Kegagalan Ide

Sering kali bagian pemasaran kemudian memiliki segudang ide. Mereka ingin meluncurkan vitamin generasi baru! Mereka ingin membuat minuman yang lebih stabil! Mereka ingin membuat biskuit yang lebih renyah! Mereka ingin membuat kemasan baru, dan sebagainya. Kemudian, semuanya ini tidak terwujud. Sederhana, perusahaan tidak memiliki kompetensi. Mereka tidak membangun R&D yang kuat. Mereka tidak memiliki teknologi yang diperlukan atau tidak punya tenaga periset yang berkualitas. Dalam hal teknologi, bukan berarti perusahaan harus melakukan investasi. Mereka mempunyai pilihan untuk membangun sendiri atau membeli lisensi. Tetapi, semua itu membutuhkan kualitas sumber daya manusia yang memadai.kegagalan ide

Inilah yang sering terjadi di perusahaan makanan minuman skala kecil dan menengah. Mereka tidak mampu melihat strategi yang menjadi kunci sukses dari industrinya. Mereka tidak mampu membangun kompetensi yang memadai. Pada akhirnya, hanya menjadi kolektor dari ide-ide besar.

Dalam industri perbankan, salah satu kunci sukses adalah kemampuan perbankan untuk membangun delivery channel. Nasabah menginginkan pelayanan yang semakin cepat dan nyaman. Sebuah bank bisa saja memiliki puluhan ide besar untuk membuat produk atau layanan yang semakin cepat dan menyenangkan nasabahnya. Ide-ide seperti; bagaimana kalau kita dapat melayani pembukaan rekening secara online? Bagaimana kita dapat mengatasi komplain pelanggan dalam waktu 2 jam? Bagaimana kita dapat bertransaksi antar bank melalui SMS banking? Dan segudang ide lainnya.

Bisa dibayangkan, semua ide tersebut akan berhenti bila bank tidak mampu melihat strategi besar ini sebagai kunci sukses membangun teknologi dan sistem dalam delivery channel. Tidak akan ada ide yang kemudian mampu terwujud menjadi sebuah konsep layanan baru tanpa kompetensi seperti ini. Bank sanggup menangkap ide dan menjadikannya menjadi suatu gagasan strategi bila sudah memiliki kompetensi atau minimal mempunyai kemampuan untuk membangun kompetensi dalam delivery channel. Inilah pentingnya memiliki top manajemen—baik CEO maupun CMO—yang visioner, yang mampu membangun sebuah kompetensi untuk mengubah ide menjadi strategi perusahaan.

Customer Value

Hal kedua yang merupakan penghambat ide menjadi strategi yang siap dieksekusi adalah kemampuan ide tersebut untuk memberikan customer value. Ide dalam dunia bisnis bukanlah sekadar ide besar, ide gila, atau ide-ide yang kelihatannya brilian. Anda boleh punya ide besar dengan membuat sebuah obat tablet yang ukurannya hanya 10% dari yang sekarang sudah beredar. Problemnya, apakah ada konsumen yang menginginkan? Adakah ukuran yang kecil ini akan memberikan customer value, atau justru menciptakan masalah baru bagi konsumen?

Sebuah ide atau gagasan tidak dapat menjadi strategi perusahaan juga karena tidak adanya ekosistem, terutama customer base yang memadai. Tidak mengherankan, banyak perusahaan kecil yang memiliki segudang ide besar tidak mampu mewujudkan ide mereka. Penghambatnya sederhana, yaitu mereka tidak memiliki pasar untuk melempar produk yang akan diproduksi atau layanan yang diciptakan. Pelanggan loyal yang berjumlah banyak adalah sebuah ekosistem yang paling efektif untuk menyerap gagasan besar. Ini membuktikan, pelanggan adalah ekuitas bagi perusahaan yang sangat besar dan sering kali jauh melebihi aset yang tercantum dalam nilai buku perusahaan.

Handi Irawan D

CEO – Frontier Capital

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.