Kurangnya Literasi Digital Jadikan Lansia “Target Empuk” Kejahatan Siber

0
Kurangnya Literasi Digital Jadikan Lansia “Target Empuk” Kejahatan Siber. Foto: Freepik.com
[Reading Time Estimation: 3 minutes]
Kurangnya Literasi Digital Jadikan Lansia “Target Empuk” Kejahatan Siber. Foto: Freepik.com

Marketing.co.id – Berita Digital | Dunia digital kini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, mulai dari belanja, perbankan, hingga konsultasi medis. Namun, di tengah derasnya arus teknologi, ada satu kelompok yang semakin tertinggal dan rentan terhadap bahaya dunia maya, yaitu para lansia.

Seiring bertambahnya usia, banyak lansia yang tidak tumbuh bersama teknologi modern, sehingga literasi digital mereka terbatas. Hal ini membuat mereka lebih mudah terjebak dalam berbagai bentuk penipuan online. Menurut Laporan Kejahatan Internet FBI 2022, lansia kehilangan hingga US$3 miliar akibat kejahatan siber, angka yang mencengangkan dan meningkat 11% dari tahun sebelumnya.

Jenis serangan yang paling sering terjadi adalah phishing, penipuan dukungan teknis, dan rekayasa sosial. Di Amerika Serikat saja, pada tahun 2023, lansia kehilangan lebih dari US$1,2 miliar dalam penipuan investasi online. Sementara itu, penipuan teknis menyumbang kerugian sekitar US$590 juta, diikuti penipuan asmara sebesar US$356 juta.

Pertanyaannya, kenapa para lansia sangat rentan? Kerentanan ini bukan semata karena usia. Ada beberapa faktor utama yang membuat lansia jadi sasaran empuk di antaranya kurangnya literasi digital, sifat yang mudah percaya, isolasi sosial, dan minimnya pengalaman teknologi.

Penjahat siber kini menggunakan AI untuk membuat email dan video yang sangat realistis. Mereka bisa meniru suara atau wajah seseorang untuk mengelabui korban—dikenal sebagai vishing atau deepfake. Dengan teknologi seperti ini, lansia yang belum melek digital akan semakin sulit membedakan mana yang nyata dan mana yang palsu.

Langkah-langkah perlindungan siber untuk lansia

Agar para lansia tetap aman saat beraktivitas online, berikut beberapa tips penting yang harus dilakukan:

Selalu cek keaslian website. Pastikan website yang dikunjungi memiliki ikon gembok di bilah alamat. Ikon gembok tersebut menandakan koneksi aman.

Waspada terhadap pesan mencurigakan. Jangan langsung membalas email atau pesan yang meminta data pribadi, apalagi jika datang tiba-tiba.

Verifikasi panggilan dan permintaan. Jika menerima permintaan mengubah password atau mengirim uang, segera hubungi pihak resmi secara langsung untuk memastikan.

Hanya unduh aplikasi dari sumber resmi. Gunakan Google Play Store atau Apple App Store untuk menghindari aplikasi berbahaya.

Waspadai pesan yang mendesak atau emosional. Permintaan mendadak yang memancing kepanikan sering kali merupakan trik penipuan.

Jangan mudah membagikan informasi keuangan. Hanya bagikan informasi pribadi jika benar-benar yakin dengan identitas pihak yang meminta.

Gunakan ATM di tempat aman. Pilih lokasi terang dan ramai untuk menghindari skimming atau pencurian data kartu.

Pentingnya Peran Keluarga dan Masyarakat

Selain edukasi teknis, penting juga bagi keluarga dan komunitas untuk aktif mendampingi para lansia. Ajarkan mereka bagaimana mengenali ancaman digital, beri tahu mereka bahwa tidak ada salahnya merasa curiga, dan selalu dorong mereka untuk bertanya jika ada yang tidak mereka pahami.

Di beberapa negara, seperti Inggris, AS, dan Singapura, pemerintah dan lembaga keamanan telah menjalankan program edukasi keamanan siber untuk lansia. Contohnya, kampanye “Sadar Siber” dari Inggris atau lokakarya dari Badan Keamanan Siber dan Infrastruktur AS (CISA).

Rebecca Law dari Check Point Software mengatakan bahwa orang dewasa yang lebih tua bukan hanya korban, mereka adalah bagian penting dari komunitas digital yang harus dilibatkan dan dilindungi.

Menurutnya, melindungi lansia dari kejahatan siber bukan hanya soal teknologi, tetapi juga tentang menjaga martabat dan kemandirian mereka di era digital yang terus berkembang. “Dengan literasi digital yang tepat dan dukungan yang konsisten, para lansia dapat menikmati manfaat teknologi tanpa harus hidup dalam ketakutan terhadap kejahatan online,” pungkasnya.