Kegagalan Penjualan adalah Obat

Setiap  manusia  hampir  dapat  dipastikan untuk selalu  menghindari  minum obat karena  dalam  alam  pikiran  kita  pastilah  kandungan  kimia yang ada dalam  obat  tersebut  “racun”,  namun  suka  atau  tidak  suka  bahwa  “racun”  tersebut  harus  dimakan  dengan segala  cara dan berbagai aturannya.  Memang ini sebuah dilema,  tapi  pertanyaan-nya adalah kenapa  Kita  harus  minum obat?   darimana  kok  bisa  ada obat?  kenapa  harus  beli obat?  pasti  jawabanya  karena  tidak merasa sehat, kurang enak badan atau sakit!   maka  orang-orang  minum obat  karena  sakit  dan  ingin  sembuh.

Lalu bagaimana  dengan  sakitnya  dalam  perusahaan?  Apa  obatnya  kalau  perusahaan sedang  sakit  penjualan?  Tentu  jawabnya  seribu siasat,  tapi pada  dasarnya  dibagi  menjadi  3 (tiga)  kelompok.  Pertama,  yaitu  mengurangi  biaya,  alternatif kedua adalah  meningkatkan  produktivitas (penjualan)  dan  atau ketiga adalah  kombinasi  keduanya !

Apakah  di dalam  mengelola perusahaan itu  diperlukan  sebuah pengalaman  berupa  kegagalan?  Tentunya  sebagian besar orang setuju bahwa  kalau bisa  tidak  gagal  kenapa  harus  gagal,  bodoh  sekali  jika  ada  seorang pemimpin  mau  gagal. Namun  sebenarnya dibalik  sebuah  kegagalan  dan  kemudian memiliki semangat  berhasil  adalah sebuah proses  terapi/ (pengobatan). Semangat ingin  sembuh untuk keluar dari kerugian, memenangkan  persaingan  merupakan  pemicu  terjadinya  gagasan  brilian,  kreatif, inovatif  dan  menjadi  batu  loncatan  ke-Prestasi  yang lebih  spektakuler.  Maka  kalau  menyadari  hal  ini  bahwa  kegagalan  dalam  penjualan  sebenarnya  obat  untuk  bisa  bekerja  dan  berkinerja  jauh di atas  garis  linier sebelumnya.

Banyak  perusahaan yang jatuh bangkrut namun begitu  mendapatkan obat yang tepat dan  mujarab, dalam waktu singkat  malahan  meroket  penjualannya.  Yang  perlu  kita  sadari  agar  kegagalan adalah obat  perlu memiliki 5 (lima) prinsip dasar  yang  kuat  yaitu:

Pertama,  kalau  kita mengendarai mobil,  jangan terlalu sering melihat  “spion”,  seharusnya   melihat kaca  depan,  artinya :  kegagalan janganlah sebagai momok yang menakutkan, melainkan  hanya sebuah referensi saja  cukup diketahui tetapi jangan terjebak untuk meratapi, menyesali  dan  trauma  untuk melangkah jauh – kita harus  “Forward Looking”  memiliki  Visi & misi untuk  untuk lebih berkembang dengan sasaran yang jelas  dan jauh kedepan.

Kedua,  kelola  Paradigma Baru,  mulai  dari  cara sudut pandang, cara berpikir  baru,  pola  kerja  baru  dan  pola  tindak  baru. Sebab  kalau  paradigma baru  hanya diterjemahkan sebagai  pola pikir baru  saja,  itu  hanya merupakan angan-angan  tanpa  tindakan,  alias  nafsu  besar  tenaga  kurang.

Ketiga,  memiliki medan  magnit yang beda,  artinya  diperlukan  darah-darah  baru  di sekitar   kita, para  team penjualan yang muda energik, penuh  dedikasi, antusias dan  optimisme  tinggi,  pantang menyerah, siap  bekerja   24 jam sehari,  tidak mengenal siang atau malam  dan  diseimbangkan  dengan  pemikir dan pekerja  caliber  premium di bidangnya.

Keempat,  penuhi  ruangan dengan  pemikiran  radikal  dan liar  sehingga  gagasan  out of the box merupakan  adrenalin  mesin  phsikologi kreatifitas  berkembang  secara  seimbang dengan   prinsip dasar  lainnya.

Kelima,  pembentukan  lingkungan  kerja  Positive  Mental Attitude (PMA),   menstimulasi  yang  impoten  menjadi  potensi,  yang  impossible menjadi possible,  yang rata-rata  menjadi  unggul,  yang  iri & dengki  menjadi lebih berprestasi.

Kalu  saja  kita  mempercayai,  mengetahui,  mempelajari,  mendalami dan melaksanakan  kelima prinsip  dasar  di atas dengan sepenuh hati,  pastilah  pengalaman  atas  kegagalan penjualan merupakan  obat sekaligus  sebagai therapy manajemen di dalam mengelola penjualan  agar lebih baik  lagi,  Percayalah !!!!! (www.marketing.co.id)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.