Saat Terjadi Krisis Pada Brand, Siapa yang Jadi Penyelamat?

0
[Reading Time Estimation: 2 minutes]

4 solusi Konvergence, bikin pemasaran lebih cerdasMarketing.co.id – Berita Digital | Dulu, bicara soal branding cukup hanya dengan dikenal, dipercaya dan hadir di media. Kini sudah tak lagi cukup, brand harus tahan krisis, cepat pulih dan yang paling sulit adalah disukai lagi setelah mendapatkan hujatan netizen.

Baca Juga: 4 Solusi Konvergence Yang Membuat Pemasaran Makin Cerdas

Di era keterbukaan ekstrem dan netizen yang sensitif seperti sekarang ini, reputasi bukan lagi soal citra, tapi soal kelangsungan hidup. Di sinilah Konvergence berperan sebagai mitra pemulihan brand yang tahu betul bahwa kepercayaan publik adalah segalanya.

Konvergence tidak lahir dari ruang rapat yang rapi, melainkan dari observasi di lapangan dengan melihat betapa banyaknya brand besar yang terpeleset bukan karena kesalahan, tapi karena ketidaksiapan menghadapinya.

Baca Juga: Strategi Proaktif Menjaga Reputasi Brand di Era Digital

Vanessa Steffany dari Konvergence mengatakan bahwa brand hari ini membutuhkan arsitek persepsi ulang. “Kami tidak hanya menangani krisis, tapi membantu brand menyusun ulang narasi, memahami nada bicara publik, dan menjahit kembali benang kepercayaan yang mulai pudar.”

Menariknya, pendekatan Konvergence bukan sekadar reaktif. Mereka menyusun metodologi berbasis insight mining, analisis digital sentiment, dan pemetaan opini publik lintas kanal. Dalam prosesnya, mereka memperlakukan reputasi bukan sebagai aset pasif, tapi sebagai ekosistem aktif yang harus dijaga layaknya hubungan manusia.

Saat Brand Goyah, Siapa yang Jadi Penyelamat?

Mari tengok kasus sebuah brand minuman sehat yang viral karena isu misleading claim. Tiga hari sunyi tanpa klarifikasi, netizen pun akhirnya membangun narasi sendiri. Dalam waktu sepekan, brand tersebut kehilangan 18% share of voice positif dan di-blacklist beberapa KOL. Di sinilah Konvergence masuk, tidak hanya untuk memadamkan krisis, tapi merancang ulang kampanye berbasis data yang akhirnya justru membuat brand tersebut naik daun karena dianggap “bertanggung jawab dan berani berubah”.

Baca Juga: 10 Langkah Membangun Brand Kuat

Konvergence menyebut pendekatannya sebagai CX Recovery Sprint, strategi pemulihan dalam 7–21 hari yang menyentuh aspek komunikasi, layanan pelanggan, dan bahkan budaya organisasi. “Kami bantu brand bukan hanya bicara lebih baik, tapi juga bertindak lebih baik,” ujar Vanessa.

Apa yang membedakan Konvergence dari agensi komunikasi lain? Satu kata: akarnya. Mereka tidak memulai dari kampanye, tapi dari mendengarkan. Mereka membaca komentar-komentar netizen seperti petunjuk arah, bukan sekadar noise.

Baca Juga: 6 Marketing Tools Terbaik untuk Meningkatkan Bisnis Anda

Dengan tim lintas disiplin—dari antropolog digital hingga analis data perilaku—Konvergence menangani pemulihan reputasi sebagai sebuah rekonstruksi identitas. “Kalau cuma kasih press release dan permintaan maaf, siapa pun bisa. Tapi mengubah persepsi? Itu butuh pendekatan jangka panjang dan sangat manusiawi,” kata Vanessa.

Era Baru Reputasi: Transparan, Tangguh, dan Terukur

Tahun 2025 adalah era di mana brand harus bisa meminta maaf tanpa terlihat lemah, bisa berubah tanpa kehilangan jati diri. Konvergence memahami itu. Mereka tidak menjual ‘perbaikan citra instan’, melainkan mengajak brand menyusun ulang kepercayaan dari bawah.

Baca Juga: 3 Tips Sederhana Agar Bujet Marketing Tak Terbuang Percuma

Dan mungkin, itu yang paling dibutuhkan brand hari ini: bukan hanya muncul di saat senang, tapi punya mitra yang siap menyelam ke dalam badai, lalu membawa mereka pulang dengan cara yang lebih kuat, lebih jujur, dan lebih relevan. Kalau Anda brand yang sedang diuji publik, mungkin pertanyaannya bukan lagi apakah saya butuh pemulihan? Tapi, apakah saya siap melakukan pemulihan dengan benar?