Kena Tipu Digital Lebih Horor dari Cerita-cerita Horor

0
Asmara Abigail - J&T Express
Asmara Abigail. Foto: tangkapan layar kanal YouTube RJL 5 - Fajar Aditya
[Reading Time Estimation: 4 minutes]

Marketing.co.id – Berita Marketing | Penipuan yang dilakukan secara online (berbasis digital) menjadi momok di tengah maraknya digitalisasi di berbagai sektor. Cerita mengenai korban penipuan pun sering kita dengar di berbagai media. Korbannya pun tak pandang bulu mulai dari orang biasa, artis, selebritas, hingga pejabat tinggi.

Bentuk kejahatan digital beragam, mulai dari pencurian data, di mana informasi sensitif milik pelanggan atau perusahaan diakses secara ilegal; card skimming, pencurian data kartu kredit atau debit menggunakan alat tersembunyi; hingga phishing, modus penipuan digital melalui SMS, surel atau situs palsu yang mengelabui pengguna agar mengisi data-data pribadi atau melakukan transaksi tertentu.

Selain itu, ada pula carding, yaitu transaksi ilegal dengan kartu curian; cracking, peretasan sistem untuk mencuri atau merusak data; dan yang lebih canggih, deepfake, yaitu manipulasi visual atau suara untuk menyebarkan disinformasi atau menjatuhkan reputasi pribadi atau institusi tertentu.

Nilai kerugian dari penipuan digital ternyata tidak main-main. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui Indonesia Anti-Scam Center (IASC) atau Pusat Anti-Penipuan mengungkapkan total kerugian yang dialami korban penipuan daring (online) di Indonesia mencapai Rp3,2 triliun per 20 Juni 2025.

Perusahaan dan Konsumen Sama-sama Dirugikan

Salah satu modus penipuan digital yakni dengan mengatasnamakan perusahaan. Yang cukup santer terdengar pencurian data seseorang oleh pihak yang tak bertanggung-jawab. Data tersebut kemudian digunakan untuk pinjaman daring. Kasus lain yang juga sering muncul, uang nasabah yang tersimpan di apikasi mobile banking atau e-wallet tiba-tiba berkurang, padahal nasabah tersebut tidak melakukan transaksi apapun.

Penipuan digital juga dialami oleh perusahaan pengiriman ekspres dan konsumennya, seperti yang dialami oleh J&T Express. Herline Septia, Brand Manager J&T Express, mengatakan penipuan online yang menimpa pelanggan J&T Express buka cuma merugikan pelanggan, tapi juga bisa merusak citra J&T Express sebagai perusahaan.

Untuk membangun kesadaran dan kewaspadaan penipuan digital, J&T Express menggencarkan kampanye bertajuk “3C: Cek, Curiga, Cancel”. Dalam kampanye ini J&T Express menggandeng publik figur Asmara Abigail. Asmara yang terkenal melalui film-film horor pernah menjadi korban penipuan digital yang mengatasnamakan J&T Express.

Jangan Buru-buru Meng-Klik Link

Asmara Abigail - J&T Express
Asmara Abigail. Foto: tangkapan layar kanal YouTube RJL 5 – Fajar Aditya

Cerita Asmara menjadi korban penipuan digital bermula ketika dia hendak mengirim paket ke Takengon, Aceh Tengah. Dia meminta ibu dan asisten rumah tangga untuk mengirim paket yang berisi keperluan syuting menggunakan jasa J&T Express ke Takengon. Saat itu, Asmara sendiri sedang berada di Bali untuk promo film yang dibintanginya “Sihir Pelakor”.

“Lokasi Takengon 6-7 jam dari Banda Aceh atau 8-10 jam dari Medan, kalau ke sana pakai pesawat kecil, kita bisa bawa kabin hanya 5 kg. Sementara syuting satu bulan mesti bawa segala macam dong, akhirnya aku memutuskan untuk mengirim barang-barang yang aku butuhkan untuk syuting, dan aku selalu kirim melalui J&T karena outlet nya dekat rumah aku,” tutur Asmara dalam perbincangan di kanal YouTube RJL 5 – Fajar Aditya.

Sementara paket dalam perjalanan menuju Takengon, Asmara mendapat kabar melalui iMessages di smartphone nya yang menyatakan tulisan alamat yang dituju di paket tersebut rusak, sehingga sulit dibaca. Asmara pun diminta untuk memperbaharui alamat yang dituju melalui link yang dikirimkan oleh pihak yang mengaku dari J&T Express.

