Marketing.co.id – Berita Financial Services | Pemulihan ekonomi domestik dari pandemi Covid-19 terjadi di tengah lingkungan global yang semakin menantang. Sebagai dampak atas terganggunya rantai pasokan di berbagai sektor, dan adanya pelonggaran kebijakan moneter serta ketegangan geopolitik menyebabkan melonjaknya inflasi global termasuk di Indonesia. Inflasi di Indonesia tercatat meningkat menjadi 4,4% y/y di bulan Juni 2022, dari sekitar 1,9% di Desember 2021.
Merespon kenaikan inflasi tersebut, The FED memutuskan menaikan suku bunga ke level 1,75% di Juni 2022 dari 0,25% di awal tahun 2022. Hingga Juni 2022, Bank Indonesia masih mempertahankan suku bunga 7-DRR sebesar 3,5% y/y meskipun pasar memperkirakan suku bunga dapat meningkat disepanjang semester II-2022.
Walaupun demikian, Kementerian Keuangan tetap optimis perekonomian domestik di kuartal II/2022 dapat tumbuh dikisaran 4,8%-5,3% y/y yang didorong oleh peningkatan konsumsi masyarakat selama bulan Ramadhan, peningkatan ekspor yang didorong dari harga komoditas yang relatif tinggi, dan makin membaiknya aktivitas ekonomi seiring makin terkendalinya pandemi Covid-19.
Di sepanjang 1H22, konsumen telah menikmati insentif Pajak Penjualan atas Barang Mewah atau PPNBM dimana insentif ini sebagian besar telah berakhir di 1H22. Oleh karena itu, penjualan ritel mobil baru domestik berhasil tumbuh signifikan sebesar 21% y/y menjadi 465 ribu unit.
Kenaikan ini juga didorong membaiknya daya beli masyarakat di tengah momentum Ramadhan walaupun masih terjadi kesulitan stock karena kelangkaan microchip. Sementara penjualan motor domestik relatif stabil dikisaran 2,4 juta unit hingga Juni 2022.
Sejalan dengan pencapaian kinerja industri otomotif, Adira Finance juga mencatatkan pembiayaan baru meningkat sebesar 21% y/y menjadi Rp14,3 triliun. Pembiayaan baru pada segmen mobil dan sepeda motor masing-masing meningkat sebesar 38% y/y dan 3% y/y di semester I-2022.
“Pangsa pasar kami di segmen sepeda motor baru mengalami kenaikan sebesar 30bps menjadi 9,2%, sementara pangsa pasar mobil baru relatif stabil menjadi 3,8%. Dengan demikian total piutang yang dikelola (termasuk porsi pembiayaan bersama) perusahaan dapat dipertahankan menjadi sebesar Rp 41,1 triliun di 1H22,” kata I Dewa Made Susila, Presiden Direktur.
Selain mendorong penjualan dari segmen otomotif, perusahaan juga akan terus memperluas dan mengembangkan produk non-otomotif sebagai salah satu strategi perusahaan dalam mengembangkan bisnis Adira Finance kedepannya.
Melalui kampanye #diModalin, konsumen dapat memanfaatkan pinjaman dana multiguna untuk berbagai kebutuhan sesuai dengan siklus kehidupannya, seperti kebutuhan untuk pendidikan, pernikahan, kesehatan, renovasi rumah dan modal usaha, serta berbagai kebutuhan lainnya.
Per Juni 2022, Rasio gross NPL konsolidasi membaik menjadi sebesar 2,0%, jika dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar 3,2% yang didukung aktivitas ekonomi yang berangsur pulih sehingga mempengaruhi kapasitas pembayaran konsumen
Adira Finance terus mencatatkan kinerja yang cukup baik hingga Juni 2022. Pendapatan bunga perusahan meningkat sebesar 2% y/y menjadi Rp4,5 triliun, sementara beban bunga turun sekitar 6% y/y menjadi Rp1,6 triliun yang sejalan dengan adanya penurunan pada jumlah pinjaman dan biaya bunga. Sehingga, pendapatan bunga bersih meningkat sebesar 7% y/y menjadi Rp2,9 triliun dan margin bunga bersih meningkat dari 12,3% menjadi 14,4% di 6M22.
Beban operasional tercatat naik sekitar 3% y/y sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan bisnis perusahaan, sementara cost of credit terus mengalami penurunan sebesar 36% y/y menjadi Rp525,8 miliar di 6M22. Sehingga, Adira Finance membukukan laba bersih meningkat sebesar 40% y/y menjadi Rp661 miliar. Hasilnya, Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) perusahaan masing-masing meningkat menjadi 5,4% dan 15,5%.
Dari sisi pendanaan, perusahaan terus melakukan diversifikasi sumber pendanaannya melalui dukungan berkelanjutan dari pembiayaan bersama dengan perusahaan induknya, Bank Danamon dan memperoleh pinjaman eksternal yang meliputi pinjaman bank dan obligasi.
Per posisi Juni 2022, pembiayaan Bersama mewakili 47% dari piutang yang dikelola. Sementara, total pinjaman eksternal perusahaan di Juni 2022 turun 17% y/y menjadi Rp 11,1 triliun, terdiri dari pinjaman bank baik dalam negeri dan luar negeri dan obligasi, masing-masing memberikan kontribusi 34%:66%.
Hasilnya, gearing ratio turun menjadi 1,2 kali dari sebelumnya 1,7 kali di 6M22, sehingga perusahaan masih memiliki ruang gerak yang cukup besar untuk melakukan ekspansi bisnis ke depannya.