Iklan dan Promo dalam Dunia Sarat Data

Melakukan Targeting Ulang

Jika perusahaan sudah menyediakan wadah yang menampung segala informasi tentang merek, produk, dan layanan yang diberikan, serta sudah menyediakan berbagai channel yang nyaman dan mudah untuk dimasuki konsumen, maka itu sudah merupakan langkah awal yang bagus. Walaupun masih dalam tahapan yang bersifat pasif, ini sudah membuka pintu dan peluang yang cukup lebar bagi konsumen untuk mencari tahu sebanyak mungkin tentang produk/merek.

iklan dan promo

Tentu marketer diajarkan untuk tidak bersikap pasif, dan selalu berusaha untuk menjemput bola. Tetapi jika strategi menjemput bolanya salah, maka ini akan semakin menjauhkan konsumen karena mereka merasa terganggu dan tidak nyaman. Dalam dunia sarat data dan informasi, marketer memerlukan strategi targeting ulang untuk menyasar segmen konsumen yang sudah masuk melihat-lihat—baik secara offline maupun online, agar mereka bisa diyakinkan untuk melakukan transaksi, dan agar mereka tidak membeli di tempat lain.

Dalam hal ini, marketer tidak berusaha untuk menjangkau semua orang yang mampir ke situs atau media perusahaan, tetapi lebih meng-customize strategi targeting mereka. Caranya dengan menyaring konsumen berdasarkan beberapa kategori yang menunjukkan kecenderungan yang lebih tinggi untuk melakukan pembelian/ transaksi.

Contohnya strategi yang disesuaikan untuk menyasar konsumen yang tercatat menghabiskan waktu lebih dari 5 atau 10 menit di situs/laman situs tertentu, orang yang mengunjungi lebih dari 5 atau 6 halaman situs, orang yang melihat beberapa item yang mempunyai kemiripan, dan masih banyak lagi.

Kekuatan Hashtag (#)

Sebagai salah satu simbol kunci dari fitur pencarian di internet dan media sosial, hashtag (tagar—tanda pagar) bisa menjadi tool yang sangat powerful bagi para marketer supaya bisa menciptakan banyak percakapan secara viral tentang hal apa pun yang diinginkan.

Sudah sebanyak 2.900 hashtag didaftarkan secara global selama 5 tahun terakhir ini sebagai salah satu cara merek-merek melindungi konten dan trademark mereka. Padahal pada tahun 2010 lalu, sekitar 4 tahun setelah Twitter diluncurkan, hanya 7 perusahaan yang tercatat menyerahkan pendaftaran hashtag spesifik untuk trademark mereka, menurut Thomson Reuters.

Sebagaimana kita ketahui, hashtag bisa dipakai hampir di seluruh media sosial atau platform digital. Tetapi pemilik merek bisa terganggu jika ada pesaing yang hendak mengambil keuntungan dengan membajak konten yang berkaitan atau hashtag itu sendiri untuk kepentingan pemasaran mereka.

Memanfaatkan kekuatan hashtag sudah menjadi bagian dari strategi branding. Jadi, sekarang hal yang penting di internet bukan hanya mendapatkan nama domain, tapi juga berbagai identitas lainnya. Ini dianggap penting karena dalam memasarkan merek di kancah digital, bisa bersaing dalam lingkup media sosial adalah bentuk promosi dan pemasaran yang dianggap paling hemat biaya, efektif, sekaligus efisien.

Bukan hanya bisa mengendalikan segala trademark mereka, tapi perusahaan juga bisa memonitornya, sekaligus mendapatkan dan menyaring data-data yang berharga. Jadi memang sangat disarankan para marketer dapat memanfaatkan kekuatan hashtag ini sebagai cara untuk memproteksi sekaligus mempromosikan merek sebagai aset perusahaan yang paling berharga.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.