Kuncinya Terletak di Desain

Dengan desain dinamis dan bergaya muda, Skaters sukses menggaet pasar fashion untuk remaja.

 

 

Dunia fashion memang tidak pernah lekang oleh waktu. Lebih-lebih fashion yang menyasar segmen remaja, yang senantiasa dinamis. Dinamikanya bahkan bisa menjadi penanda sebuah karakter zaman tertentu. Misalnya saja, tahun 1970-an, muncul tren rok dari mikro, mini hingga maksi. Tren pada era ini memuat unsur kafan, celana gombrong, dan sepatu platform. Penampilan dengan baju tuksedo dan dipadani dengan tali leher plus rambut ala The Beatles.

 

Remaja di zaman tersebut doyan memakai pakaian berkonsep retro yang dipengaruhi remaja Barat. Tren busana ini terus berkembang sampai dengan corak yang lebih lincah, norak, ceria, liberal, dan dinamis. Tidak bisa dimungkiri, corak busana remaja Tanah Air juga dipengaruhi oleh tren yang sedang berkembang di Barat, khususnya Amerika.

 

Di Indonesia, salah satu pemain dalam bisnis fashion remaja saat ini adalah Skaters. Namanya cukup familiar di kalangan remaja ini melalui produk t-shirt, jaket, tas, celana, dan busana lainnya. Semuanya didesain khusus untuk remaja. “Menurut saya, pasar ABG itu sangat potensial. Kalau mereka sudah kena suatu merek, mereka akan loyal. Lebih-lebih, jika banyak dari mereka memakai merek ini. Otomatis mereka cenderung akan mengikuti juga,” kata Muchammad Thofan, pemilik merek Skaters.

 

Merek busana remaja asal Bandung ini pertama kali muncul pada tahun 1992. Dan Thofan boleh dibilang beruntung karena pada saat Skaters diluncurkan ke publik, pemain di busana remaja masih jarang. Thofan sangat paham bahwa di kalangan  ABG, semakin banyak orang memakai sebuah merek, semakin merek itu digemari oleh remaja lainnya. Melihat karakter ini, naluri marketingnya muncul dengan menampilkan para endorser anak muda yang  memakai busana Skaters.

 

 

 

“Saya perhatikan anak-anak kelas 6 SD, SMP, sampai SMA awal, mereka sudah memakai Skaters. Karakter ini beda dengan usia di atasnya, di mana orang lebih suka eksklusivitas ketimbang keseragaman. Pasar mahasiswa justru tidak suka memakai produk yang banyak dipakai orang. Mereka ingin apa yang dipakai tidak dimiliki oleh orang lain,” papar Thofan.

 

Sebelum meluncurkan produknya, ia mencoba melakukan riset kecil-kecilan pada pasar remaja. Lalu muncullah nama Skaters yang idenya ia peroleh dari para pemain skiboard. Skaters mengusung tagline “For Hardcore Riders.” Spirit ini ingin  mengatakan keinginan untuk tampil semangat, gagah, dan tidak cengeng.  “Saya melihat permainan ini cukup digemari orang muda. Penampilannya unik. Dandanannya juga menarik. Mereka tampil dengan riang, dan lincah. Nah, kami ingin Skaters juga menyentuh nilai-nilai itu. Syukur karena maksud ini ketangkap oleh remaja,” ungkapnya.

 

Ketenaran Skaters tidak lepas dari jerih payah yang panjang. Thofan mengaku, ia mengawalinya dari keisengan ketika tidak diterima kuliah seni rupa di ITB. Dengan berbekal ijazah SMA dan hobinya pada seni, ia mulai membuka rumah produksi pertama di sebuah rumah petak di Jalan Babakan Ciamis No.37, Bandung.

 

Modalnya tidak besar, cuma 15 juta rupiah sebagai investasi awal. Outlet pertamanya mendompleng di Toko Buku Gramedia, Bandung. Di outlet ini, merek Skaters mulai dikenal dan diminati. Permintaan berkembang dan Thofan kemudian menambah rumah kerja lagi. Pabriknya sendiri berada di kawasan Setrasari, Bandung.

 

“Ide bisnis kaus ini sebenarnya tertanam sejak kecil. Khususnya, ketika rumah orangtua saya disewakan untuk kos dan penghuni kos membuka bisnis sablon. Gagal di ITB tidak masalah. Sekarang justru banyak mahasiswa desain ITB belajar di kantor kami,” katanya sembari tersenyum.

