Mengenal Lebih Dekat Suku Sasak – Lombok

[Reading Time Estimation: 3 minutes]

www.marketing.co.id – Suku Sasak adalah penduduk asli yang mendiami Pulau Lombok. Kata Sasak sendiri berasal dari kata “sa’-saq” yang berarti satu, atau secara menyeluruh dikaitkan dengan pulau tempat tinggalnya dengan sebutan “Lombok Sasak Mirah Adhi” yang berarti “Kejujuran merupakan permata hidup yang utama.”

Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah Bahasa Sasak, hanya generasi muda yang mengenyam pendidikan sekolah yang menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa penghantar dengan masyarakat di luar suku mereka.

Sasak2

Mayoritas suku Sasak memeluk agama Islam yang dipengaruhi oleh ajaran Hindu dan Animisme. Sedang mata pencaharian mereka, umumnya bertani dan berternak sementara para wanitanya memintal atau menenun kain ikat sebagai pekerjaan sampingan.

Lebih dekat mengenal suku yang lebih mengutamakan perkawinan antar saudara (sepupu) ini, Anda akan semakin mengetahui bagaimana suku Sasak tidak hanya bertahan, namun terus berusaha melanjutkan adat kebiasaan serta budaya peninggalan nenek moyangnya.

Hal menarik dalam proses perkawinan suku Sasak, yakni adanya tradisi merarik atau kawin lari. Perkawinan semacam ini dinyakini berharga, karena dianggap sang lelaki berani dalam memperjuangkan cintanya.

Sedangkan menilik dari tempat tinggalnya, rata-rata rumah di perkampungan suku Sasak mempunyai bentuk dan luas yang hampir sama, dengan arah menghadap Gunung Rinjani yang dipercaya sebagai tempat bersemayamnya roh leluhur mereka.

Rumah-rumah tersebut dibangun dengan bahan-bahan alami, pilarnya dari bambu atau kayu yang ditutup dengan dinding anyaman bambu, atapnya dari rumbia, dan lantainya dari tanah yang dipadatkan dengan campuran getah pohon, abu jerami dan kotoran kerbau.

Penggunaan kotoran kerbau, sekilas mungkin terkesan jorok bagi anda, akan tetapi faktanya justru membuat lantai rumah-rumah suku Sasak lebih keras dan membuat udara dalam ruangan menjadi lebih hangat kala musim hujan.

Ruangan di dalam rumah tradisional tersebut dibagi menjadi dua bagian, yakni bale dalam yang bersifat pribadi terdiri atas tempat tidur yang disekat dengan dapur. Dan bale luar yakni tempat untuk menerima tamu walau tidak ada meja kursi seperti umumnya rumah.

Diantara bale dalam dan luar terdapat tiga (3) anak tangga yang mempunyai arti filosofi tentang tahapan hidup manusia; kelahiran, tumbuh menjadi dewasa dan kematian.

Semua bangunan rumah yang ada tidak mempunyai ruangan sanitary (toilet). Suku Sasak tempo dulu melakukannya di sungai atau diantara rimbun ilalang/belukar. Namun saat ini pemerintah daerah telah memberi bantuan dalam bentuk toilet umum, sehingga tidak merubah bentuk asli bangunan.

Sasak1

Selain bangunan rumah, juga terdapat bangunan lumbung padi dan kandang ternak (bare). Di sinilah petani suku Sasak menyimpan hasil panennya (padi). Mereka sengaja tidak menjual, ini telah dilakukan selama puluhan tahun untuk memastikan tercukupinya kebutuhan beras bagi seluruh penduduk kampung.

Bangunan lainnya yang merupakan ikon suku Sasak adalah berugak, yakni bangunan panggung terdiri dari empat atau enam pilar dengan lantai papan kayu tanpa dinding berfungsi sebagai aula, tempat berkumpul ataupun tempat diselenggarakannya pesta perkawinan.

Apabila Anda berkesempatan berkunjung ke Pulau Lombok, sempatkan untuk mengenal lebih dekat suku Sasak di salah satu atau ke-tiga desa yang masih mempertahankan tradisinya tersebut;

1)        Kampung Sade, Desa Rambitan, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah. Sekitar 15 menit dari Bandara Internasional Lombok-Praya.

2)        Kampung Limbungan, Desa Parigi, Kecamatan Suwela, Lombok Timur.

3)        Kampung Segenter, Desa Sukadana, Kecamatan Bayan, Lombok Utara.

 

Penulis: Wedhya Wardani

Penyunting: Wahid Fauzan

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here