Tidak dapat dipungkiri bahwa kesuksesan Liga Mahasiswa tak lepas dari peran para sponsor. Bagaimana tidak, tanpa sponsor, mereka akan sulit mengadakan turnamen yang berkesinambungan.
Sebut saja McDonald’s, Microsoft, Sosro, Kaskus, BliBli, WeChat, ZTE, Infokost, semua itu adalah beberapa merek yang telah percaya pada Liga Mahasiswa (LIMA). Untuk mendapatkan dukungan dari merek-merek tersebut, Ryan Gozali, sang CEO Liga Mahasiswa memiliki trik tersendiri.
- Ciptakan Solusi dari Masalah Sosial
Value adalah hal pertama yang dapat menggugah hati pemilik merek. Bukan hanya value yang bisa didapatkan oleh si merek, tapi juga value yang mampu menyelesaikan masalah sosial.
Menjadi solusi di tengah carut-marut liga nasional serta ranking Indonesia yang jatuh di mata FIFAmendorong jatuhnya ranking Indonesia di mata FIFA merupakan tujuan utama Ryan membentuk Liga Mahasiswa.
Fenomena menarik lainnya adalah masa depan para atlet yang dirasa tidak menjanjikan. LIMA kemudian menjadi safety net yang menyelamatkan calon atlet ketika jatuh (gagal) dari liga profesional.
“Sekitar 90% pemuda Indonesia gagal menjadi atlet pro, padahal karir atlet pro sudah dimulai sejak SMA. Coba pikirkan, apa yang terjadi begitu mereka serius menjalani karir sebagai atlet? Peluang gagal yang besar membuat mereka tidak memiliki banyak harapan, hingga akhirnya tidak punya pilihan pekerjaan lain” kata Ryan.
“Tapi dengan Liga Mahasiswa, meski gagal menjadi atlet, mereka masih tetap bisa kuliah dari beasiswa berbagai kampus yang ingin namanya dikenal. Dengan begitu, mereka akan mendapat ilmu lain yang berguna di masa depan kelak,” lanjutnya.
- Sustainability
Banyak merek yang bertanya kepada Ryan, apakah LIMA akan terus berlangsung secara konsisten? Pasalnya kompetisi seperti ini bukanlah yang pertama kali. Ketidakkonsistenan seperti inilah yang tidak diinginkan oleh merek.
Aktivitas yang tidak konsisten hanya akan mendatangkan awareness, padahal tidak hanya awareness yang diinginkan merek, tapi juga engagement. Dengan kegiatan yang sustainable, merek akan mendapat konsumen yang loyal dari market tertentu.
“Kami memang tidak di-support oleh pemerintah, tapi kami konsisten untuk terus ada,” imbuh Ryan.
“Di sisi lain, kami juga punya standar, yang ikut LIMA harus memiliki IPK minimal 2.00. Jadi mereka tetap fokus kuliah yang mungkin akan membantunya di masa mendatang,” tambahnya.
- Rangkul Merek Besar
Ingin sukses mendapatkan dana sponsor tapi malah disuruh mencari sponsor, gimana ceritanya?
Jelas saja ini menjadi satu elemen penting, karena merek besar bisa memancing merek-merek lain untuk bergabung. Kesediaan merek besar untuk bekerja sama akan meningkatkan image positif.
Caranya bisa dengan berusaha meyakinkan si pemilik merek besar untuk memberikan uangnya, dengan membujuk mereka dengan tawaran diskon, atau bisa juga dengan menjalin kerja sama lain yang bisa menggantikan dana promosi mereka di program Anda.
Selain itu, kesuksesan dalam mendapatkan dukungan merek besar juga akan meningkatkan mental dalam mencari sponsor lain. “Ketika mendapat McD dan Sosro, saya jadi tambah semangat dalam mencari sponsor.
Nah, apakah Anda sudah memikirkan ketiga hal di atas dalam kegiatan merayu sponsor?