Masih Kesampingkan Image Building Demi Sales

Branding_01Marketing.co.id – Banyak faktor yang berperan serta menunjang kinerja sebuah perusahaan agar siap tanding di kancah kompetisi. Salah satunya adalah kemampuan untuk menciptakan dan memperkokoh kesadaran masyarakat akan produk perusahaan yang ditawarkan atau yang dikenal dengan istilah branding.

Pada dasarnya, branding merupakan sebuah proses panjang yang tidak bisa dilakukan dalam sekejap mata. Brand Consultant & Ethnographer, Amalia E. Maulana mengungkapkan, ada dua poin penting dalam branding meliputi dua langkah yakni image building dan activation.

Image building lebih dilakukan secara indirect dan memprioritaskan pada awareness serta knowledge sebuah brand di benak konsumennya.

Tahap kedua adalah brand activation, yaitu kegiatan pemasaran yang menitikberatkan pada sales oriented melalui trial dari konsumen. Activation ini dilakukan secara direct. Namun sayangnya, kecenderungan branding yang terjadi pada beberapa industri di tanah air justru tidak seimbang.

Semakin banyak pemilik brand yang menyadari pentingnya brand activation, sehingga tahapan ini sangat digemari. Bahkan, beberapa diantaranya mengesampingkan tahap image buiding.

“Tuntuan pasar semakin ketat. Pemilik brand tidak bisa hanya mengandalkan komunikasi indirect dengan hasil jangka panjang saja. Nominal investasi komunikasi brand juga sangat tinggi, alhasil para perusahaan lebih memilih hasil instan dan action oriented,” tutur Amalia.

Ambil contoh persaingan mencari nasabah dari kartu kredit dan asuransi yang dengan giat menyebar agen-agen untuk turun langsung mencari nasabah. Dengan menawarkan aneka gimmick serta diskon dari merchant, mereka berupaya keras memikat hati calon nasabahnya. Fokusnya adalah satu, yaitu sales atau jumlah nasabah yang dicapai saat itu juga. Urusan loyalitas mungkin bisa dinomorduakan.

Padahal faktanya, menurut Doktor lulusan School Of Marketing The University Of New South Wales, konsumen terus bergerak seiring dengan loyalitasnya yang bisa saja berubah. Untuk me-maintain loyalitas ini, image building paling berperan. Dengan mengokohkan awareness dan knowlodege brand, dipastikan kedekatan dengan konsumen akan tetap terjaga.

Amalia E MaulanaYang terpenting untuk menciptakan keintiman dengan konsumen, kegiatan brand audit adalah langkah pertama. Namun lagi-lagi Amalia mengeluhkan hal ini justru kerap dilupakan oleh pemilik brand.

“Kegiatan branding yang paling kritikal adalah pemahaman (brand audit) konsumen baik kebutuhan maupun aspirasinya. Tapi sayangnya, ini belum merata dan seksama,” ungkapnya.

Ketidakpekaan pemilik brand audit tersebut juga berdampak pada alokasi anggaran. Dalam pengembangan brand, porsi dana untuk activation cenderung lebih besar ketimbang brand audit yang seharusnya menjadi landasan pemasaran.

“Dana untuk activation cenderung tidak sebanding dengan hasil yang diperoleh, bahkan alokasi tersebut sebetulnya bisa ditekan agar lebih efektif dan efisien apabila brand auditnya bisa seksama,” tukas Amalia.

Sebut saja campaign “jor-joran” yang dilakukan oleh provider-provider di tanah air. Soal campaign tidak perlu diragukan lagi. Hampir semua lini mampu tersentuh dengan anggaran yang sangat besar. Tapi apa efektivitas dan loyalitasnya bisa diraih? Realitanya sampai saat ini konsumen masih saja cenderung dengan mudah berganti-ganti simcardnya.

Gabung_01

“Informasi tentang situasi persahabatan dengan konsumen belum mereka miliki dengan akurat sehingga sebagiannya masih asumsi. Activation dengan asumsi tersebut sama saja dengan pemborosan. Kalaupun berhasil tentunya karena mereka mem-block semua channel,” terangnya.

