Marketing.co.id – Berita Digital | Di tengah ketatnya persaingan ritel digital dan hybrid di Asia Tenggara, Hypefast berhasil mencetak profitabilitas penuh untuk pertama kalinya sejak berdiri pada 2020. Sepanjang 2024, perusahaan menjual lebih dari 21 juta produk dan memperluas distribusi ke lebih dari 9.000 titik di tiga negara.
Sebagai pengelola lebih dari 10 merek lokal lintas kategori, Hypefast menggabungkan pendekatan teknologi, live shopping, dan kolaborasi untuk mengembangkan performa bisnis. Perusahaan mencatat 63 ribu jam sesi livestreaming melalui Shopee dan TikTok sebagai strategi penguatan konektivitas konsumen digital.

CEO Hypefast, Achmad Alkatiri menyatakan, “Pertumbuhan dan dampak sosial adalah satu kesatuan. Ekspansi distribusi tak hanya memperkuat penetrasi pasar, tetapi juga membuka peluang kerja baru.” Menurut data internal, lebih dari 2.000 individu dari sektor manufaktur, logistik, hingga distribusi terlibat langsung dalam operasional Hypefast sepanjang tahun lalu.
Model bisnis omnichannel yang diterapkan memungkinkan Hypefast menjangkau 93% wilayah Indonesia, termasuk area terpencil. Pendekatan ini menjadi strategi untuk menyeimbangkan eksistensi digital dan fisik demi efisiensi logistik dan penetrasi pasar.
Perusahaan juga menyoroti aspek inklusi dalam manajemen. Saat ini, 70% posisi manajerial diisi oleh perempuan, dan kesenjangan gaji antar gender berada di bawah 3%. “Kami mengedepankan struktur berbasis meritokrasi dan progresif,” ujar Achmad.
Portofolio brand Hypefast mencakup Luxcrime, Cessa, Bohopanna, hingga WearStatuQuo. Melalui pendekatan berbasis kolaborasi dengan para pendiri, perusahaan berupaya mendorong daya saing merek lokal tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di pasar regional.