Iklan Sensual Masih Seksi dalam Mendongkrak Merek

shutterstock_144396520_admediaKeampuhan iklan sensual dalam menarik minat dan atensi target pasar sudah tidak diragukan lagi. Namun, publikasinya bukan berarti tanpa masalah, karena kerap mendapat penolakan baik secara sosial, budaya, norma, ataupun agama.

Masih ingat dengan iklan sabun colek BuKrim Gel yang diperankan Andre Taulany dengan kata-kata“Dikocok-kocok,diremas-remas, keluar deh?

Iklan ini dianggap erotis, meski sebenarnya maksud dari kalimat tersebut untuk mempromosikan keunggulan produk yang lebih banyak menghasilkan busa. Namun, iklan tersebut mendapat sorotan dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) karena dianggap terlalu mengeksploitasi seks.

Sama seperti iklan cat Avian, KPI juga memprotes iklan ini karena dianggap menampilkan sosok perempuan seksi, cantik, dan menonjolkan sisi-sisi erotis dengan menayangkan adegan yang terlalu vulgar.

Dalam iklan tersebut, si perempuan menyibakkan rok dengan tinggi, sehingga sedikit memperlihatkan pakaian dalamnya ketika ia memastikan apakah roknya terkena cat atau tidak. Padahal inti dari pesan yang hendak disampaikan adalah cat Avian lebih cepat kering.

Kasus di atas hanya contoh dari sebuah iklan yang dikemas oleh pemilik merek dan kreatif periklanan yang memanfaatkan strategi periklanan dengan menggunakan daya tarik seksualitas.

Bentuknya berupa daya tarik fisik, bahasa tubuh, atau gaya bahasa. Harapannya agar lebih mudah menarik perhatian konsumen dan mendorong motivasi pembelian.

Menurut pengamat periklanan, RTS Masli, masih munculnya tayangan iklan-iklan sensual atau berbau seks di layar kaca lantaran konsumen butuh iklan yang tidak hanya menampilkan informasi, tapi juga menarik dan menghibur.

Konten sensual dipilih karena berpotensi memicu sebuah daya tarik dan mempertahankan perhatian tersebut untuk jangka waktu yang lama.

Banyak perusahaan yang menganggap sensualitas penting dalam periklanan. Mereka juga menilai bukanlah aktivitas membuang-buang uang untuk menampilkan perempuan seksi dan sensual dalam periklanan mereka. Bahkan, beberapa perusahaan mengatakan tema seks telah mendongkrak penjualan produk.

Hal ini diperkuat dengan penelitian dari Gallup & Robinson, sebuah biro riset marketing dan periklanan.Dalam penelitian menguji efektivitas iklan pada 50 tahun terakhir, terungkap bahwa iklan yang mengomunikasikan unsur erotis adalah iklan yang cukup menjual.

Pasalnya, tanpa disadari seringkali konsumen terjebak dan tertarik untuk membeli produk tersebut.

Tak heran bila efektivitas iklan sensual disadari betul oleh para pemasar dan pemilik merek tertentu, dan memanfaatkannya sebagai salah satu strategi pemasaran mereka. Apalagi setiap hari pikiran konsumen dibombardir oleh puluhan bahkan mungkin ratusan iklan.

Dengan menggunakan iklan sensual, pesan yang disampaikan kemungkinan akan jauh lebih mudah diingat konsumen.

Jadi, terlepas dari pro dan kontra, iklan sensual merupakan strategi komunikasi pemasaran yang patut diperhitungkan. Beberapariset menunjukkan, iklan yang berisi daya tarik seksual akan meningkatkan awareness sebuah merek sepanjang hal itu cocok dengan kategori produk yang diiklankan.   

Perempuan Jadi Komoditi

Bukan hanya cat Avian yang memanfaatkan sensualitas perempuan. Sejumlah merek juga memanfaatkan kemolekan kaum hawa ini. Sebut saja Axe, merek deodoran yang kerap menampilkan perempuan dengan pakaian minim dan sikap yang manja sekaligus menggoda di iklan-iklannya.

 

Selain Axe, merek pelumas Top1 juga termasuk merek yang menghadirkan sosok perempuan cantik nan sensual dalam iklan-iklannya.

Daya tarik perempuan sudah menjadi komoditi dalam dunia periklanan. Tampilan perempuan di dalam media hiburan akan menentukan nilai jual mereka sebagai komoditi. Ada berbagai unsur penampilan yang bernilai komoditi, seperti usia muda, secara visual mempunyai nilai sensualitas yang tinggi, bentuk tubuh, bahkan ras.

Setidaknya penggunaan perempuan dalam iklan akan menambah daya tarik khalayak untuk menikmati pesan iklan. Perempuan adalah bumbu sebuah iklan. Pelibatan perempuan dalam iklan akan membuat iklan semakin sedap untuk dinikmati.

Masli mengatakan, seringkali keinginan konsumen terhadap iklan sensualdidukung oleh pemilik merek yang rela merogoh kocek tebal demi kepentingan bisnis. Salah satunya adalah dengan menjadikan perempuan sebagai objek iklan.

“Perempuan pada dasarnya menarik. Jadi, penggunaan perempuan sebagai objek walaupun tidak ada hubungan dengan produk sekalipun tetap sangat menarik dan mampu menyedot perhatian,” jelas dia.

Hal senada juga disampaikan Brand Manager PT Topindo Atlas Asia (Top1) The Budi Santoso, bahwasanya menggunakan model perempuan adalah salah satu upaya agar iklan dapat menarik perhatian pemirsa televisi di tengah keterbatasan durasi dan banyaknya iklan lain yang muncul.

“Pada dasarnya, iklan-iklan Top1 bertujuan mengedukasi masyarakat mengenai added value dan benefit dari produk. Tak hanya sensual, iklan-iklan Top1 juga sudah memenuhi sisi kreativitas karena pesan yang disampaikan merupakan rangkaian cerita yang dikemas secara menghibur, mudah diterima, dan dekat dengan keseharian masyarakat,” tegas dia.

Author: Moh. Agus Mahribi

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.