Jepang Tawarkan Pembangkit Listrik Energi Kombinasi

Jakarta, 15 November 2018 – Ketergantungan Indonesia terhadap minyak bumi dan batu bara masih tinggi, mencapai 90%. Sementara penggunaan energi terbarukan masih di bawah 10%. Itu pun dengan catatan penggunaan energi di Indonesia masih boros.

Di sisi lain meskipun tingkat elektrifikasi Indonesia sudah mencapai 98% lebih, masa ada sekitar 2500 desa belum dialiri listrik dan belasan ribu pasokan listriknya masih memprihatinkan. Demikian disampaikan Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementerian, Harris, pada Japan – Indonesia Business Forum for Energy Efficiency Conservation and Renewable’, di Jakarta, Rabu (14/11/18).

Acara tersebut digelar oleh Japanese Business Alliance for Smart Energy for Worldwide untuk memperingati 60 tahun hubungan diplomatik Jepang-Indonesia. Forum ini antara lain memperkenalkan teknologi dan proyek dari 14 perusahaan Jepang dan pameran panel teknologi hemat energi dan energi terbarukan.

Jepang memang lebih maju dalam penggunaan alternatif, baik di industri maupun rumah tangga. Menurut Masahide Shima Managing Director of Energy Conservation Jepang, Jepang sudah memulai penggunaan energi alternatif non fosil sejak tahun 70-an ketika negara-negara Timur Tengah mengurangi pasokan minyak ke Jepang. “Waktu itu masyarakat Jepang sangat panik,” tuturnya.

Japanese Business Alliance for Smart Energy for Worldwide

Untuk mengatasi hal ini, pemerintah Jepang mengeluarkan undang-undang hemat energi dan mendirikan pusat hemat energy. “Dengan adanya undang-undang tersebut industri di Jepang dipaksa untuk hemat energi,” tuturnya. Setelah berhasil menurunkan penggunaan energi di industry, target Jepang berikutnya menurunkan penggunaan energi di umah tangga dan sektor transportasi.

Dalam forum tersebut Jepang menawarkan pembangkit listrik dengan energi kombinasi kepada pemerintah Indonesia. Menurut Shima pembangkit listrik ini cocok diaplikasikan di Indonesia dan bisa diadopsi oleh pembangkit listrik yang sudah ada. “Caranya kerjanya energi panas yang dihasilkan pembangkit listrik akan diubah jadi uap, dan selanjutnya uap tersebut akan menghasilkan energi listrik,” jelas dia.

Menurut Shima pembangkit listrik berbasis energi kombinasi jauh ebih hemat dibandingkan pembangkit listrik berbasis energi fosil. Jika pembangkit listrik berbasis BBM dan batubara bisa menghemat energi sebesar 40%, maka pembangkit listrik energi kombinasi mampu menghemat 80%.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.