Marketing.co.id – Berita Digital | Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemenkominfo) melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI Kominfo) berkolaborasi dengan Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Pusdatin Kemendikbud Ristek) menyelenggarakan kegiatan yang bertajuk “Bimbingan Teknis Peningkatan Kompetensi Guru di Wilayah 3T”.
Kegiatan yang dihadiri oleh 80 Guru di Kota Sorong ini turut diselenggarakan Kelas Literasi Digital yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di bidang digital guna menunjang layanan pendidikan di wilayah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T).
Kegiatan dibuka oleh Sundoro selaku staff dari Pusdatin Kemendikbud yang menyampaikan apresiasi terhadap kolaborasi antara Kemenkominfo dan Kemendikbud dalam rangka mewujudkan transformasi digital. Banyak manfaat yang diperoleh dengan adanya transformasi digital, termasuk kemudahan dalam mengakses platform buatan Kemendikbud untuk masyarakat. Saat ini, platform yang sering digunakan yakni platform Merdeka Mengajar, platform sumber daya sekolah, akun pembelajaran belajar.id yang tentunya sangat membantu sekali dalam proses belajar mengajar.
Dalam mengimplementasikan kurikulum Merdeka Belajar, terdapat 6 (enam) strategi untuk penguatan komunitas belajar bagi pendidik yang berpusat pada komunitas belajar bagi pendidik, yaitu melakukan sosialisasi Platform Merdeka Mengajar (PMM) secara masal, mengikuti seri webinar yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah, melakukan pengelolaan komunitas belajar di satuan Pendidikan, di tingkat daerah, dan komunitas dalam jaringan.
Pada bimtek ini, Kemenkominfo turut menyajikan kelas Literasi Digital bagi para guru TIK. Kelas diisi oleh Mira Sahid, Wakil Ketua Umum Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi yang menyampaikan mengenai empat pilar literasi digital dan implementasinya dalam kehidupan sehari-hari. Selain menyampaikan materi, Mira Sahid juga memberikan tips supaya aman dalam bermedia digital.
Menurut survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), penetrasi pengguna internet di Indonesia mencapai angka 73,7% per Februari 2022. Hal tersebut bertambah banyak seiring maraknya Work From Home (WFH) dan aktivitas-aktivitas daring lainnya selama pandemi. Tingginya angka tersebut memicu berbagai efek samping, baik positif maupun negatif. Salah satunya adalah munculnya konten hoax yang perlu diwaspadai oleh setiap pengguna sosial media.
“Semua bisa menjadi agent of change dalam merespon banyaknya konten negatif yang beredar. Hal itu dapat dilakukan mulai dari circle terkecil kita, seperti keluarga, sekolah, hingga masyarakat di sekitar kita,” tutur Mira.
Dalam konteks Digital Culture, Mira Sahid menjelaskan relevansi pilar tersebut dengan nilai Pancasila. Setiap sila memiliki hubungannya sendiri-sendiri terhadap value literasi digital, seperti nilai kasih sayang, kesetaraan, harmoni, demokratis, dan gotong royong. Setiap pengguna media sosial memiliki posisi yang setara dan porsi yang sama untuk menyampaikan pendapat di ruang digital, namun harus senantiasa memperhatikan batasan-batasan untuk tetap menjaga keamanan dan kenyamanan digital.
Di kesempatan yang sama, Mira Sahid juga memaparkan materi mengenai content creator. Semua orang dapat menjadi content creator, yang berarti juga menjadi seorang great communicator. Untuk menjadi seorang content creator, harus memiliki kemampuan berkomunikasi. Hal tersebut bukan berarti hanya melalui kemampuan public speaking, akan tetapi bisa melalui tulisan dan visual.
“Hal pertama yang perlu dilakukan sebelum membuat konten adalah menempatkan diri menjadi audience, bisa juga memanfaatkan sosial medianya untuk membuat konten mengenai pembelajaran yang menarik,” tutur Mira.
Selain memaparkan materi kepada Para Guru, Mira Sahid juga memberikan tips membuat story telling dengan konsep Attention, Interest, Desire, dan Action (AIDA) dalam keperluan membuat konten yang baik dan menarik.