Kejujuran, Hal Fundamental Berkampanye di Sosmed

Saat ini hampir tidak ada brand yang tidak memanfaatkan social media untuk melakukan aktivitas marketing. Sosial Media dipilih karena biayanya yang rendah dan jangkauanya yang luas.

Sekali Anda mengirim pesan ke social media, seperti menyulut api, pesan itu berkelana keliling dunia, ke hadapan jutaan orang, dalam beberapa minggu bahkan beberapa hari saja. Sekali Anda membuat akun di social media, sedikit sekali biaya/effort yang dibutuhkan pelanggan atau calon pelanggan Anda untuk mengunjunginya. Mereka akan mengklik sendiri setiap iklan yang Anda letakan di social media dan setiap mereka mempertimbangkan untuk membeli salah satu produk Anda.

Social media juga merupakan kanal yang paling tepat untuk mengumpulkan informasi tentang pelanggan, keingingan, dan harapan mereka. Di sisi lain kampanye di social media adalah cara yang paling efektif untuk membentuk, membela dan meningkatkan kredibilitas perusahaan Anda.

Tidak bisa disangkal pemasaran di social media memiliki banyak keunggulan, tapi bukan berarti tidak ada kekurangannya. Bahkan menurut Michael Masterson dan Maryelleen Tribby, dari semua jalur pemasaran, pemasaran sosial adalah jalur yang paling banyak rintangannya. Alasannya jalur ini begitu besar dan kuat, namun tidak bisa dikendalikan oleh si pemasar. Dalam beberapa kasus, malahan bisa menyerang balik dan menjadi publisitas yang negatif.

Hal tersebut menurut Michael Masterson dan Maryelleen Tribby dalam bukunya yang berjudul “Changing The Channel” sangat mungkin terjadi jika kita mencoba menggunakan social media dengan niat tidak jujur. Jika kita salah dalam menggambarkan diri kita secara online, kemungkinan kita akan tertangkap basah  dan menanggung akibatnya. Dunia online bisa dengan cepat berubah melawan Anda jika ada gelombang desas-desus sangat buruk di dunia maya. Dampaknya publik akan marah, penjualan merosot, dan yang paling parah reputasi brand hancur di dunia maya dan dunia nyata.

Contoh ketidakjujuran dalam menggunakan social media menurut Michael Masterson dan Maryelleen Tribby antara lain pemasar membuat profil “penggemar” palsu pada jejaring social MySpace untuk mempromosikan produk mereka. Mereka juga membuat blog “pelanggan” yang sebenarnya ditulis oleh bagian PR perusahaan mereka.

Kasus yang terungkap dan dipublikasikan, CEO Whole Food, John Mackey, tertangkap mengirimkan komentar negatif tentang pesaingnya di papan Yahoo Finance. Dia menggunakan nama samaran selama delapan tahun untuk menjelek-jelekan pesaingnya itu. Banyak yang meyakini tujuannya untuk menurunkan harga saham si pesaing agar Whole Food bisa mengambil alih perusahaan itu dengan mudah.

Kasus lainnya, Firma PR Wall-Mart menyewa dua jurnalis untuk mengelilingi Amerika Serikat menggunakan mobil RV, mengunjungi toko – toko mereka yang ada di sepanjang jalan. Dengan menyamar sebagai orang biasa, kedua reporter tersebut mengumpulkan banyak sekali hasil wawancara yang pro-Wall-Mart dari para pegawai dan pelanggan, lalu memasangnya dalam blog mereka. Netter yang berpengalaman dengan cepat menyadari bahwa para “blogger” dalam kedua kasus ini adalah orang sewaan, dan menyebarkan berita ini melalui internet.

Dari berbagai kasus di atas kita bisa menyimpulkan kejujuran adalah hal fundamental dalam berkampanye di social media. Karena sekali publik tahu kita berbohong, akan langsung meruntuhkan kredibilitas mereka yang terlibat sekaligus mencoreng nama baik brand yang berangkutan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.