Marketing.co.id – Persaingan di industri TV sudah semakin ketat. Untuk bisa bersaing, DAAI TV tidak mengikuti penuh TV yang sudah ada. Stasiun ini mengusung konsep yang berbeda dengan TV lainnya untuk menggaet pemirsa. Konsep apa yang ditawarkan dan bagaimana strateginya dalam menggarap pasar?
Tayangan program televisi di Indonesia beberapa tahun lalu sempat diramaikan oleh program acara berbau mistis. Waktu itu, hampir semua stasiun televisi memiliki acara “dunia lain” dengan beragam versi. Tidak bisa dipungkiri, masyarakat Indonesia memang menyukai tayangan seperti itu. Mereka pun tertarik jenis tayangan lain yang menonjolkan kemewahan dan budaya konsumerisme serta konflik rumah tangga, seperti yang sering tersaji lewat tayangan sinetron.
Lain halnya dengan stasiun TV yang satu ini, yang bernama DAAI TV. Stasiun TV yang pertama kali mengudara pada Mei 2007 di Medan dan kemudian menyusul di Jakarta pada Agustus di tahun yang sama ini mengusung ajaran cinta kasih, saling menghormati, tenggang rasa, saling menolong dan rukun terhadap sesama, serta mencintai alam. DAAI TV—dibaca ta-ai, yang berarti “cinta yang besar” (great love) adalah stasiun TV yang berpusat di Taiwan dengan komposisi 60% program acara lokal dan 40% program impor.
“DAAI TV ini memang memiliki konsep yang berbeda. Kami hadir dengan diferensiasi berupa nilai-nilai kemanusiaan yang baik, yaitu tentang cinta kasih, saling menghormati antarsesama, dan juga tentang pentingnya rasa bersyukur,” ungkap Hong Tjhin, CEO PT Duta Anugerah Indah – DAAI TV, yang ditemui di kantor DAAI TV, di bilangan Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.
DAAI TV, menurut Hong Tjhin, memiliki positioning sebagai televisi cinta kasih yang ditonton oleh seluruh anggota keluarga sehingga diharapkan tidak akan ada lagi kekerasan atau hal-hal yang berbau pornografi, ataupun sesuatu yang berbau takhayul dan bersifat instan. Dia meyakini, realitas di masyarakat memerlukan nilai-nilai budaya seperti kerja keras, ulet, rajin, dan inovatif (kreatif). Oleh karenanya, dari berbagai program acara yang dimiliki DAAI TV, program unggulannya adalah Drama Kisah Nyata, yang mengandung nilai-nilai positif, seperti rajin, ulet, dan tekun.
Pada mulanya segmen pemirsa DAAI TV lebih banyak dari kalangan ibu rumah tangga dengan SES B-C-D (kelas menengah-bawah) dan rata-rata usia 25–50 tahun. Saat ini, segmen pemirsa DAAI TV terlihat mulai melebar. Banyak juga kalangan pria yang menonton tayangan DAAI TV dengan SES menengah-atas.
Hong Tjhin melihat potensi pasar DAAI TV sangat besar. Dia meyakini, masyarakat membutuhkan nilai-nilai humanis sebagai pijakan untuk mengisi peradaban supaya seimbang. Menurutnya, saat ini mulai ada perkembangan positif, dengan mulai banyaknya media yang mengusung tema kemanusiaan dalam konten/program acara mereka. Masyarakat Indonesia sendiri adalah masyarakat penonton TV yang 33% terdiri dari anak-anak berusia di bawah 15 tahun, yang menghabiskan waktu sekitar 2 jam per hari untuk menonton televisi. Dia juga yakin, TV berperan besar dalam memberikan informasi tentang dunia nyata dan sangat berpengaruh dalam membentuk opini dan karakteristik seseorang.
“Makanya, target kami ke depan adalah memperbanyak program yang membidik segmen anak-anak, baik lewat program kartun atau lewat cerita dongeng. Dan tentu saja dengan konsep dasar siaran berupa ajaran tentang cinta kasih,” terang Hong Tjhin.
Untuk menggaet pemirsa, DAAI TV telah melakukan serangkaian program pemasaran. Salah satunya adalah promosi program drama yang mengandung unsur komedi lewat media sosial (Facebook dan Twitter). Langkah tersebut dilakukan untuk menyikapi tren yang berkembang saat ini, dengan semakin maraknya penggunaan media sosial di tengah masyarakat, khususnya di kalangan anak muda. Untuk kegiatan promo ini, DAAI TV sampai perlu menggandeng konsultan media sosial. DAAI TV juga banyak melakukan aktivitas off air di sekolah-sekolah di wilayah Jabodetabek. Sedikitnya 5% dari total revenue digelontorkan untuk aktivitas promosi.
“Kami juga sudah empat tahun menjalankan program Global Warming Award yang merangkul segmen anak muda untuk membuat tayangan iklan masyarakat tentang pentingnya pelestarian alam dan isu-isu lingkungan hidup, sebagai cara untuk meningkatkan brand awareness DAAI TV di kalangan anak muda. Dari program ini, telah terjadi peningkatan baik dalam hal jumlah peserta maupun pemahaman tentang isu-isu lingkungan,” ungkap Hong Tjhin.
Hong Tjhin mengungkapkan, sebenarnya di luar negeri juga ada stasiun TV dengan konsep yang sama seperti yang ditawarkan DAAI TV. TV ini terkenal dengan nama Public Broadcast System (PBS) dan sifatnya nonprofit. Sementara di Indonesia, hanya dikenal TV for profit. “Banyak orang bilang tidak ada iklan di DAAI TV, tapi sebenarnya ada, yakni berupa iklan layanan masyarakat. Perusahaan membayarnya ke DAAI TV. Semacam CSR (corporate social responsibility) bagi perusahaan dan menjadi sumber revenue utama bagi DAAI TV,” ujarnya.
Untuk mendorong kemajuan DAAI TV di masa mendatang, menurut Hong Tjhin, pihaknya akan terus berinovasi, mencoba meramu program siaran sesuai selera pasar yang disesuaikan dengan kondisi zaman. Namun, ini tetap dilakukan berdasar ajaran cinta kasih.