“Lalu aku klik, isi alamat penerima di Takengon, tapi habis situ aku masuk page berikutnya, dimana di situ ada perintah aku mesti bayar extra charge Rp9.000 sekian, yang kalau pikir itu bukanlah nilai nominal yang besar, kita yang lagi kerja, gimana caranya agar paket itu bisa cepat sampai,” kenang Asmara.

Berikutnya Asmara diminta untuk mengisi data terkait kartu kredit dan melakukan pembayaran. “Ternyata tiap kali aku melalukan pembayaran di page itu, transaksinya gagal, aku coba sampai lima kali, tapi ternyata transaksinya sukses semua dan ternyata nominalnya SAR, Riyal. Kalau ditotal nilai finansial yang hilang dari credit card aku sekitar Rp70 juta. Horor kan, aku gemeter, panik, dan pengen nangis, itu posisinya pas aku baru selesai syuting dari Bali, mau massage, rileks sebelum berangkat ke Takengon,” papar pemeran Darminah di film Pengabdi Setan itu.

Melalui kanal YouTube RJL 5 – Fajar Aditya, Asmara mengatakan kejadian tersebut lebih horor dari cerita-cerita horor. “Aku jadi korban phishing baru pertama. Biasanya kalau ada yang ngirim link entah itu melalui SMS, WA atau nomor tak dikenal nelpon, atau kita kadang-kadang suka nerima email tidak jelas, biasanya nggak pernah aku klik. Tapi ini mungkin fisik aku lagi capek baru selesai satu film dan on going satu film lagi, dan sedang promo film Sihir Pelakor. Jadi secara fisik dan mental nggak sharp, jadilah aku ketipu,” tutur wanita yang ikut bermain di Film Setan Jawa ini.

Persoalan yang menimpa Asmara sudah diselesaikan dengan baik oleh pihak J&T Express. Setelah dicek ternyata pengiriman paket tidak mengalami masalah. “Ternyata paket sedang dalam perjalanan, tak ada hambatan, dan tidak ada tulisan alamat paket yang tak terbaca, dan aneh nomor yang menghubungi berasal dari Filipina, harusnya dari awal aku sudah curiga sih,” tandasnya.

Dari kejadian tidak mengenakkan tersebut, Asmara mengimbau kepada customer J&T Express agar tidak buru-buru mengklik link yang masuk ke smartphone mereka. “Kalau sedang tidak fokus apapun yang dikirim ke kita jangan kita klik. Kita juga harus cek, kita hubungi pihak J&T, kita cek apakah nomor resi di link itu sama dengan yang dikirim dari J&T ketika kirim barang. Kalau sudah ada tanda-tanda mencurigakan langsung cancel aja,” imbuh Asmara.

J&T Express Tidak akan Lepas Tangan

Sementara itu, untuk lebih melindungi pelanggannya dari ancaman kejahatan atau penipuan digital, J&T Express telah melakukan penyebaran materi edukasi kampanye “3C: Cek, Curiga, Cancel” ke ratusan titik layanannya.

J&T Express sebagaimana disampaikan Herline juga berjanji akan menindaklanjuti kejahatan siber yang mengatasnamakan J&T Express. “Selama di bagian operasional kami terbukti melakukan kesalahan, kami akan melakukan follow up sampai dengan selesai. Tapi jika di luar operasional kami, di luar jangkau kami, kami juga tidak akan tinggal diam, kami akan mengupayakan apa yang bisa dilakukan secara internal dan eksternal,” tegasnya dalam kesempatan jumpa pers 10 Tahun J&T Express, di Jakarta, Rabu (27/8/2025).

Pada kesempatan yang sama, Robin Lo, CEO J&T Express menyampaikan hal senada. Robin menegaskan J&T Express tidak akan lepas tangan jika terjadi penipuan atau kejahatan yang mengatasnamakan J&T Express.

“Bahkan, jika misalnya ada oknum-oknum yang terlibat kita akan serahkan kepada pihak yang berwajib. Jika kerugian yang diderita pelanggan cukup gede, kita akan mencari solusi bagaimana caranya supaya pihak berwajib bisa menyelesaikan masalah ini,” ucap Robin.