Ini Bedanya Fandom di ASEAN dengan Jepang

[Reading Time Estimation: 3 minutes]

Marketing.co.id  –  Berita Marketing | Kehadiran fandom di ASEAN bukan hal yang baru, namun dengan kondisi pandemi Covid-19, jumlah orang yang mengikuti komunitas fandom meningkat secara signifikan. Penyebabnya karena masyarakat menjadi lebih punya banyak waktu di rumah dan mencari cara yang paling memungkinkan untuk mengakses hal yang mereka sukai dan memenuhi afirmasi diri.

Di sisi lain, antusiasme terhadap fandom juga mengingatkan tentang berbagai tantangan sosial dan ekonomi yang telah mengakar di ASEAN dan sulit atau tidak dapat diselesaikan oleh masyarakat umum.

Untuk memotret fenomena fandom di ASEAN dan Jepang, Hakuhodo Institute of Life and Living ASEAN (HILL ASEAN), institusi yang berada di bawah naungan perusahaan periklanan di Jepang, Hakuhodo Inc., mengumumkan hasil temuan dari riset terbarunya. Laporan riset bertajuk “Into the Fandom – How Tribes of Fans will be the Next Power in Society?” yang digelar kemarin (19/5) melalui Forum HILL ASEAN ke-8 merupakan kali ketiga diselenggarakan secara virtual.

Baca juga: Perilaku Gen Z Berdampak pada Ekonomi dan Masyarakat ASEAN

Penelitian dengan metode survei kuantitatif dan kualitatif ini dilakukan di 6 (enam) negara ASEAN dan Jepang, yang menganalisa lebih dalam terkait sikap dan perilaku dari masyarakat yang bergabung dalam fandom.

Hasil survei tersebut dapat menjadi indikator berbasis fakta yang menciptakan perspektif baru dalam membantu strategi pemasaran dari produk-produk konsumen di negara-negara ASEAN. Hal ini sejalan dengan misi dan komitmen HILL ASEAN untuk selalu mendukung aktivitas pemasaran perusahaan-perusahaan di ASEAN.

Fandom
Irfan Ramli, CEO Hakuhodo International Indonesia

Mengomentarii hasil temuan tersebut Devi Attamimi, Institute Director, HILL ASEAN menjelaskan, komunitas fandom di ASEAN merupakan bentuk ‘masyarakat ideal’ atau ‘utopia’ dimana semua anggota sama sejajar – tidak ada hirarki, berkomunikasi dengan bebas, tidak memandang usia, jenis kelamin, kebangsaan, atau status ekonomi dan sosial.

“Dapat dikatakan, keragaman dan kesetaraan sungguh diwujudkan dalam komunitas ini sehingga terbentuk hubungan dan solidaritas yang murni tanpa untung atau rugi,” tutur wanita yang juga menjabat Executive Director Strategy, Hakuhodo International Indonesia.

HILL ASEAN lanjut Devi, menyebut fandom ini sebagai ‘MATTER-VERSE’ – sebuah komunitas ideal yang merespon kebutuhan penting masyarakat yang sulit dicapai di dunia nyata.

Komunitas fandom ASEAN memiliki beberapa keunikan yaitu, kesetaraan – tidak ada diskriminasi atau prasangka dan setiap orang dihormati secara setara karena terhubung oleh perasaan ‘suka’ yang sama; kreativitas – bekerjasama untuk merencanakan sesuatu untuk bersenang-senang bersama; sebagai keluarga kedua – saling percaya dan dapat membantu satu sama lain; dan memiliki kekuatan kelompok – memanfaatkan kekuatan bersama untuk memberikan pengaruh terhadap kepentingan fandom dan masyarakat, merasakan sensasi nyata membuat perbedaan di dunia.

Bagi masyarakat ASEAN, bergabung dalam fandom merupakan salah satu bentuk dalam memenuhi kebutuhan untuk memiliki hubungan/bersosialisasi dengan orang lain. Mereka secara aktif berinteraksi dan berbagi informasi di antara sesama anggota komunitas.

Baca juga: Kratingdaeng Hadirkan Aktifitas Positif bagi Komunitas

Berbeda dengan masyarakat Jepang yang menggunakan fandom untuk bersenang-senang dan mengatasi rasa kesepian atau stres. Devi menambahkan, terdapat tiga ‘matters’ atau hal penting yang ingin dipenuhi oleh masyarakat ASEAN melalui fandom .

Pertama, To Matter – membuat mereka merasa keberadaannya di dunia ini penting. Kedua, To have something that matters – memungkinkan mereka untuk memiliki atau melakukan sesuatu yang berarti. Ketiga, 3 To have my hopes that matters fulfilled – memberi ruang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang mereka anggap paling penting.

“Temuan riset ini menjadi bukti bahwa komunitas fandom adalah sebuah utopia dengan tatanan ekonomi dan sosial yang baru,” tandas Devi.

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa subjek fandom yang paling banyak diikuti di ASEAN selama pandemi sesuai urutan adalah K-Pop, game, dan memasak. Secara khusus, urutan subjek fandom terbanyak di Indonesia adalah memasak, game, dan K-Pop.

Selain itu, sekitar 83% masyarakat ASEAN juga mengakui mereka memiliki brand yang sangat disukai dan menjadi fan dari brand tersebut. Alasannya antara lain karena kualitas produk atau layanan yang baik, adanya nilai emosional, dan didukung komunitas fandom yang tak terbatas.

“Seperti tahun-tahun sebelumnya, hasil riset ini diharapkan dapat memberikan energi baru dan positif bagi kita semua. Kehadiran fandom dapat menjadi sebuah kesempatan dalam membuka peluang pasar, dengan memanfaatkan karakter konsumen pada brand, menuju ke arah yang lebih baik,” ungkap Irfan Ramli, CEO Hakuhodo International Indonesia.

Hakuhodo International Indonesia dan Hakuhodo di seluruh dunia, menjalankan usahanya dengan melandaskan diri pada filosofi ‘sei-katsu-sha’ – memandang konsumen dengan perspektif 360 derajat; lebih dari sekedar pembeli yang melakukan fungsi ekonomi, namun sebagai individu yang dipandang secara holistik dengan gaya hidup, mimpi dan aspirasi berbeda-beda.

“Kami akan terus mendukung aktivitas pemasaran perusahaan di ASEAN melalui riset berkelanjutan mengenai sikap dan perilaku konsumen ASEAN,” tutup Irfan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here