini bisa mendongkrak minat calon pelanggan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.