Marketing.co.id – Berita Digital & Technology | Tahun 2024 menandai fase persiapan penting menuju “Era Dampak” 5G, sebagaimana diungkapkan dalam laporan global 5G Success Index oleh konsultan Kearney. Laporan ini menyoroti peningkatan penetrasi 5G secara global, dengan beberapa negara memimpin dalam adopsi teknologi ini. Namun, tantangan utama yang dihadapi operator adalah bagaimana memonetisasi investasi 5G secara efektif.
“Indonesia memiliki kesempatan untuk melampaui pasar lain dalam hal ketersediaan spektrum,” ungkap Carlos Oliver Mosquera, Partner di Kearney Singapura dan Head Kearney Technology Center of Excellence. Ia menambahkan, “Spektrum frekuensi yang kini tersedia untuk operator telekomunikasi belum ideal untuk 5G. Namun, sudah ada diskusi tentang pelepasan 700 MHz, 2,6 GHz, dan 3,5 GHz yang lebih relevan untuk 5G. Jika regulator dapat merilis spektrum ini secara bersih, hal ini akan menjadi perubahan besar.”

Di Asia Tenggara, pasar 5G menunjukkan dinamika yang beragam. Malaysia mencatatkan pencapaian signifikan dengan penetrasi 5G yang melebihi 50%, didukung oleh jaringan grosir tunggal yang efektif. Sebaliknya, Indonesia masih bergulat dengan adopsi 5G yang rendah, dengan tingkat penetrasi hanya 2% sejak peluncurannya pada tahun 2021. Keterbatasan infrastruktur dan ketersediaan spektrum menjadi hambatan utama.
“Indonesia juga dapat melampaui pasar lain dalam hal adopsi pelanggan,” kata Varun Arora, Managing Partner Kearney untuk Asia Tenggara. “Harga perangkat kini jauh lebih rendah dibandingkan ketika negara-negara lain memulai perjalanan adopsi mereka. Konsumsi data per pelanggan di Indonesia jauh lebih rendah dibandingkan pasar yang sejenis; misalnya, GB/pelanggan di Indonesia saat ini 40% lebih rendah daripada di Thailand. Dengan dukungan 5G, konsumsi data per pelanggan bisa meningkat dari 13 Gb/pelanggan saat ini menjadi 42 Gb/pelanggan pada 2030, lebih dari tiga kali lipat.”
Laporan Kearney juga menyoroti lima negara dengan kinerja 5G terbaik, yaitu Amerika Serikat, Australia, Spanyol, Singapura, dan Finlandia. Negara-negara ini menunjukkan kemajuan signifikan dalam penetrasi 5G, komersialisasi, dan pengembangan ekosistem digital.