Marketing – Seiring dengan perkembangan internet dan tersebarnya koneksi berkecepatan tinggi di rumah dan kantor, sarana untuk mendukung fleksibilitas di tempat kerja menjadi semakin bertambah. Namun, fleksibilitas tersebut harus didukung oleh pendekatan yang berbeda terhadap cara kerja konvensional, karena yang berubah bukan hanya pada jam kerja saja.
Perubahan juga melibatkan pendesainan ulang pekerjaan, tunjangan asuransi atau perubahan pola serta lokasi pekerjaan, untuk memenuhi kebutuhan karyawan dan bisnis dengan lebih baik. Saat ini, perusahaan menjadikan fleksibilitas dalam pekerjaan sebagai keuntungan bagi para karyawan sehingga mengabaikan hubungan antara peningkatan loyalitas dan produktivitas dibalik keuntungan tersebut.
Antonio Mazza, Manajer Teknologi Robert Walters mengatakan bahwa fleksibilitas di tempat kerja sejalan dengan beberapa tren yang sedang berpengaruh di tengah masyarakat – meningkatnya jumlah ibu yang kembali pekerjaan penuh waktu, serta penyeimbangan kembali tanggung jawab untuk mengasuh anak. Hal-hal tersebut mendorong ‘pekerjaan yang fleksibel’ ke puncak pilihan para pencari kerja.
“Kerja fleksibel bukan hanya bermanfaat bagi kesejahteraan, komitmen, dan efisiensi di tempat kerja, tetapi juga memberikan keunggulan kompetitif bagi strategi perekrutan Anda,” tambahnya.
Kunci keberhasilan dalam penerapan fleksibilitas di tempat kerja adalah keterbukaan dan keselarasan dalam mengukur hasil dan kesuksesan, sehingga dukungan dari tingkat bawah menjadi penting. Lalu, apa cara terbaik untuk melakukannya? Robert Walters Indonesia membagikan wawasannya tentang cara terbaik untuk mendorong dan menerapkan fleksibilitas di tempat kerja untuk perusahaan Anda:
- Kustomisasi adalah kunci
Kostumisasi adalah salah satu kunci sukses dalam menerapkan kebijakan fleksibilitas di tempat kerja. Perusahaan harus memahami bahwa setiap karyawan berbeda – latarbelakang serta kebutuhan akan fleksibilitas dalam dunia kerja. Daripada menerapkan kebijakan ‘satu untuk semua’, cobalah melakukan survei internal untuk mengidentifikasi demografi karyawan , sehingga penerapan kebijakan fleksibilitas di tempat kerja dapat disesuaikan per kelompok karyawan.
Pada buku panduan teknologi terbaru kami yang berjudul “Five Lesson in Tackling the Tech Talent Shortage”, 57% dari para professional di bidang teknologi akan menyetujui kenaikan pendapatan yang lebih kecil apabila ditawarkan manfaat lain yang lebih tepat. Walaupun jam kerja yang fleksibel menjadi manfaat yang paling populer, para professional di bidang teknologi yang disurvei memiliki beragam preferensi lain. Beberapa manfaat lain yang populer selain jam kerja yang fleksibel adalah asuransi untuk diri sendiri dan keluarga, bekerja dari jarak jauh serta tunjangan untuk pembelajaran dan pengembangan.
- Keseimbangan antara karir dan keluarga tidak lagi menjadi masalah bagi gender tertentu
Pada umumnya, pendorong utama untuk kebijakan fleksibilitas di tempat kerja adalah keluarga dan tanggung jawab akan anak. Dengan kondisi talent shortage yang dihadapi saat ini, kami mendorong lebih banyak perempuan untuk kembali memasuki dunia kerja setelah cuti hamil. Selain itu, kini, tanggung jawab akan keluarga dan anak dapat dibagi secara lebih adil antara suami dan anak.
Perusahaan harus menyadari bahwa untuk mendorong dan mendukung keragaman gender di tempat kerja, fleksibilitas dalam bekerja menjadi penting baik untuk laki-laki dan perempuan karena laki-laki terus memainkan peran yang lebih besar dalam pengelolaan kebutuhan keluarga sehari-hari.
Di lain sisi, kami memahami bahwa akan ada hambatan dalam penerapan kebijakan fleksibilitas di tempat kerja. Sebagian besar perusahaan yang telah kami tangani menyatakan bahwa mereka khawatir untuk tidak memperlakukan semua karyawan secara adil dan juga ketakutan akan penyalahgunaan karyawan atas kebijakan fleksibilitas yang sudah diberikan, dan kesulitan dalam mengawasi karyawan di bawah kondisi kerja tersebut. Untuk mengatasi ini, kami sangat menyarankan perusahaan untuk:
- Ciptakan budaya fleksibilitas yang terbuka
Memiliki kebijakan kerja yang fleksibel tidaklah cukup; organisasi juga harus menciptakan budaya di mana karyawan tidak merasa akan dirugikan dengan memanfaatkan pengaturan kerja yang fleksibel. Perusahaan harus memastikan bahwa pengaturan kerja yang fleksibel terlihat tertanam dalam pengoperasian sehari-hari dan dibahas secara terbuka baik di seluruh organisasi maupun di tingkat tim.
Dalam hal ini manajer lini harus didorong untuk membahas pengaturan kerja yang fleksibel dengan semua anggota tim untuk memastikan bahwa setiap orang diperlakukan setara dan adil.
- Menyetujui langkah-langkah kinerja dan memantau hasil dengan karyawan
Untuk mengatasi ketakutan akan penyalahgunaan kebijakan kerja yang fleksibel dan kesulitan dengan pengawasan, baik manajer maupun karyawan harus menyepakati harapan dan ukuran keberhasilan yang diharapkakan dari karyawan. Pada akhirnya, pengaturan ini harus dirancang untuk memungkinkan karyawan bertanggung jawab atas hasil mereka sendiri, memotivasi mereka untuk memperoleh hasil yang berkualitas.
Karyawan juga harus terlibat dalam diskusi terbuka dan teratur tentang efektivitas pengaturan kerja yang sedang berlangsung, dan merasa nyaman untuk beradaptasi sesuai kebutuhan. Namun penting bahwa tinjauan apa pun tidak terlalu formalkarena hal ini secara implisit dapat menghambat pengaturan kerja yang fleksibel.
Pada akhirnya, di era tempat kerja modern ini, pengaturan kerja yang fleksibel diperlukan untuk mengakomodasi perubahan norma sosial dan dinamika keluarga yang terus berubah. Tetapi mereka juga dapat memberikan keunggulan kompetitif bagi bisnis dengan meningkatkan produktivitas, meningkatkan kebahagiaan dan keterlibatan karyawan, dan menarik talenta terbaik. Pengusaha perlu berhenti hanya mengandalkan remunerasi dan berinvestasi lebih banyak dalam pembelajaran dan pengembangan, branding tenaga kerja, dan pengaturan kerja fleksibel.