Ini Akibat Bergesernya Aktivitas di Ruang Digital

Marketing.co.id – Berita Digital & Technology | Tahun 2020 akan segera berakhir. Kegiatan bisnis, perkantoran, pendidikan semua dibatasi untuk mengurangi potensi penyebaran virus Corona. Hal itu memaksa orang berpindah melakukan kegiatan ke ruang digital dan semakin lama semakin banyak digunakan setelah terjadinya pandemi Covid-19 yang saat ini belum menunjukkan tanda-tanda penurunan. Dengan berpindahnya banyak orang ke ruang digital maka terjadi peningkatan trafik sebesar 20-30 persen dari sebelumnya.

Dalam Selular Digital Telco Outlook yang diadakan secara virtual pada Rabu (16/12/2020), Dirjen SDPPI Kementerian Kominfo, Ismail, mengatakan bahwa trafik perubahan ke ruang digital memberikan gambaran bahwa faktor-faktor pendukungnya, seperti infrastruktur dan Customer Premises Equipment (CPE), memiliki implikasi karena terjadinya perubahan aktivitas di ruang digital tersebut. Impor merupakan suatu hal yang memberatkan terutama dalam neraca pembayaran secara nasional. Hal ini mendorong semua bangsa, termasuk Indonesia, untuk memproduksi barang sendiri atau localize.

Lebih lanjut ia menambahkan, di ranah Teknologi Informasi dan Teknologi (ICT), secara garis besar dibagi dalam dua jenis perangkat asal impor. Pertama, perangkat-perangkat yang terkait infrastruktur disediakan oleh pihak operator telekomunikasi, lalu perangkat yang dibeli langsung atau direct oleh masyarakat (CPE) seperti HKT (handphone, komputer genggam dan tablet), modem, dan router. Kementerian Komunikasi dan Informatika melalui kebijakan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) dari setiap perangkat yang dibutuhkan oleh operator selular akhirnya membuat pelaku industri telekomunikasi mampu melakukan fabrikasi perangkat-perangkat selular yang cukup rumit (sophisticated) di Indonesia. Saat ini sudah bermunculan fabrikasi di level desain.

Baca juga: Apa itu Cloud CEIR?

Di sisi lain, Ali Soebroto, Ketua Umum AIPTI, mengapresiasi kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengeliminasi black market (BM). Sebelum pandemi, market normal smartphone 4G sekitar 40 juta per tahun. Sementara ponsel BM yang masuk ke dalam negeri sudah lebih dari batas wajar, yakni mencapai 10 juta ponsel per tahun. Namun berkat TKDN, idealnya industri bisa menguasai 45 juta per tahun.

“Kita bersyukur control ini telah dijalankan sehingga produksi kita diharapkan akan bertambah kurang lebih 10 juta dalam satu tahun. Kita harapkan kebijakan dari Kemenperin sebisa mungkin kalau masih ada perangkat 2G/3G itu di-minimize agar semuanya dibuat 4G untuk diproduksi di dalam negeri,” kata Ali, dalam kesempatan acara yang sama.

Marketing.co.id: Portal Berita Marketing & Berita Bisnis

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.