Marketing.co.id – Berita Lifestyle | Istilah kaum rebahan menyeruak setelah munculnya pandemi Covid-19. Kaum rebahan merupakan istilah populer untuk sedentary lifestyle. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mendefinisikan sedentary lifestyle sebagai gaya hidup yang mengacu pada segala jenis aktivitas yang dilakukan di luar waktu tidur dengan karakteristik keluaran kalori yang sangat sedikit. Beberapa contoh aktivitas tersebut adalah berbaring, duduk, membaca, menonton TV, dan bekerja di depan komputer.
Cukup mengkhawatirkan gaya hidup sedentari yang meningkat di masa pandemi lalu, telah berkembang menjadi kebiasaan baru yang berdampak besar terhadap kebiasaan ngemil dan kesehatan pencernaan. Pertama karena selama menjalani gaya hidup sedentari, frekuensi untuk jajan atau ngemil untuk sekadar kenyang meningkat. Kedua, selama pandemi terjadi peningkatan kecemasan dan gejala depresi, yang berdampak pada kesehatan pencernaan.
Motivasi yang paling umum untuk ngemil adalah lapar, budaya makan (kebiasaan jajan atau mencoba jajanan baru), gangguan makan, kebosanan dan kesenangan. Meskipun ngemil memiliki konotasi negatif, camilan sebenarnya dapat diposisikan sebagai bagian penting dari diet Anda. Dengan catatan camilan yang dikonsumsi mengandung nutrisi yang dibutuhkan tubuh.
Sayangnya kadang kita makan sebagai respon terhadap sebuah emosi (emotional eating), karena makan menyalakan sistem reward di otak yang membuat kita merasa lebih baik. Jadi ketika ngemil menjadi kebiasaan yang tidak sehat itulah yang menyebabkan atau memperburuk kondisi psikologis dan pencernaan kita.
Baca juga: Tips Siapkan Tubuh Sehat dan Bugar Agar Kuat Berpuasa Ramadan
Perihal dampak ngemil terhadap kondisi psikologis dan pencernaan, dr. Dion Haryadi, PN1, CHC menjelaskan, penelitian modern telah menemukan bahwa usus kita dapat berkomunikasi 2 arah dengan otak kita, inilah yang sering membuat usus disebut sebagai otak kedua manusia.
Bersama-sama, dua otak kita memainkan peran kunci dalam penyakit tertentu di tubuh kita dan kesehatan secara keseluruhan. Tentu saja, otak manusia yang membuat semua keputusan logis dan intelektual kita, namun otak di usus kita juga ikut berkontribusi pada kesehatan dan emosi kita.
dr. Dion melanjutkan, bagi yang memiliki kebutuhan untuk ngemil, sebaiknya perhatikan frekuensinya, agar teratur dan terencana. Camilan yang baik dan sehat contohnya adalah yang terdiri dari serat seperti buah dan sayur, lemak baik seperti alpukat serta protein seperti yogurt dan telur rebus. Yogurt adalah salah satu makanan ringan yang baik untuk kesehatan. Karena yogurt adalah sumber protein, serat, dan kalsium yang penting untuk otot dan tulang yang kuat.
Untuk mengonsumsi yogurt, salah satu yang bisa menjadi alternatif yakni Dairy Cimory. Lidwina Tandy, Head of Marketing Dairy Cimory mengatakan, Cimory Yogurt Squeeze 120 gr yang mengandung 120 Kcal, hadir sebagai solusi praktis dan baik untuk pencernaan, bagi mereka yang doyan dan butuh ngemil.
Untuk menyokong pola ngemil yang sehat, Dairy Cimory menggaungkan kampanye “Ngemil No Worry Cuma Cimory”. Cimory Yogurt Squeeze kini hadir dalam kemasan yang lebih kecil 40 gr yang dapat di-cemil kapanpun. Berdasarkan riset konsumen Cimory terbaru, Cimory Yogurt Squeeze yang memiliki tekstur creamy smooth, dan merupakan pilihan nomor 1 konsumen untuk kategori yogurt.
Baca juga: Empat Khasiat Yogurt bagi Tubuh Saat Berpuasa
Sebagai informasi, sejak tahun 2013 Cimory memiliki program Miss Cimory yang memberikan kesempatan bagi ibu-ibu rumah tangga untuk bisa mandiri, produktif, dan membantu keuangan keluarga.
Melalui program tersebut, Cimory dan para ibu rumah tangga, berkembang bersama dengan menyebarkan edukasi mengenai pentingnya pemenuhan nutrisi keluarga melalui produk-produk Cimory. Sampai saat ini Miss Cimory telah berhasil merangkul lebih dari 4.000 ibu di seluruh Indonesia. Produk Cimory Squeeze 40 gr juga bisa didapatkan melalui Miss Cimory.