Kota Tier 2 dan 3 Bakal Jadi Pusat Perekonomian Digital Indonesia Pada 2025

Proporsi PDB Indonesia di Jakarta akan menurun sebesar 5 hingga 6% pada 2030, sedangkan kota-kota tier kedua dan ketiga akan lebih menonjol secara ekonomi, dan meningkatkan pangsa PDB sebesar 3 hingga 5%.

Marketing.co.id – Berita Digital | Alpha JWC Ventures dan Kearney telah meluncurkan  sebuah laporan penelitian terbaru, “Unlocking The Next Wave Of Digital Growth: Beyond Metropolitan Indonesia”. Laporan tersebut menguraikan arah perekonomian digital Indonesia di tahun 2021, sekaligus memperkuat rekomendasi bahwa gelombang pertumbuhan startup dan investasi berikutnya akan didorong oleh kota-kota non-metropolitan, di luar kuatnya pengaruh bisnis dari Jawa dan Jakarta.

Laporan ini mengenalkan sistem tiering yang didasarkan pada pengeluaran per kapita, ukuran populasi, penetrasi internet, pertumbuhan PDB provinsi, dan kepadatan populasi.  Dari 514 kota, sebanyak 15 kota dikategorikan sebagai Metropolitan/Tier 1 (Area Jabodetabek, Bandung, dan Surabaya), 76 sebagai Rising Urbanites/ Tier 2 (misalnya Semarang, Makassar, Denpasar), 101 kota Slow Adopters/Tier 3 (misalnya Magelang, Prabumulih, Bangli), dan 322 lainnya sebagai Rigid Watchers/Tier 4 (misalnya Kabupaten Jepara, Kabupaten Jayapura).

Ekonomi digital di kota-kota tier kedua dan ketiga Indonesia seperti Denpasar dan Magelang akan tumbuh lima kali lipat dalam lima tahun ke depan. didukung oleh sejumlah startup yang memiliki spesialisasi di bidang e-commerce, peminjaman dan e-payments. Alpha JWC memprediksi semakin pentingnya kota-kota tier kedua dan ketiga karena mereka mengalahkan pertumbuhan kota-kota tier pertama dan meningkatkan pangsa PDB nasional dari 3 hingga 5% (US$46 milyar hingga US$77 milyar) pada 2030.

Saat ini, area-area non-metropolitan mengalami pertumbuhan lebih cepat dan semakin penting secara ekonomi dibandingkan dengan Jakarta, karena adanya upaya pemerintah Indonesia dalam mendiversifikasi ekonomi dan infrastruktur. Akan ada pemerataan kegiatan ekonomi antara Jakarta dengan daerah-daerah lainnya. Perolehan PDB Indonesia yang berasal dari Jakarta akan menurun sebanyak 5 hingga 6% pada 2030.  Kota-kota tier kedua dan ketiga akan lebih menonjol secara ekonomi, meningkatkan pangsa PDB sebesar 3 hingga 5%.

Pandemi Covid-19 telah mempercepat adopsi digital dan menghasilkan inovasi lebih cepat dari sebelumnya. Teknologi telah didemokratisasi, menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan jutaan warga Indonesia. Investor dan startup yang memiliki kepentingan dalam ekonomi digital Indonesia akan melihat minat mereka tumbuh tiga hingga empat kali lipat pada 2025. Kota-kota tier kedua dan ketiga baru saja memulai mengadopsi kebiasaan digital yang dilakukan kota-kota tier pertama pada lima tahun silam.

2020 menjadi tahun yang menantang bagi Indonesia dengan COVID-19 berdampak kepada sektor-sektor ekonomi yang vital.  Meski di tengah pandemi, Indonesia mendapatkan investasi digital yang signifikan ketika pendanaan berlipat ganda hingga US$4,4 milyar, dari US$2,2 pada 2019.

Chandra Tjan, Co-Founder dan General Partner Alpha JWC Ventures selama satu dekade yang lalu, kita telah menyaksikan ekonomi digital Indonesia tumbuh menjadi salah satu hotspot di Asia. Meskipun mengalami pertumbuhan yang luar biasa, sebagian besar wilayah Indonesia masih belum tersentuh karena mayoritas startup berbasis di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya.

“Penelitian kami menunjukkan bahwa adopsi sektor-sektor seperti e-commerce, e-payments dan peminjaman dilakukan secara massal, menumbuhkan CAGR sebesar 27-46% hingga 2025, yaitu di saat sebanyak 40 hingga 50% populasi di kota-kota tier kedua dan ketiga mulai mengambil bagian dalam kegiatan tersebut, meningkat 10% dari 2020.  Berdasarkan observasi di atas, kami memperkirakan dari sektor e-commerce dan peminjaman, akan muncul tiga unicorn. Ini didukung oleh pertumbuhan kota-kota tersebut.”

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.