

Marketing.co.id – Berita Financial Services | Industri post-trade global tengah memasuki era transformasi baru. Menurut whitepaper terbaru Citi bertajuk “Securities Services Evolution”, tiga faktor utama diperkirakan akan mempercepat perubahan besar dalam industri pascaperdagangan, yaitu adopsi aset digital, percepatan penyelesaian transaksi T+1, serta pemanfaatan kecerdasan buatan (AI), termasuk generative AI (GenAI).
Laporan Citi memperkirakan, 10% nilai perdagangan global akan ditokenisasi pada 2030, terutama dengan dukungan stablecoin yang diterbitkan bank. Stablecoin ini dinilai menjadi enabler utama dalam meningkatkan efisiensi jaminan, tokenisasi dana, hingga sekuritas non-publik.
Berkat tingginya penggunaan kripto di kalangan ritel dan dukungan regulasi yang semakin progresif, kawasan Asia Pasifik disebut sebagai pemimpin dalam adopsi aset digital.
Percepatan Transaksi T+1 Jadi Prioritas
Citi menemukan bahwa 76% responden sudah menyiapkan inisiatif T+1 pada 2025, angka tertinggi sejauh ini. Penyelesaian transaksi T+1 berarti perdagangan diselesaikan hanya 1 hari kerja setelah transaksi bursa, jauh lebih cepat dibanding siklus sebelumnya.
Namun, percepatan ini menghadirkan beban kerja kumulatif yang besar. Modernisasi teknologi lama, peningkatan proses internal, dan perpanjangan jam operasional infrastruktur penyelesaian menjadi kunci sukses implementasi di kawasan Amerika Utara, Eropa, hingga Inggris.
GenAI Mulai Masuk ke Operasional Post-Trade
Whitepaper Citi juga menyoroti peran generative AI (GenAI) dalam industri post-trade. Sebanyak 86% responden mengaku sudah menguji coba GenAI di perusahaan mereka, dengan 57% di antaranya khusus untuk post-trade. Investor institusional dan perusahaan buy-side menjadi pionir dalam pemanfaatan GenAI, terutama untuk rekonsiliasi, pelaporan, onboarding nasabah, hingga penyelesaian transaksi.
Menurut Amit Agarwal, Head of Custody Citi, kustodian akan menjadi aktor utama tokenisasi sekuritas pada 2030. “Seiring konvergensi aset digital dan tradisional, Citi terus mengembangkan solusi inovatif untuk layanan kustodian aset digital,” ujarnya.
Sementara itu, CEO Citi Indonesia Batara Sianturi menegaskan bahwa transformasi global ini juga penting bagi Indonesia. “Percepatan pembayaran, adopsi aset digital, dan pemanfaatan AI akan membuka peluang baru bagi sektor keuangan nasional dan memperkuat ekonomi digital. Citi Indonesia siap mendukung klien institusional menghadapi perubahan ini,” katanya.
Whitepaper ini melibatkan 537 pemimpin industri mulai dari kustodian, bank, broker-dealer, manajer aset, investor institusional hingga lembaga infrastruktur pasar keuangan (FMI). Selain data kuantitatif, laporan ini juga menyajikan wawasan mendalam dari 13 FMI.