Pesatnya adopsi AI di dunia pendidikan harus berjalan seiring dengan peningkatan keamanan siber. Tanpa hal itu, inovasi bisa berubah menjadi kerentanan yang mengancam masa depan generasi digital.
Marketing.co.id – Berita Digital | Adopsi kecerdasan buatan (AI) di dunia pendidikan semakin pesat. Seiring dengan itu, ancaman siber juga meningkat. Berdasarkan laporan riset terbaru bertajuk “AI in Schools: Balancing Adoption with Risk” yang dirilis Keeper Security, 41% sekolah telah mengalami insiden siber berkaitan dengan AI, termasuk serangan phishing, penyebaran informasi palsu, hingga konten berbahaya seperti deepfake yang dibuat siswa.
Laporan ini menyoroti kesenjangan antara semangat adopsi AI di ruang kelas dan kesiapan sistem keamanan digital di sekolah. Dari survei terhadap lebih dari 1.400 pemimpin pendidikan di Inggris dan Amerika Serikat, ditemukan bahwa mayoritas institusi pendidikan sudah menggunakan AI, baik untuk kegiatan belajar-mengajar maupun pekerjaan administratif. Namun, mereka belum memiliki kebijakan keamanan yang kuat untuk melindungi data dan privasi siswa.
Baca Juga: 10 Tren AI Yang Bakal Populer di 2030, Sudah Siap?
Beberapa temuan kunci dari riset ini antara lain 86% sekolah memperbolehkan siswa menggunakan alat AI, 91% mengizinkan penggunaan AI oleh tenaga pengajar, 30% sekolah melaporkan kasus konten AI berbahaya termasuk video dan gambar palsu (deepfake) yang dibuat siswa, dan 90% pimpinan sekolah menyatakan kekhawatirannya terhadap ancaman keamanan siber berbasis AI. Hanya 25% responden yang merasa sangat percaya diri dapat mengenali ancaman seperti deepfake atau serangan phishing berbasis AI.
Darren Guccione, CEO dan Co-founder Keeper Security mengatakan bahwa AI memang membawa peluang besar, namun tanpa perlindungan yang tepat, potensi tersebut bisa berubah menjadi risiko.
Baca Juga: Tren Penggunaan AI dan Peluang Karir Baru di Indonesia
“AI sedang mendefinisikan ulang masa depan dunia pendidikan dengan peluang besar untuk inovasi dan efisiensi,” ujarnya. “Namun, sekolah harus mengadopsi pendekatan zero-trust dan zero-knowledge agar data sensitif tetap terlindungi dan kepercayaan terhadap lingkungan belajar digital terus terjaga.”
Keamanan Siber Jadi Prioritas Pendidikan Digital
Keeper Security dikenal sebagai penyedia solusi keamanan siber berbasis zero-trust dan zero-knowledge Privileged Access Management (PAM). Melalui platform KeeperPAM®, perusahaan ini menawarkan sistem keamanan terintegrasi mencakup manajemen kata sandi dan kunci akses, pengelolaan rahasia digital, akses jaringan berbasis zero-trust, manajemen hak istimewa di endpoint, dan deteksi dan respons ancaman berbasis AI.
Solusi berbasis cloud ini membantu sekolah melindungi data pribadi siswa dan staf, sekaligus mempermudah kepatuhan terhadap regulasi keamanan digital. Keeper juga telah mendapatkan sertifikasi FedRAMP dan GovRAMP, standar tertinggi dalam keamanan siber untuk lembaga publik.
Menurut Anne Cutler, Cybersecurity Evangelist di Keeper Security, keamanan digital kini sudah menjadi fondasi bagi keberlangsungan pendidikan modern. “Keamanan siber bukan lagi fungsi back-office, tapi bagian penting dalam melindungi siswa, mendukung guru, dan menjaga integritas lembaga pendidikan,” tegasnya.
Baca Juga: Apakah Asia Tenggara Benar-Benar Siap Menghadapi AI?
Sebagai bentuk komitmen terhadap keamanan digital, Keeper meluncurkan inisiatif Flex Your Cyber® pada 2024, bersama mitra global seperti KnowBe4, National Cybersecurity Alliance, CYBER.ORG, dan Atlassian Williams Racing. Program ini menyediakan materi edukatif interaktif untuk siswa, orang tua, dan guru agar lebih memahami praktik aman di dunia maya.
Dengan semakin luasnya penggunaan AI di ruang kelas, laporan ini menjadi pengingat penting bagi sektor pendidikan untuk menyeimbangkan inovasi teknologi dengan perlindungan siber yang memadai. Tanpa langkah antisipatif, kemajuan AI justru bisa menjadi celah yang mengancam privasi dan keamanan generasi digital di masa depan.