Langkah Mewaralabakan Usaha

Franchise (waralaba) bukanlah usaha instan yang kapan mau bisa dijual. Bukan pula sebuah klaim franchisor atas usahanya. Mewaralabakan sebuah usaha butuh persiapan yang matang agar bisa diterima oleh para pembelinya. Apa saja persiapannya guna memenuhi persyaratan franchise yang tangguh?

Langkah pertama

Dalam menciptakan sebuah sistem franchise atau waralaba langkah pertamanya adalah untuk menilai sehat atau tidaknya bisnis tertentu untuk diwaralabakan. Studi kelayakan seharusnya:
~ Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan bisnis
~ Menentukan fitur penting pada bisnis yang dapat diduplikasi
~ Menganalisis perdagangan terakhir untuk menilai apakah bisnis dapat mendukung keduanya yaitu franchisor dan franchisee sebagai kesatuan yang menguntungkan atau tidak.

Rumuskan diferensiasi atau keunikan produk/jasa yang akan dijual. Tanpa diferensiasi atau keunikan, sebuah produk tidak akan dilirik oleh konsumen. Keunikan ini pula yang nantinya akan menjadi pembeda dari pesaing sekaligus memudahkan penetrasi produk ke pasar. Usahakan pula agar produk tersebut tidak mudah ditiru. Keunikan tidak harus dari sisi produk (termasuk kemasan), bisa juga dari sisi layanan atau cara penyajian. Misalnya, memperlihatkan proses pembuatan produk secara terbuka (dapur terbuka) untuk sebuah resto atau café sehingga menjadi daya tarik (keunikan) di mata konsumennya.

Tahap persiapan yang harus dilakukan ini bertujuan untuk merumuskan sebuah konsep bisnis bagi waralaba itu sendiri. Mengapa konsep bisnis penting, karena menyangkut sistem yang akan berjalan sebagai roda otomatik operasional usaha. Konsep bisnis ini harus tangguh karena perlu dibuktikan oleh waktu. Lagipula, usaha tersebut harus menjadi pilot project yang akan direplikasi oleh franchisee nantinya. Dari sanalah munculnya standar operasional yang baku untuk bisnis tersebut pada setiap jaringannya.

Langkah kedua

Pengembangan Program dan Sistem Franchise dengan mempersiapkan tim manajemen yang kuat yang menguasai sistem waralaba dan masalah-masalah hukum serta etika franchise, dan juga yang punya kemampuan untuk mengendalikan dan mengawasi jaringan yang akan terbentuk nanti.
Jadi perlu penetapan/pemantapan program franchise yang sesuai. Penentuan langkah ini strategi paling sesuai untuk mengembangkan jaringan franchise. Program franchise termasuk menetapkan term tepat dari penyusunan franchise, termasuk, wilayah, suplai produk, pelatihan dan dukungan, hak dan kewajiban franchisor dan franchisee, biaya franchise dan pengadaan iklan.

Langkah ketiga

Pengembangan dokumentasi franchise. Langkah ketiga melibatkan pengembangan dokumentasi penting bagi sistem. Dokumentasi waralaba khas yang butuh dikembangkan termasuk :
1. Petunjuk Operasi.
2. Urutan induksi franchise.
3. Dokumen profil franchise
4. Dokumen perjanjian franchise
5. Lain-lain yang perlu.

Dokumentasi yang dipersiapkan tidak hanya yang menyangkut organisasi franchisor, tetapi juga dokumen-dokumen yang akan diserahkan atau dipinjamkan kepada franchisee. Dokumentasi yang siap disusun harus tergambar dalam visi organisasi dan implementasi konsep bisnis.

Langkah Empat

Implementasi dan Rekrutmen. Langkah keempat ini mensyaratkan pengembangan strategi yang paling cocok untuk diimplementasikan pada program franchise. Strategi tersebut akan termasuk arahan pada pemasaran franchise dan rekrutmen franchisee yang cocok.

Langkah kelima

Pentingnya menyusun paket pendanaan. Perhitungan biaya-biaya yang akan dikeluarkan sangat penting agar pekerjaan bisa diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Langkah Keenam

Penting juga melakukan konsultasi kepada jasa konsultan untuk memastikan berbagai persiapan yang dilakukan. Sekaligus, untuk memastikan legal audit atas HAKI merek dagang.

Bagaimanapun, implementasi sistem bukanlah akhir dari proses. Sebagai franchisor area tanggung jawab Anda akan meliputi kesejahteraan, tidak hanya bisnis asli, tetapi dilanjutkan dengan kelanjutan hidup sistem franchise dan franchisee Anda.

Alasan-alasan penting penyebab sistem franchise yang gagal:
1. ketamakan franchisor
2. Miskin seleksi pada franchisee
3. Miskin pelatihan bagi franchisee
4. Kurang pengembangan produk yang berkelanjutan
5. Ekspansi yang terlalu kencang
6. Miskin pengawasan pada performance franchisee
7. Kurang prosedur penyelesaian konflik yang sesuai

(Wachid Fz/Sumber: www.franchisecentral.com.au)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.