Dengan gamblang, Amalia memberi contoh taksi Blue Bird yang dinilainya berhasil melakukan pemahaman perhadap konsumennya melalui program Lucky Bird. Bekerja sama dengan Delta FM, Blue Bird memberi apresiasi pada konsumennya yang me-tweet nomor taksi Blue Bird yang mereka tumpangi, pada saat program Musik Asik berlangsung di radio tersebut. Imbalannya penumpang taksi Blue Bird berkesempatan mendapatkan voucher taksi gratis. Hal ini menurutnya sederhana, low cost namun tepat mengenai sasaran.

Gabung_02

Eranya Media Sosial di 2013

Rudy_RamawiMedia sosial ini merupakan strategi jitu mengalahkan brand-brand raksasa dengan modal besar. Para pemilik brand akan diuji kreativitasnya untuk memanfaatkan Facebook, Twitter, Youtube, dan lainnya.

Twitter akan menjadi media yang sangat sentral dan mainstream karena disanalah konsumen berada dan berkomunikasi secara interaktif,” katanya.

Fungsi media sosial nantinya tidak hanya sebagai sarana campaign, tetapi juga tempat berbincang antara pemilik brand dan konsumennya. Sehingga pada dasarnya orang nomor satu di brand tersebut juga ikut ambil bagian dalam pembicaraan.

Konsep Branding Menarik di Platform Youtube 

Selain Twitter, Youtube juga tengah jadi favorit para pemilik brand untuk mengomunikasikan produk knowledge brand mereka. Apalagi sejak peluncuran resmi untuk regional Indonesia Juni 2012 lalu, platform video online nomor satu di dunia ini berhasil menyedot minat luar biasa dari para audience-nya.

“Kenyataannya sekarang di dunia online, semakin banyak konten lokal di Youtube maka akan semakin banyak pula minat user. Di sanalah peluang dan potensi yang dilihat oleh pemilik brand,” ujar Rudy Ramawy, Country Head Google Indonesia.

Karena merupakan video online, maka konten yang disajikan YouTube mengenai sebuah brand adalah gambar bergerak. Namun menariknya, konsep yang disuguhkan kepada konsumen justru diserahkan kepada pemilik brand. Artinya, pemilik brand bisa menentukan seperti apakah iklan produk yang akan mereka publikasikan di YouTube.

Rudy memaparkan, beberapa jenis komunikasi yang sudah dilakukan YouTube selama ini adalah dalam bentuk tv commercial yang disisipkan sebelum video yang diunggah, video interaktif yang terintegrasi dengan Facebook, Twitter, dan website pribadi brand, serta video yang diunduh oleh user.

Branding_06Khusus untuk bentuk yang ketiga, Rudy menyebutnya YouTube Partner. YouTube Partner bisa mengunduh video apapun yang sifatnya bermanfaat bagi user lainnya. Setelah mengikuti prosedur partnership, pengguna bisa memperoleh profit dari video yang diunggahnya.

Semakin banyak video tersebut ditonton, semakin besar pula keuntungan yang bisa diraih. Kerja sama ini menurut Rudy lebih mengarah pada generasi muda serta UKM yang ingin memasarkan produk mereka namun terkendala di bujet promosi

Sementara dua bentuk komunikasi brand lainnya tetap memiliki nilai investasi yang harus dipenuhi. Meski enggan membocorkan soal nilai rupiahnya, Rudy menekankan agar semua TVC yang ada dibebankan biaya apabila konsumen menyaksikan video sampai batas waktu tertentu atau full.

Ini berarti bila user memilih men-skip iklan di tengah, maka pemilik brand pun tidak harus membayar. Sejauh ini, ia menilai sudah banyak pihak yang menjalin kerja sama dengan YouTube. Tidak hanya dari brand, tetapi datang juga dari instansi pemerintah dan BUMN.

Penulis: Angelina Merlyana Ladjar
Fotografer: – Lilyanti
                            – Asep Toni K.
                            – ISTIMEWA

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.