www.marketing.co.id – Masih banyak perusahaan yang belum memanfaatkan blog dalam aktivitas marketing mereka. Namun di lain pihak, LinkedIn adalah social media yang paling banyak digunakan perusahaan dalam aktivitas pemasaran B to B.
Survei Eurocom Worldwide—adalah aliansi global independen yang dimiliki oleh agensi-agensi PR swasta—2011 Annual Technology Confidence tentang bagaimana perusahaan-perusahaan teknologi mengadopsi social media, menemukan bahwa 38% dari perusahaan-perusahaan teknologi meneliti profil-profil lewat social media untuk menentukan sesuai atau tidaknya calon-calon karyawan terhadap pekerjaan tertentu. Hasil yang didapat mirip dengan hasil tahun 2010.
Survei yang dilakukan pada 664 eksekutif level senior di perusahaan-perusahaan teknologi di lebih dari 30 negara di seluruh dunia ini dilakukan selama periode Januari sampai Februari 2011. Sekitar 5% dari responden berasal dari Irlandia. Survei ini menggarisbawahi perihal bagaimana perusahaan mengadopsi social media.
Statistik dan hal-hal menarik yang ditemukan adalah 33% dari responden mengatakan bahwa perusahaan mereka mempunyai blog. Tapi, perusahaan yang tidak mempunyai blog ternyata lebih banyak lagi, yaitu 47%. Walaupun demikian, 20% dari responden tidak tahu bagaimana sebaiknya atau hal yang harusnya dilakukan untuk memastikan komunikasi internal bisa berjalan lancar, padahal semua tim karyawan harusnya mengerti bagaimana perusahaan bisa mempromosikan bisnisnya secara efektif.
Sebanyak 62% perusahaan yang mempunyai blog mengungkap alasan utama mempunyai blog adalah untuk menciptakan dan meningkatkan interaksi mereka dengan para pelanggan dan publik. Sementara, 49% mengatakan gunanya untuk meningkatkan profil perusahaan dan memperlihatkan leadership yang baik. Lalu, 34% lain mengatakan untuk mengoptimalkan search engine (SEO) dan 31% mengatakan supaya mereka bisa berpartisipasi dalam debat industri.
Perusahaan yang tidak mempunyai blog, 33% dari mereka menganggap aktivitas blogging terlalu banyak menyita dan membuang waktu, dan 29% menganggap mereka tidak melihat value lebih yang bisa didapat dari blog. Selain itu, 18% perusahaan mengaku tidak pernah berpikir untuk mempunyai blog dan 10% lainnya masih takut akan munculnya reaksi negatif dari aktivitas blogging.
Situs-situs social media, menurut tingkat kepopulerannya, yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan dan diikutsertakan dalam riset ini adalah Facebook, Twitter, LinkedIn, dan YouTube. Ini berbeda dengan riset atau survei yang dilakukan oleh BtoB Online belum lama ini, yang melaporkan bahwa responden mereka lebih banyak menggunakan LinkedIn, lalu Facebook, Twitter, dan YouTube.
Seperti yang bisa Anda lihat, dari pertanyaan social media mana saja yang saat ini digunakan oleh perusahaan Anda dalam menjalankan pemasaran B2B, jawaban yang didapat adalah LinkedIn menduduki peringkat pertama seperti yang tertera pada tabel di atas (Sumber: B2B magazine, “Emerging Trends in B2B Social Marketing”, April 2011).
Saat para eksekutif ditanya apakah mereka sendiri secara pribadi memiliki profil atau akun pada situs-situs social media, sebanyak 27% menjawab punya profil di LinkedIn dan 22% menggunakan Twitter.
Penggunaan social media monitoring platform untuk memantau dan mengelola reputasi perusahaan juga penting dijalankan, selain menggunakan Google Alerts untuk memonitor percakapan online. Dalam hal seberapa sering perusahaan meng-update social media mereka, perusahaan-perusahaan yang ikut serta dalam survei mengungkap bahwa Twitter dan Facebook adalah yang paling sering di-update (26% meng-update Twitter dan 21% meng-update Facebook setiap harinya).
Mengenai investasi yang akan dicurahkan untuk social media dalam periode satu tahun ke depan, 38% dari para eksekutif mengatakan akan menghabiskan lebih banyak investasi untuk komunikasi lewat social media. Jika Anda berharap bisa berhubungan dengan para eksekutif di sektor-sektor bisnis ini, Anda juga pasti akan tertarik tentang bagaimana mereka bisa mendapat berita atau update terbaru mengenai industri mereka. Tercatat 76% dari mereka mengandalkan berita dari media online dan 30% mengandalkan para koneksi mereka di social media. Mereka membaca berita-berita tersebut kebanyakan dengan laptop, diikuti dengan ponsel.
Apakah social media menawarkan nilai lebih dalam arti uang sebagai bagian dari rencana komunikasi pemasaran dan segala usaha pemasaran yang dilakukan? Sejumlah 35% responden survei Eurocom membenarkannya, public relations dan internet marketing adalah bidang lainnya yang dianggap penting dan terkait.
Jadi, apa yang bisa kita simpulkan? Nampaknya kita semua masih memerlukan beberapa rencana dan persiapan sebelum mengintegrasikan social media ke dalam proses bisnis di perusahaan-perusahaan teknologi. Tapi, jika perusahaan Anda adalah perusahaan yang sudah menjalani proses ini, pastikan Anda mempunyai cara untuk bisa mengukur ROI (return on investment), serta menyesuaikan rencana pemasaran lewat social media dengan proses bisnis Anda. (Ivan Mulyadi, Sumber: Digital Marketing Institute)