 

Produksi perdana Skaters adalah t-shirt dan topi. Sekarang sudah merambah ke produk tas, jaket, sweater, celana panjang, bahkan sampai celana dalam. “Ini namanya pengembangan. Sama dengan produk lain ketika sudah besar, mereka melakukan inovasi produk baru. Cara ini sudah biasa di dunia bisnis,” katanya.

 

Proses mengedukasi pasar ia jalankan lewat sejumlah promosi. Kegiatan below the line dilakukan dengan mensponsori acara tertentu yang melibatkan orang muda. Sementara above the line-nya melalui iklan di majalah-majalah remaja. Iklan di televisi memang belum ada. Alasannya, biaya untuk itu terlalu mahal. Tapi, Thofan mengakalinya dengan menjadi sponsor utama dalam program-program televisi seperti sinetron remaja.

 

Selain itu, Skaters menggunakan pula para pemain band  dan pemain bola sebagai endorser. “Dengan idola remaja memakai produk kami, remaja punya potensi besar untuk mengikutinya. Mereka itu masih suka tampil, meniru, dan mencari identitas diri,” katanya. Skaters juga memberi ruang interaktif bagi para remaja untuk memberi masukan soal desain pakaian. Hal ini merupakan bentuk komunikasi dengan pelanggan dan bisa memperkaya inovasi produk Skater.

 

Jangkauan distribusi Skaters sendiri sudah dalam skala nasional. Mereka mempunyai 80 konter aktif di berbagai kota di Indonesia. Thofan sendiri membagi komposisi wilayah ditribusi 70% untuk luar Bandung. “Jumlah produk yang disebar ke masing-masing kota berbeda-beda tergantung dari demografi remajanya. Kami sudah cukup rata di Indonesia,” cetusnya.

 

Selain soal kualitas produk, menurut Thofan, keunggulan lain Skaters terletak pada desainnya. Desain Skaters senantiasa mengusung gaya fashionable, termasuk ketika memproduksi baju-baju olahraga.  Setiap desain tidak diproduksi dalam jumlah (pieces) yang massal. Sebaliknya, mereka memproduksi lebih banyak desain yang disesuaikan dengan mode yang lagi ngetren.

 

Dalam satu bulan, Thofan menargetkan 10 desain baru untuk t-shirt. Tim desain mereka terdiri dari empat karyawan menjadi ujung tombak. Tanpa ini, Skaters pasti akan kehilangan peminatnya.  Sementara itu, kuantitas produksi mencapai 20.000 pieces per bulan. Jumlah tersebut boleh dibilang cukup progresif bila dibandingkan dengan kuantitas produksi di tahun pertama yang hanya 1.000 pieces. Pada masa tertentu seperti Lebaran, volume produksinya bisa meningkat lima kali lipat.

 

Segmentasi pada remaja usia 12-19 tahun turut pula mempengaruhi strategi harga Skaters. Kisaran harganya antara Rp 25 ribu-150 ribu. “Harga ini cukup murah dan sesuai dengan kantong remaja. Saya memberi garansi dengan harga  murah dan kualitas bagus, dan kami bisa bersaing dengan merek-merek luar negeri,” katanya optimistis.

 

Untuk menjaga loyalitas pelanggan, mereka menerapkan sistem member dengan menggelontorkan member card. Kartu tersebut bisa diperoleh oleh siapa saja yang berbelanja produk Skaters senilai minimal Rp 500 ribu. Dengan kartu ini, konsumen bisa mendapatkan diskon 10% untuk setiap pembelian produk Skaters. Sistem ini dirilis sejak tahun 2006 dan baru diberlakukan di wilayah Bandung sebagai pilot project.

 

Meski terbilang sukses, Thofan sadar bahwa kompetisi di pasar remaja semakin riuh. Banyak pemain yang mengusung misi bisnis yang sama. Jadi ibarat pohon, semakin tinggi semakin besar anginnya. Demikian juga Skater, semakin besar, tantangannya juga banyak. “Kami tidak boleh lengah. Kami tetap mempertahankan kualitas, desain muda, dan harga terjangkau,” ujarnya.

 

Tahun 2008 ini, Thofan mempunyai target minimal sama seperti tahun lalu. “Yang jelas, kami tetap akan perhatikan desain. Desain ini tetap menjadi kunci bagi kami. Termasuk juga semangat menjadikan produk for hardcore riders,” tandasnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.