Marketing.co.id – Berita Property | Pada 2024, sektor konstruksi di Indonesia menghadapi berbagai tantangan sekaligus peluang, seiring dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5%.
Meskipun dipengaruhi faktor eksternal seperti inflasi global, ketegangan geopolitik, dan perubahan iklim, kebijakan strategis pemerintah serta kekuatan permintaan domestik menjadi penopang utama pertumbuhan ini.
Menurut Bank Indonesia (BI), pertumbuhan ekonomi tahun 2024 berada di kisaran 4,8% hingga 5,6%, yang didukung oleh konsumsi domestik, ekspor, dan pengembangan sektor strategis seperti hilirisasi nikel untuk kebutuhan kendaraan listrik. “Indonesia memiliki potensi besar di sektor ini, dan pemerintah terus mendorong hilirisasi untuk memperkuat daya saing global,” ujar Norman Daulay, analis sektor properti dan konstruksi.
Pasar konstruksi Indonesia diperkirakan mencapai total Rp381,61 triliun pada 2024. Angka ini mencakup sektor bangunan sebesar Rp227,76 triliun (59,69%) dan sektor sipil sebesar Rp153,84 triliun (40,31%). Meski sektor sipil diprediksi sedikit menurun 2,62% pada 2025, sektor bangunan justru menunjukkan peningkatan hingga 9,09%.
Beberapa proyek utama sektor sipil meliputi:
- Jalan dan jembatan.
- Bendungan.
- Pelabuhan.
- Pembangkit listrik.
Di sisi lain, sektor bangunan mendapatkan dorongan signifikan dari kategori proyek perumahan dan industri, dengan kontribusi masing-masing Rp64,44 triliun (28,29%) dan Rp56,37 triliun (24,75%).
“Proyek perumahan masih menjadi tulang punggung, terutama dalam mendukung kebutuhan masyarakat urban dan daya beli yang terus tumbuh,” ungkap Dendi Ramdani, seorang ekonom.
Pemerintahan baru di bawah Presiden Prabowo Subianto memperkuat fokus pada pengembangan infrastruktur, industrialisasi, dan transformasi digital. Hal ini dianggap mampu mendorong ketahanan ekonomi serta memperkuat sektor konstruksi nasional.
Dalam acara BCI Breakfast Briefing yang dihadiri 165 pelaku industri, Marangkup Manik, analis pasar industri, menyoroti pentingnya peran pemerintah dalam mendukung proyek industrial. “Pemerintah perlu memperkuat regulasi dan insentif untuk menarik investasi baru, terutama di sektor manufaktur yang mendukung kebutuhan domestik dan ekspor,” jelasnya.
Tren proyek residensial dan komersial masih menjadi fokus para developer. Namun, mereka harus bersiap menghadapi tantangan, termasuk ketidakpastian anggaran dan tekanan ekonomi global. Meskipun begitu, optimisme tetap tinggi karena potensi pasar Indonesia yang besar.
“Kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan institusi keuangan sangat penting untuk memastikan keberlanjutan sektor ini,” tambah Norman.
Dengan tantangan dan peluang yang ada, tahun 2024 menjadi momen penting bagi sektor konstruksi Indonesia untuk menunjukkan daya tahannya. Para pelaku industri diharapkan terus beradaptasi dengan tren pasar dan kebijakan pemerintah untuk menjaga pertumbuhan yang stabil.