
Marketing.co.id – Berita Finanacial | Membeli rumah, memulai usaha, atau meraih berbagai pencapaian hidup lainnya hampir selalu membutuhkan dukungan finansial yang besar. Ketika dana pribadi tak mencukupi, pinjaman menjadi solusi. Namun, lembaga keuangan tidak hanya menilai kemampuan membayar, melainkan juga reputasi. Reputasi finansial ini tercermin dalam laporan kredit, sebuah catatan historis yang kini makin krusial, terutama di tengah pertumbuhan pesat layanan Buy Now Pay Later (BNPL).
Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan tren yang signifikan. Per Juli 2025, outstanding BNPL yang tercatat di Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) mencapai Rp24,05 triliun, tumbuh 33,56 persen secara tahunan, meskipun porsinya di industri perbankan masih kecil. Peningkatan ini menandakan kemudahan akses keuangan, namun juga membawa risiko jika tidak dikelola dengan bijak.
Nora Asteria, Head of Consumer Business CBI, menjelaskan, bahwa penilaian kredit lebih dari sekadar jumlah uang yang dikembalikan. “Banyak orang beranggapan bahwa pinjaman hanyalah soal kemampuan membayar. Padahal, yang dinilai bukan hanya jumlah uang yang dibayar, tetapi juga ketepatan waktu, konsistensi, dan riwayat penggunaan kredit. Semua faktor ini membentuk skor dan reputasi kredit seseorang,” jelasnya.
Reputasi kredit yang baik adalah kunci. Rekam jejak pembayaran masa lalu menjadi indikator utama bagi pemberi pinjaman untuk menilai kepercayaan dalam mengelola kewajiban finansial. Reputasi yang terjaga akan membuka pintu pada kemudahan pengajuan, suku bunga yang lebih ringan, dan akses yang lebih luas terhadap berbagai produk kredit, mulai dari KPR, pembiayaan kendaraan, hingga modal usaha.
“Bahkan ketika kita meminjam dari teman atau keluarga, reputasi tetap menjadi pertimbangan. Prinsip yang sama berlaku di lembaga keuangan, hanya saja datanya tercatat secara sistematis melalui laporan kredit,” tambah Nora.
Melihat kebutuhan masyarakat untuk memantau dan mengelola reputasi kredit mereka, platform SkorKu hadir sebagai solusi. SkorKu mempermudah akses masyarakat terhadap laporan kredit pribadi, memungkinkan pengguna untuk melihat skor kredit, riwayat pembayaran, serta penggunaan limit kredit secara transparan.
Nora menyebutkan, SkorKu ibarat “cermin finansial” yang menunjukkan bagaimana perilaku pinjaman sehari-hari memengaruhi reputasi seseorang. Dengan pemantauan rutin, pengguna dapat mengidentifikasi apakah kebiasaan finansial mereka tergolong sehat atau berisiko menurunkan skor.
“Keputusan sederhana seperti menunda pembayaran satu tagihan dapat menurunkan skor kredit dan mempengaruhi peluang mendapatkan pinjaman di masa depan. SkorKu membantu masyarakat memahami konsekuensi tersebut secara langsung, sehingga mereka dapat menjaga reputasi kredit dan mencapai tujuan finansialnya dengan lebih percaya diri,” paparnya.
Selain transparansi data, SkorKu juga menyediakan fitur penting untuk perlindungan. Fitur pengaduan data memungkinkan pengguna mengoreksi informasi yang tidak akurat dalam laporan kredit, seperti transaksi yang bukan miliknya atau status pembayaran yang salah. Langkah ini penting untuk memastikan reputasi kredit tetap terlindungi dan akurat.


