Marketing – Saat ini, hanya 9% penduduk di Pasuruan yang memiliki akses terhadap layanan pengelolaan sampah, dan hanya 1% dari jumlah sampah tersebut dikelola secara bijak. Artinya, penduduk lain tidak memiliki pilihan, selain membuang sampah di lingkungan sekitar mereka.
Menyikapi kondisi tersebut, Pemerintah Kabupaten Pasuruan di Jawa Timur memperkuat komitmennya untuk mengurangi pencemaran sampah plastik di lautan dengan mengalokasikan dua hektar lahan untuk pembangunan fasilitas TPST3R (Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu Reuse-Reduce-Recycle) Project STOP. Komitmen ini dituangkan dalam Nota Kesepahaman yang ditandatangani untuk Project STOP di Pasuruan.
Sejak diluncurkan pada 2017, Project STOP merupakan sebuah inisiatif dari Borealis dan SYSTEMIQ yang merancang, mengimplementasikan, dan mengembangkan solusi ekonomi sirkular untuk mencegah polusi plastik di Asia Tenggara. Bekerja sama dengan berbagai perusahaan, pemerintah setempat, serta kelompok masyarakat, Project STOP mendukung kota-kota mitra dengan bantuan teknis guna mencapai target tidak adanya kebocoran sampah di lingkungan, memperbaiki sistem ekonomi sirkular, menciptakan lapangan kerja baru di bidang pengelolaan sampah, dan mengurangi dampak negatif dari sampah yang tidak dikelola dengan baik terhadap kesehatan masyarakat, pariwisata, dan perikanan.
Borealis dan SYSTEMIQ, bersama dengan Nestlé dan mitra lainnya serta dukungan positif dari Pemerintah Kabupaten Pasuruan meluncurkan kemitraan kota tahun lalu. Dengan fokus di kecamatan Lekok dan Nguling, inisiatif ini bertujuan untuk menerapkan sistim pengelolaan sampah berkelanjutan dengan biaya rendah yang akan meningkatkan tingkat pengumpulan sampah dan mencegah pencemaran sampah ke laut.
Bupati Pasuruan, H. M. Irsyad Yusuf mengatakan, bahwa ini merupakan salah satu upaya pengembangan yang penting dalam membantu Indonesia mencapai target pengurangan sampah di lautan hingga 70% pada 2025.
Selanjutnya di 2019, tim Project STOP di Pasuruan telah melakukan penelitian yang mencakup pemetaan sosial, pemetaan infrastruktur daur ulang, serta pemilahan jenis sampah dan tata kelola. Hasil dari penelitian tersebut kemudian digunakan untuk membuat strategi paling tepat dalam menciptakan ekonomi sirkular di wilayah ini.
CEO Borealis Alfred Stern mengatakan, “Perluasan kerja sama Project STOP ke lebih banyak kota merupakan langkah penting untuk memperbaiki sirkularitas plastik, khususnya di daerah yang memiliki tingkat kebocoran sampah yang tinggi.”
Ditambahkan Joi Danielson, Program Director, Ocean Plastics Asia, dan Partner di SYSTEMIQ, dengan pendirian TPST3R, diharapkan di 2022, kami mampu mengelola setidaknya 1.500 ton sampah plastik dengan baik setiap tahunnya.
Selain itu, Nestlé – perusahaan makanan dan minuman pertama yang bekerja sama dengan Project STOP. Perusahaan berkomitmen mendukung inisiatif ini dengan memberikan dana sebesar 1,6 juta Swiss Franc, sebagai tambahan dukungan finansial dari para co-founder Borealis, Pemerintahan Norwegia, Borouge, Veolia, dan NOVA Chemicals.
“Nestlé berkomitmen untuk memastikan 100% kemasan kami dapat didaur ulang atau digunakan kembali pada 2025. Keterlibatan kami dalam Project STOP mendukung ambisi jangka panjang kami untuk menghentikan kebocoran sampah plastik ke lingkungan di wilayah operasi kami di seluruh dunia, yang salah satunya berada di wilayah Kabupaten Pasuruan,” ujar Presiden Direktur Nestlé Indonesia Dharnesh Gordon.