Kebiasaan Buruk Berkomunikasi yang Perlu Dihilangkan

[Reading Time Estimation: 2 minutes]

kebiasaan buruk berkomunikasiKomunikasi memang sudah menjadi bagian terpenting dari PR, baik itu secara langsung (bertatap muka), tidak langsung (press release/email), atau mungkin online (dengan media sosial /situs perusahaan). Meski begitu nyatanya masih saja ada yang melakukan berbagai kesalahan, bahkan kebiasaan buruk berkomunikasi ini memang sudah mendarah daging (lumrah).

Dalam beberapa hal, mungkin kebiasaan berkomunikasi yang kurang baik masih bisa dimaklumi (seperti tidak menggunakan kata ‘tolong’ atau ‘terima kasih’). Tapi untuk hal lain, ini akan membuat jengkel lawan bicara Anda, kecuali jika memang lawan bicara Anda punya sifat yang welas asih.

Berikut adalah kebiasaan buruk berkomunikasi yang wajib Anda hilangkan:

1.       Lupa nama lawan bicara

Terkadang kita memang tak bisa menghindari sifat pelupa, wajar memang. Tapi hal itu akan jadi sangat menjengkelkan bila Anda lupa nama lawan bicara, padahal baru saja dikenalkan. Kasus seperti ini sangat sering terjadi. Maka dari itu, Anda wajib memperhatikan lawan bicara ketika akan diperkenalkan oleh kolega. Ingat, networking adalah salah satu kekuatan PR.

2.       Tag

Memberikan tag kepada tautan yang Anda posting memang sangat baik, tapi itu sebatas bila isi informasinya menarik (seperti pemberitahuan mengenai event, diskusi, atau seminar/workshop). Tapi jika Anda memberikan tag ke orang lain hanya karena ingin tulisan tersebut dibaca, maka itu sangat buruk. Orang akan jengkel ketika melihat pemberitahuan di Facebook, lagi-lagi nama Anda yang ditemukan karena tag pada tautan yang tidak jelas.

3.       Membuka diskusi dengan perkenalan diri

Ini banyak terdapat di acara seminar. Biasanya, pembicara menghabiskan waktu sekitar 5 – 10 menit untuk menuturkan siapa dia dan latar belakangnya. Tak ada masalah memang, namun sesungguhnya itu cukup membuat jengkel peserta seminar. Kebanyakan peserta menginginkan pembicaranya langsung masuk ke inti pembicaraan. Siapa Anda dan apa latar belakang Anda, biasanya sudah sangat diketahui oleh peserta seminar. Jadi hal itu hanya membuang – buang waktu.

4.       Mengalihkan pembicaraan

Ada kalanya kita menghadapi sebuah obrolan yang membuat tidak nyaman, atau mungkin beberapa pertanyaan yang enggan untuk diberitahukan ke publik. Kendati demikian, mengalihkan pembicaan bukanlah hal yang tepat.

Akan lebih baik bila Anda mengutarakannya secara langsung bahwa pertanyaan itu membuat tidak nyaman. Jangan pula Anda malah balik bertanya, “Eh kamu wartawan ya? Punya ID pers dong? Wah pasti bisa masuk ke acara-acara dengan gratis. Aku mau satu dong…”

Keterampilan komunikasi yang baik merupakan nyawa seorang PR, maka dari itu membiasakan diri dengan pola komunikasi yang baik akan membuat hidup Anda di dunia PR kian abadi.

 

Sumber: PR Daily | Foto: Task Fm

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here