Menjelang pesta demokrasi, setiap partai sibuk memasarkan program partai dan wakil-wakilnya. Bagaimana strategi partai berlambang banteng bermoncong putih ini?
Dalam dunia marketing, direct selling adalah metode penjualan langsung, yang memungkinkan si pemilik usaha atau pelaku marketingnya bertatap muka dengan konsumen. Keuntungannya, kita bisa mengetahui secara langsung kebutuhan konsumen.
Konsumen juga akan lebih percaya karena bisa melihat kondisi produk. Bahkan ketika terjadi penolakan, Anda bisa mengetahui penyebabnya. Apakah itu terjadi karena konsumen tidak membutuhkannya, tidak tertarik dengan produk Anda, atau faktor lain. Hal tersebutlah yang kemudian diadopsi PDIP untuk melihat kondisi “pasar” mereka.
“Kalau dalam bahasa marketing, kami menggunakan strategi direct selling untuk melakukan kampanye,” ucap Nurmansyah Tanjung, caleg PDI-P dapil Jawa Barat V, ketika ditemui di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan.
Gaya turun ke jalan dan membaur dengan masyarakat memang sangat identik dengan Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo yang diusung oleh partai berlogo banteng moncong putih. Dan masih dalam partai yang sama, Tri Rismaharani pun melakukannya di Surabaya.
Bagaimana Direct Selling Bisa Sangat Efektif Bagi PDI-P?
Jika diperhatikan, tidak hanya PDI-P dan kader-kadernya saja yang telah menerapkan metode turun ke lapangan, banyak pula tokoh lain dari partai pesaing. Lantas bagaimana direct selling dianggap sangat efektif bagi partai yang dikomandoi oleh Megawati Soekarnoputri?
Konsistensi adalah jawabannya. Kader yang secara teknis diaku oleh Nurmansyah ibarat sales ini secara konsisten melakukan aksi turun ke jalan. Bukan hanya memberi bantuan kepada masyarakat bawah, tapi juga memberikan pendidikan akan pentingnya politik untuk kehidupan bangsa, serta memperkenalkan berbagai program partai.
“Jika dipersentasekan, sekitar 90% untuk blusukan, sedangkan sisanya melalui media. Atau mungkin secara praktik, iklan di media bahkan tak lebih dari 5%,” pungkas Nurman.
Menurutnya, kader itu ibarat etalase sebuah partai. Jadi jika tokoh suatu partai memiliki image yang baik di mata masyarakat, hal itu juga akan membawa nilai positif ke partai yang mengusungnya.
“Selain kader-kader yang turun ke jalan, kami juga kerap melakukan pengenalan partai dengan mengadakan konser musik, dan event-event lain seperti lomba futsal. Hanya sebatas pengenalan partai, untuk mereka yang masih belum kenal dengan PDI-P,” tambah pria yang juga menjabat sebagai Sekjen Baitul Muslimin Indonesia.
Publisitas Vs Iklan
Strategi lainnya adalah teori publisitas. Pemberitaan di media memang sangat memengaruhi sentimen publik, dan inilah yang kemudian digunakan oleh PDI-P dalam berkampanye.
Sekarang coba Anda pikirkan, mana yang lebih dipercaya oleh publik, pemberitaan tentang nilai positif atau sebuah iklan? Tentu saja nilai pemberitaan akan lebih kuat menempel di benak masyarakat.
Nah, dengan menerapkan direct selling (aktif menerapkan kegiatan positif bersama masyarakat dan sebagainya), merek akan lebih mudah mendapatkan publisitas dari media massa. Hal itu terjadi pula pada partai politik.
“Ada semacam product concept dalam dunia marketing yang jika konsep produknya bagus, maka akan banyak pula yang memberitakan. Ini bisa dilakukan dengan turun ke jalan,” terang Nurman.
Sementara itu, sikap skeptis masyarakat juga berkaitan erat dengan publisitas mengenai partai politik yang selalu buruk. Alasan ini juga yang menjadi dasar kenapa PDI-P menganggap bahwa direct selling dan publisitas itu penting.
“Makanya itu, kita selalu memberikan bukti-bukti kepada mereka dengan turun ke lapangan. Ibarat produk, masyarakat pasti tahu, mana produk yang berkualitas dan mana yang bukan,” papar Nurman.
Target Pasar
Layaknya sebuah produk, partai juga memiliki target pasar sendiri-sendiri dalam memperkenalkan mereknya. Untuk PDI-P, masyarakat menengah ke bawah adalah target pemilih mereka. Alasannya karena itu sesuai dengan visi programnya.
“PDI Perjuangan itu partai yang berorientasi kerakyatan. Jadi kami ingin lebih dekat dengan rakyat bawah. Untuk itu kami menargetkan kalangan bawah,” terang Nurman.
“(Caranya) kami mengumpulkan tokoh masyarakat kemudian memberikan informasi tentang partai kami. Kenapa kami pilih tokoh masyarakat? Karena yang lain akan mengikuti tokoh-tokoh mereka,” lanjutnya.
Intinya, apapun strategi yang diterapkan, kampanye adalah cara memperkenalkan merek Anda kepada khalayak. Sementara tepat atau tidaknya, semua balik lagi kepada, apakah cara Anda bisa diterima oleh target market Anda atau tidak.