Marketing.co.id – Berita Digital & Technology | Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) menargetkan peningkatan kecepatan internet di Indonesia hingga 100 Mbps dengan harga terjangkau. Salah satu langkah yang diambil adalah melelang spektrum frekuensi 1,4 GHz untuk kebutuhan Broadband Wireless Access (BWA) pada kuartal pertama 2025. Namun, keputusan ini menuai pertanyaan karena frekuensi yang lebih ideal untuk 5G, seperti 700 MHz dan 26 GHz, belum dilelang.

Menurut Rudi Purwanto, Chairman of Working Group Spectrum ATSI, tantangan utama dalam peningkatan kecepatan internet di Indonesia adalah terbatasnya alokasi spektrum untuk teknologi 5G. “Indonesia masih tertinggal dalam pemanfaatan spektrum 2,6 GHz, 3,5 GHz, dan 26 GHz, yang sudah digunakan di negara-negara Asia Tenggara lainnya,” ujar Rudi dalam diskusi Selular Business Forum (SBF) di Jakarta (10/2/2025).
Ia juga menyoroti rendahnya ekosistem pita 1,4 GHz. “Base Station dan CPE indoor masih minim dukungan dari vendor utama seperti Huawei, ZTE, dan Ericsson. Bahkan, pengembangan perangkat bisa memakan waktu 1-1,5 tahun sebelum siap dikomersialkan,” tambahnya.
Plt Direktur Penataan Spektrum Frekuensi Radio Komdigi, Adis Alfiawan, menjelaskan bahwa peningkatan kecepatan internet fixed broadband menjadi prioritas pemerintah. “Internet seluler kita sudah naik ke peringkat 98 dunia dengan kecepatan 26 Mbps, tapi fixed broadband justru turun ke peringkat 126 dengan 30 Mbps. Inilah mengapa kita fokus meningkatkan kualitasnya,” kata Adis.
Ia juga menegaskan bahwa Komdigi tidak hanya berfokus pada 1,4 GHz. “Kami mengkaji semua spektrum, termasuk 700 MHz, 2,6 GHz, dan 26 GHz. Jika semuanya siap, lelang akan dilakukan secepatnya tahun ini,” jelasnya.
Agung Harsoyo, pakar telekomunikasi dari ITB, mengingatkan bahwa layanan Broadband Wireless Access (BWA) pernah diterapkan di Indonesia, namun gagal. “Perlu kajian mendalam agar kegagalan masa lalu tidak terulang, terutama dalam aspek efisiensi, interferensi, hingga regulasi persaingan usaha,” katanya.
CEO Selular Media Network, Uday Rayana, menambahkan bahwa strategi lelang spektrum harus memperhitungkan kebutuhan nasional. “Jika spektrum tidak dialokasikan dengan tepat, pemerataan internet cepat bisa terhambat. Pemerintah harus memastikan bahwa spektrum yang dilelang benar-benar mendukung ekosistem yang sudah matang,” ujarnya.
Lelang spektrum 1,4 GHz menjadi langkah strategis untuk meningkatkan kecepatan internet fixed broadband. Namun, tanpa dukungan ekosistem yang matang dan tanpa lelang spektrum 5G yang lebih optimal, target 100 Mbps mungkin sulit tercapai dalam waktu dekat. Keputusan ini harus dikaji lebih dalam agar benar-benar membawa manfaat bagi pemerataan internet di Indonesia.