Jangan Lupa 16 Maret, Hari Tidur Sedunia

[Reading Time Estimation: 3 minutes]

Penelitian terbaru yang dilaporkan Journal Sleep menyebutkan,sekitar 150 juta orang di negara-negara berkembang mengalami sulit tidur (insomnia). Masalah insomnia di negara-negara Asia berhubungan dengan meningkatkan gangguan psikologis seperti stres dan kegelisahaan. Di Indonesia tingkat prevalensi Insomnia diperkirakan mencapai 28 juta jiwa atau sekitar 10% dari total penduduk Indonesia.

Tingginya prevalensi insomnia menciptakan peluang bisnis tersendiri. Edward Young, Konsultan Kesehatan menyebut sebuah riset di Amerika Serikat. Dia mengatakan, nilai pasar global untuk produk mengatasi insomnia (for sleep aids) mencapai 76,7 miliar dolar AS di tahun 2019. Angka ini meningkat 7 kali lipat dibandingkan tahun 2013. “Ada sekitar 100 jenis gangguan sulit tidur, dan masalah ini memengaruhi kualitas hidup dan kesehatan sekitar 45% penduduk dunia,” tutur Edward yang berbicara pada perkenalan matras Amlife di Jakarta, Senin (12/3).

Edward menambahkan, insomnia berdampak serius pada kesehatan seperti peningkatan nafsu makan yang menyebabkan obesitas dan diabetes, jantung koroner, hipertensi, dan gangguan sistem kekebalan tubuh. Edward mengatakan, ada tiga hal yang mesti diperhatikan untuk meningkatkan kualitas tidur, yakni durasi tidur yang cukup, kontinuitas (waktu tidur tidak berhenti), dan tidur harus lelap.

Psikolog Klinis, Aurora Lumbantoruan mengatakan, gejala insominia dapat dikenali dari ciri-ciri berikut, yaitu sulit untuk memulai tidur, sulit untuk tetap tertidur, dan tidak merasakan dampak dari tidur, seperti tetap mengantuk dan badan tetap letih setelah bangun tidur. “Insomnia dapat menurunkan kualitas hidup, kesehatan, dan produktifitas,” tutur Aurora.

Aurora menjelaskan, gaya hidup masyarakat modern rentan menimbulkan insomnia, seperti membawa pekerjaan ke rumah dan bekerja di malam hari, tidur siang, tidur di waktu lain untuk menebus jam tidur yang hilang, dan sistem kerja shift dengan jam kerja yang tidak teratur.

Amlife dan Insomnia

Insomnia memang tidak bisa dianggap sebagai masalah sepele. Untuk mengingatkan pentingnya tidur yang berkualitas, masyarakat internasional memperingati Hari Tidur Sedunia (World Sleep Day/WSD) yang tahun ini diperingati pada 16 Maret 2018. Momen ini diperingati oleh berbagai pemangku kepentingan, salah satunya vendor produk kesehatan untuk mengatasi insomnia, seperti Amlife.

“Kami terus mendukung program WSD setiap tahunnya. Tahun ini kami mengambil bagian dalam memberikan edukasi tentang gangguan tidur dan dampak negatifnya di seluruh kawasan Asia Pasifik,” tutur Lew Mun Yee, Pendiri Amlife Internasional.

Edward Young, Konsultan Kesehatan (kedua dari kiri), Lew Mun Yee, Pendiri Amlife Internasional (ketiga dari kiri), dan Psikolog Klinis, Aurora Lumbantoruan (keempat dari kiri) berfoto di depan matras Amlife saat jumpa pers di Jakarta

Amlife terbilang aktif mengedukasi masyarakat akan pentingnya tidur yang berkualitas. Tiap tahun Amlife gencar mengedukasi masyarakat di Malaysia, Singapura, Taiwan, dan Indonesia. Pada WSD tahun ini, Amlife yang mengklaim sebagai perusahaan terapi kesehatan terbesar di Malaysia memperkenalkan produk terapi potensial listrik (electric potential therapy) yang digunakan pada matras kesehatan. Produk berteknologi Jepang ini diklaim dapat meningkatkan kualitas tidur dan kesehatan secara alami.

Lew menuturkan, matras kesehatan Amlife mampu mentralisir system syarat agar lebih rileks dan menghangatkan tubuh karena mengandung fiber. “Tidur dengan matras ini seperti dipeluk ibu. Tidur yang berkualitas adalah tidur yang restoratif, kalau kita capek, bangun dari tidur badan menjadi segar kembali,” tandasnya.

Untuk menikmati matras  Amlife konsumen harus merogok kocek cukup dalam. Pasalnya matras yang sudah dilengkapi electric potential therapy ini dibandrol dengan harga fantastis, yakni Rp 43,5 juta per unit. Produk ini menyasar segmen usia di atas 40 tahun dan mereka yang ingin memperbaiki kualitas kesehatan. Lew menargetkan, Amlife mampu menjual 100 unit per bulan matras di 30 kota di Indonesia dalam 1 – 2 tahun ke depan.

Potensi pasar produk tersebut sangat besar di Indonesia, menginat sekitar 28 juta penduduk Indonesia mengalami insomnia. Sebagai gambaran produk yang sama di Malaysia terjual sekitar 1800 unit tiap bulannya.

“Kami optimistis target di Indonesia bisa tercapai, karena matras ini digunakan dalam jangka panjang, sedangkan kasur yang tidak dilengkapi terapi kesehatan yang harganya di atas matras Amlife bisa laku,” tutur Lew yang didampingi penerjemah saat wawancara.

Konsumen yang tertarik mencoba matras Amlife, Amlife memberikan kesempatan kepada mereka untuk mencobanya selama seminggu. “Jika matras rusak selama masa percobaan, konsumen tidak perlu menggantinya. Produk ini aman digunakan, karena hampir tidak ada efeknya sampingnya,” jelas Lew.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here