Konsumen Indonesia Tetap Positif di Tengah Ekonomi Sulit

0
konsumen indonesia
Indeks Konsumen Indonesia Report: Awareness Masyarakat terhadap Isu Lingkungan (Gambar: Freepik.com
[Reading Time Estimation: 2 minutes]
konsumen indonesia
Sekelompok pengunjung tengah berada di sebuah pasar swalayan untuk mencari kebutuhan sehari-hari di kawasan Puri, (01/04). Saat ini fungsi pasar swalayan bukan hanya sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari saja, namun juga untuk melakukan promosi langsung sebuah produk kepada pelanggan. Foto: marketing.co.id/lialily.

Optimisme di Tengah Tantangan: Konsumen Indonesia Tetap Positif di Tengah Ekonomi Sulit

Marketing.co.id – Berita Marketing | Di tengah tekanan ekonomi yang memukul berbagai lapisan masyarakat, mulai dari stagnasi pendapatan hingga kenaikan harga kebutuhan pokok, masyarakat Indonesia justru menunjukkan daya tahan emosional yang luar biasa. Sebuah survei nasional dari YouGov Indonesia menunjukkan bahwa dua dari tiga responden (68%) merasa positif menatap masa depan, dengan 28% menyebut diri mereka “optimis” dan 26% merasa “penuh harapan”.

Survei ini dilakukan secara daring pada 17–21 April 2025 terhadap 2.067 responden dewasa yang tersebar di seluruh Indonesia. Kemudian, data ditimbang berdasarkan demografi agar mencerminkan populasi nasional sesuai proyeksi Badan Pusat Statistik.

Menurut General Manager YouGov Indonesia Edward Hutasoit temuan ini menjadi bukti bahwa masyarakat Indonesia punya resiliensi tinggi dalam menghadapi tekanan ekonomi. “Mereka belajar berhemat, mengatur ulang prioritas pengeluaran, dan bersiap menyambut masa depan, meski dalam situasi yang belum ideal,” ujarnya.

Sebanyak 46% responden mengaku pendapatannya tidak berubah dibandingkan tahun lalu, sementara 18% mengalami penurunan. Namun, sikap optimis justru paling tinggi tercatat pada kelompok usia 35–44 tahun (72%), menandakan bahwa kelompok produktif ini masih melihat peluang di tengah tantangan.

Salah satu temuan penting adalah tekanan yang dihadapi oleh generasi sandwich. Mereka menyebut inflasi (47%) dan penurunan penghasilan usaha (31%) sebagai pemicu utama masalah keuangan, lebih tinggi dibanding kelompok non-sandwich yang lebih banyak terdampak kehilangan pekerjaan tetap (30%). Temuan ini menunjukkan pentingnya pendekatan lintas usia dan lintas segmen dalam memahami dinamika finansial konsumen saat ini.

Gaya Hidup dan Skala Prioritas

Meski pengeluaran rumah tangga naik di hampir semua kelompok usia, prioritas pengeluaran berbeda antar generasi. Gen Z tercatat lebih banyak membelanjakan uang untuk gaya hidup seperti kecantikan (21%) dan fesyen (20%).

Sebaliknya, Milenial dan Gen X+ lebih fokus pada kebutuhan dasar seperti bahan makanan, listrik, dan pendidikan anak. Perbedaan ini menunjukkan bahwa pemasaran generik tak lagi relevan. Segmentasi dan personalisasi menjadi kunci dalam menjangkau konsumen dengan lebih tepat sasaran.

Ketika harus mengencangkan ikat pinggang, pendekatan masing-masing generasi pun berbeda. Gen Z cenderung mengurangi pengeluaran untuk layanan kesehatan dan kebutuhan pokok. Sementara Gen X+, lebih memilih menghindari makan di luar (23%) dan hiburan (19%). Sedangkan Milenial memotong anggaran untuk makanan siap saji dan perjalanan internasional.

“Ada pergeseran perilaku yang sangat bernilai bagi pelaku usaha, dan pembuat kebijakan,” tambah Edward. “Memahami logika pengambilan keputusan konsumen menjadi kunci untuk tetap relevan.”

Survei ini menyiratkan satu pesan penting bahwa konsumen Indonesia bukan hanya bertahan namun juga beradaptasi. Mereka belajar menata ulang kebutuhan, membuat keputusan keuangan yang lebih bijak, dan tetap optimis. Dalam konteks ini, brand perlu tampil sebagai mitra yang empatik, solutif, dan kontekstual, bukan sekadar penjual produk.

Bagi para pelaku industri, pendekatan berbasis data seperti yang ditawarkan oleh YouGov bisa menjadi fondasi dalam menyusun strategi komunikasi, inovasi produk, dan pelayanan pelanggan yang lebih manusiawi dan berdampak.