Marketing – Menurut penelitian Asian Development Bank (ADB), Indonesia yang diberkati dengan surplus demografi 265 juta jiwa mengalami kesenjangan inklusi keuangan dengan nilai sekitar US$ 57 miliar, dimana masyarakat yang belum terlayani akses jasa dan produk keuangan sebesar 203 juta orang. Ya, di saat mereka membutuhkan dukungan sarana dan sumber keuangan, opsi solusi terbatasi karena tidak memiliki dokumen pendukung formal, kurangnya akses dan rendahnya pengetahuan tentang produk kredit perbankan.
Namun, untuk mencapai inklusi finansial tidak semata-mata terpenuhi hanya dengan pemberian kredit, dibutuhkan pendidikan untuk memahami penggunaan pinjaman dan pembiayaan yang bertanggung jawab, cara mengatur keuangan pribadi dan keluarga yang baik serta mengerti seluk beluk mengelola bisnis, sehingga masyarat menjadi ‘melek finansial’. Memiliki kemampuan menganalisa dan memanfaatkan pengetahuan untuk membuat keputusan keuangan yang baik adalah keterampilan inti untuk berhasil di dunia saat ini.
Para generasi digital native dan investor melihat kenyataan ini dan berpandangan bahwa teknologi dapat menjadi akselerator dan penyeimbang sehingga bermanfaat dan berdampak positif bagi kesejahteraan sosial – ekonomi masyarakat luas. Saat ini, yang diperlukan adalah sekumpulan orang yang berani untuk membawa perubahan dan tanggap melihat keadaan ini sebagai peluang bisnis. Masalah keuangan dapat diatasi dengan perhatian dan pengertian layaknya seorang sahabat. Saatnya rakyat kecil tersentuh layanan sahabat keuangan.
Peter Lydian, Presiden Direktur Finmas mengatakan, “Finmas bertujuan untuk membantu jutaan orang Indonesia membuka potensi keuangan mereka melalui pendekatan #SahabatFinansial yang didasarkan pada prinsip-prinsip tanggung jawab, keamanan, kenyamanan, dan keterjangkauan. Kami bersyukur menerima dukungan dan bimbingan OJK dan Sinar Mas di samping sumber daya dan keahlian teknologi dari Oriente dalam perjalanan kami untuk menjangkau setiap pengusaha mikro dan konsumen Indonesia yang kurang terlayani.”
Dia menambahkan, sahabat finansial masyarakat itu adalah teknologi. Penetrasi smartphone telah memajukan serta menata ulang digitalisasi sektor finansial, memudahkan akses keuangan dan mengubah pola-pikir dan perilaku masyarakat Indonesia, serta membuat sistem ekonomi Indonesia menjadi lebih efisien. Dengan demikian digital menjadi platform utama koneksi antar-lembaga untuk melayani konsumen. Kegiatan bisnis offline masyarakat akan diintegrasikan dengan kemudahan online para pemain atau lembaga penyedia keuangan.
Teknologi menjadi sahabat konsumen yang memberdayakan masyarakat untuk mengubah pola pikir dan perilaku mereka, menciptakan generasi yang terpelajar dan Fintelect. Teknologi merupakan sahabat publik yang mampu memberdayakan kemajuan dan pemerataan ekonomi dengan menyediakan akses ke kredit, membangun identitas finansial, membuka kunci potensi kemandirian finansial. Teknologi adalah sahabat sektor jasa keuangan dengan mengintegrasikan rantai nilai finansial; tradisional dan modern serta hulu dan hilir. Mengubah tatanan kompetisi tetapi tidak mengganggu ekosistem.
“Diharapkan dengan keberadaan asosiasi, industri fintech P2P lending dapat bertumbuh kuat dan sehat serta bermanfaat bagi kalangan yang belum terlayani oleh lembaga keuangan konvensional. Di Indonesia, fintech ditujukan untuk inklusi keuangan,” ujar Adrian Gunadi, Ketua Umum Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia.
Lalu, bagaimana cara memilih sahabat finansial yang baik? Pertama, “Pilih” yakni hanya yang terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. Kedua, “Pakai” aplikasi pinjaman online yang aman dan nyaman serta terverifikasi. Terakhir, adalah “Yakin” bahwa pinjaman bernilai manfaat dan untuk tujuan produktif.
terimaksaih atas penjelasanynya,pembahasan sangat bermanfaat