Didukung stabilitas politik pasca pemilu 2024, pertumbuhan ekonomi yang diproyeksikan mencapai 5%, dan adopsi teknologi digital yang masif, Jakarta mulai dilirik sebagai alternatif baru dalam lanskap keuangan Asia.
Marketing.co.id – Berita Marketing | Nama Jakarta kini mulai bergema di ranah keuangan regional sebagai calon pusat finansial baru Asia Tenggara. Di tengah persaingan ketat dengan pusat-pusat keuangan mapan seperti Singapura dan Kuala Lumpur, Indonesia menunjukkan tanda-tanda kebangkitan ekonomi yang menjanjikan. Laporan Asia Financial Snapshot 2024 dari CARMA menyebutkan bahwa 81% liputan media internasional tentang sektor keuangan Indonesia bernada positif. Ini merupakan sinyal penting bagi investor dan pengambil kebijakan global.
Transformasi ini tidak terjadi dalam semalam. Selama bertahun-tahun, Indonesia dikenal sebagai bagian dari “Fragile Five”, yakni lima negara berkembang dengan ekonomi yang dianggap rapuh terhadap guncangan eksternal. Namun kini, citra itu mulai berubah. Didukung stabilitas politik pasca pemilu 2024, pertumbuhan ekonomi yang diproyeksikan mencapai 5% tahun ini, dan adopsi teknologi digital yang masif, Jakarta mulai dilirik sebagai alternatif baru dalam lanskap keuangan Asia.
Tiga Pilar Utama: Energi Hijau, Fintech, dan Reformasi Regulasi
Salah satu kekuatan utama Indonesia dalam mendorong transformasi ini adalah keberaniannya mengadopsi perubahan struktural. Komitmen terhadap energi hijau menjadi sorotan, terutama lewat proyek baterai kendaraan listrik dan ekspor tenaga surya ke Singapura. Ini menunjukkan bahwa Indonesia tidak hanya mengejar pertumbuhan ekonomi, tetapi juga berorientasi pada keberlanjutan.
Di sektor keuangan, akselerasi digital menjadi penggerak utama. Pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) dalam layanan finansial mulai dari deteksi penipuan hingga personalisasi produk membuat sektor fintech Indonesia semakin kompetitif. Selain itu, pemerintah juga terus menggenjot reformasi regulasi dan penguatan infrastruktur digital. Pendekatan ini penting untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif dan terpercaya, dua hal yang selama ini menjadi hambatan besar bagi pertumbuhan sektor keuangan nasional.
Reputasi dan Keamanan Digital Jadi Tantangan Jakarta
Meski berbagai kemajuan telah dicapai, jalan menuju status pusat keuangan belum sepenuhnya mulus. Indonesia masih menempati peringkat 97 dalam Global Financial Centres Index, jauh di bawah kota-kota utama lain di Asia. Insiden seperti peretasan terhadap platform kripto Indodax dan kasus penipuan digital menjadi pengingat bahwa aspek keamanan dan kepercayaan digital harus terus dibenahi. Pernyataan sensitif dari tokoh publik soal saham yang sempat mengguncang pasar mencerminkan bahwa komunikasi pemerintah dalam isu keuangan juga memiliki dampak signifikan terhadap persepsi dan stabilitas pasar.
Meski tantangan tersebut nyata, momentum yang dimiliki Jakarta saat ini terlalu kuat untuk diabaikan. Dibandingkan satu dekade lalu, transformasi Indonesia sangat signifikan, baik dalam keterbukaan investasi, modernisasi kebijakan, maupun partisipasi pasar domestik. Dengan lebih dari 6 juta investor terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada akhir 2024, minat masyarakat terhadap pasar modal juga terus tumbuh.
Jika tren ini terus berlanjut, ditambah dengan pembenahan dalam tata kelola dan keamanan digital, bukan hal yang mustahil Jakarta akan memperkuat posisinya sebagai simpul keuangan Asia Tenggara dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan.
Menuju posisi sejajar dengan Singapura mungkin masih butuh waktu dan kerja keras, tetapi arah Jakarta kini sudah benar. Dengan keberanian berinovasi, keberlanjutan sebagai prinsip dasar, dan dukungan regulasi yang progresif, Jakarta mulai membuktikan bahwa pusat keuangan Asia tak lagi harus identik dengan kota-kota lama.