Kemenkes dan Takeda Soroti Urgensi Aksi Kolaboratif untuk Cegah Lonjakan Kasus Dengue

0
[Reading Time Estimation: 3 minutes]

Marketing.co.id – Berita Lifestyle | Kasus Dengue di Indonesia masih menjadi ancaman kesehatan publik yang signifikan dengan tren yang terus tinggi, bahkan diproyeksikan berisiko meningkat seiring prediksi musim hujan 2025/2026 yang datang lebih awal dan dengan curah hujan di atas normal. Menyikapi situasi ini, Takeda bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan pemangku kepentingan di bidang kesehatan menyelenggarakan media briefing bertajuk “Urgensi dan Kepemimpinan Indonesia dalam Perjuangan Melawan Dengue” di Jakarta.

Acara ini menekankan, bahwa kolaborasi multi-sektor yang berkelanjutan adalah landasan utama dalam tatalaksana dengue, terutama dalam menghadapi prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang menyebut musim hujan akan dimulai lebih awal, berpotensi meningkatkan risiko penyebaran penyakit akibat kelembapan tinggi dan lingkungan yang mendukung perkembangbiakan nyamuk.

Data Kemenkes mencatat Dengue masih menjadi tantangan serius. Hingga 28 Oktober 2025, telah dilaporkan 131.393 kasus dan 544 kematian di Indonesia. Selain itu, dalam tujuh tahun terakhir, anak-anak usia 5–14 tahun secara konsisten menyumbang proporsi kematian tertinggi, mencapai 41% pada tahun 2025.

Bukan hanya anak-anak, orang dewasa dengan penyakit penyerta (komorbid) juga berisiko tinggi. Penasihat Satuan Tugas (Satgas) Imunisasi Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Prof. Dr. dr. Samsuridjal Djauzi, Sp.PD, KAI, menegaskan bahwa infeksi Dengue pada kelompok dewasa, terutama yang memiliki komorbiditas, dapat menimbulkan komplikasi serius. Tingkat keparahan bisa mencapai hingga tujuh kali lipat pada pasien dengan gangguan ginjal kronis.

Meskipun secara global kasus Dengue meningkat signifikan, Derek Wallace, President, Global Vaccine Business Unit, Takeda Pharmaceuticals, mengapresiasi keberhasilan Indonesia menekan laju kasus Dengue secara signifikan pada tahun 2025.

“Indonesia justru berhasil menekan laju kasus dengue secara signifikan pada tahun 2025, sebuah pencapaian yang patut diapresiasi dan mencerminkan kuatnya komitmen pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan,” ujar Derek Wallace, seraya menambahkan bahwa upaya tersebut harus dipertahankan melalui kolaborasi lintas sektor yang berkelanjutan.

dr. Prima Yosephine, MKM, Pelaksana Harian Direktur Penyakit Menular, Kementerian Kesehatan RI, menekankan, bahwa Kemenkes berkomitmen untuk mencapai target global dan Nasional Nol Kematian Akibat Dengue pada tahun 2030.

“Mencapai tujuan ini membutuhkan kolaborasi berkelanjutan di semua sektor untuk mempercepat inovasi, memastikan akses yang adil terhadap solusi pencegahan Dengue, dan membangun ketahanan masyarakat,” jelas dr. Prima.

Dengue tidak hanya mengancam jiwa, tetapi juga membebani sistem kesehatan. Prof. dr. Ghufron Mukti, MSc, PhD, Direktur Utama BPJS Kesehatan, mengungkapkan bahwa biaya klaim perawatan Demam Berdarah Dengue (DBD) melonjak tajam.

“Pada 2024, total klaim mencapai Rp2,9 triliun untuk lebih dari satu juta kasus rawat inap, lebih dari dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya. BPJS Kesehatan menjamin penanganan DBD bagi peserta JKN, termasuk rujukan ke rumah sakit jika ada indikasi medis,” terang Prof. Ghufron.

Menanggapi besarnya beban ini, semua narasumber sepakat bahwa pencegahan dan deteksi dini adalah langkah krusial. Strategi pencegahan komprehensif yang ditekankan meliputi pengendalian vektor (3M Plus) dengan menjaga kebersihan lingkungan, terutama di musim hujan serta perluasan cakupan Imunisasi, dimana satgas imunisasi PAPDI merekomendasikan vaksin Dengue masuk dalam jadwal imunisasi dewasa, dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan imunisasi bagi anak yang memenuhi syarat.

Prof. Dr. dr. Hartono Gunardi, Sp.A(K), Ketua Satgas Imunisasi IDAI, mengingatkan orang tua untuk waspada terhadap fase kritis (hari ke-4 dan ke-5 demam) pada anak, yang merupakan periode rentan terjadinya syok.

dr. Asik Surya, MPM, Ketua Harian Koalisi Bersama (KOBAR) Lawan Dengue, menekankan, bahwa kepemimpinan kolaboratif, visioner, dan berorientasi aksi dari lintas sektor sangat dibutuhkan untuk mewujudkan target Zero Dengue Deaths 2030.