Hendy Setiono: Merek Lokal Pun Bisa Bersaing di Luar Negeri

Kebab Turki Babarafi sepertinya belum puas dengan kesuksesannya menaklukkan lidah masyarakat Indonesia. Kini Babarafi menggurita hingga mancanegara. Bagaimana strateginya?

Hendy Setiono, Owner Kebab Turki Baba Rafi
Hendy Setiono – Pendiri & Presiden Direktur Kebab Turki Babarafi

Tahun 2003, Kebab Turki Babarafi bukanlah apa-apa. Saat itu Babarafi hanyalah sebuah kios gerobak kecil di Surabaya. Namun kini ceritanya berbeda, Babarafi bukan hanya bisa dinikmati di dalam negeri, di luar negeri pun Anda tetap bisa menikmatinya.

Awalnya, Hendy Setiono – Pendiri & Presiden Direktur Kebab Turki Babarafi – berniat menasionalkan kebab yang merupakan makanan favoritnya sewaktu kecil. Tapi melihat antuasiasme masyarakat yang luar biasa, niat itu pun berubah menjadi “The World’s Biggest Kebab Chain”, bahkan ia juga bermimpi untuk menggapai “Global Success and Influence”.

“Kami berkembang secara organik yang berjalan selama 11 tahun. Dimulai tahun 2003 semuanya benar-benar dari nol, sampai akhirnya Babarafi di- franchise-kan dan sekarang outlet-nya sudah mencapai 1.264, termasuk di luar negeri,” kata Hendy bercerita.

Dalam mengelola bisnisnya tersebut, Hendy lebih banyak menggunakan cara-cara marketing tradisional, yaitu word-of-mouth, menjaga kepercayaan, menjaga kualitas dan membangun merek secara konsisten.

“Secara lokal Babarafi sudah kuat di kategorinya. Dari beberapa hasil survei majalah bisnis, Babarafi ditempatkan sebagai yang pertama di kategori bisnis makanan kebab,” kata suami Nilamsari Setiono dengan bangga.

Go Internasional

Setelah berjalan dan berkembang cukup baik di pasar Indonesia, Hendy kemudian dalam perjalanan bisnisnya mulai mencoba masuk ke pasar luar negeri. Pada tahun 2012 niatan Hendy terwujud juga, Babarafi untuk pertama kalinya masuk ke pasar Malaysia.

Kemudian, di tahun 2014 kembali membuka cabang di Srilanka, Tiongkok, Singapura, Brunei Darussalam dan Belanda. Kini Kebab Turki Babarafi memiliki lebih dari 1.214 outlet di dalam negeri dan 50 outlet di luar negeri.

“Alhamdulillah, kami bisa diterima dengan baik oleh masyarakat Indonesia, tentu kita ingin mengembangkan diri ke pasar yang lebih menantang. Saya sebagai entrepreneur memiliki mimpi untuk berkembang ke pasar yang lebih luas,” katanya bersemangat.

Hendy menjelaskan bahwa strategi yang digunakannya di pasar luar negeri secara umum sama. Pasalnya, jika bicara marketing, orang yang menyukai makanan sudah pasti ingin mencari sesuatu yang beda, dan Kebab Turki memang berbeda karena originally dari Timur Tengah.

“Beruntung, sampai saat ini belum ada global brand-nya, sehingga begitu kita membuka cabang di luar negeri, merek kita dikenal sebagai merek dari luar (global brand) dan menjadi benchmark bisnis kita di luar negeri,” ujarnya.

Untuk membangun mereknya menjadi global brand, Hendy melakukannya lewat online dan offline. Di ranah offline Hendy melakukannya lewat titik-titik distribusi atau jumlah outlet yang tersebar di banyak lokasi.

Dengan semakin banyaknya cabang dan outlet konsumen akan lebih mudah terjangkau dan brand awareness akan semakin kuat. Sementara di sisi online, menjadi nomor satu dalam pencarian kebab di mesin pencarian seperti Google.

Supaya sukses di pasar luar negeri, lanjut Hendy, bisnisnya harus membuat daya tarik agar konsumen mau membeli, memahami habit mereka serta membuat campaign yang sesuai dengan pasar yang ditargetkan. Misalnya, dengan menggunakan bahasa lokal dalam aktivitas campaign untuk memberikan kedekatan emosional dengan konsumen di sana.

Kesuksesan Babarafi di pasar luar negeri lantaran juga karena persaingannya tidak sebanyak di dalam negeri. Meskipun begitu, persentase pertumbuhannya bisnisnya 90% masih di dalam negeri. Tentu persentase tersebut membuat Indonesia masih menjadi pasar yang dominan.

Hendy mengakui tantangan yang dirasakannya ketika melakukan ekspansi bisnis ke luar negeri lebih banyak pada adjustment lokal. Misalnya, habit dan taste pasar. Karakter taste pasar luar negeri mungkin saja berbeda dengan pasar domestik sehingga perlu dilakukan modifikasi rasa dan nuansa lokal.

“Tahun ini Babarafi akan membuka cabang di Bangladesh dan Nigeria. Jumlahnya sesuai dengan business plan yang akan di susun di masing masing negara. Tapi kalau saya menargetkan hingga 100 cabang baru dibuka tahun ini,” ungkapnya.

Ambisi dan Kekuatan kemandirian

Pemerintah kata Hendy, sudah sangat mendukung UKM Indonesia bisa mendunia dengan memberikan dukungan-dukungan seperti melakukan pelatihan gratis, pemberian pembekalan terhadap peserta expo agar bisa bersaing di luar negeri, memberikan dukungan fasilitas dalam kemudahan usaha memasarkan ke luar negeri, dan itu semua harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh pelaku UKM di Indonesia.

“Seorang entrepreneur itu tidak bisa hanya bergantung pada pemerintah. Kita harus memiliki ambisi dan kekuatan yang dibangun sendiri agar mampu bersaing di pasar luar negeri,” tegasnya.

Hendy menyarankan, sebelum masuk ke pasar luar negeri, merek harus menjadi juara terlebih dahulu di negara asalnya, baru memikirkan pasar luar negeri. Jika di pasar lokal sudah kuat, baru memikirkan bagaimana meningkatkan kualitas, membangun image bahwa merek lokal bisa berjaya/bersaing di pasar luar negeri.

“Jika saya amati sebenarnya kita bukan kalah dari sisi kualitas produk atau kemasan, hanya saja kita kurang percaya diri dalam memasarkan merek kita di pasar luar negeri. Padahal, kalau itu dibarengi dengan satu analisa yang baik, strategi yang baik, plus bisnisnya yang baik, merek lokal bisa bersaing di pasar luar negeri,” ujarnya meyakinkan.

Ke depan Hendy ingin membangun merek Babarafi agar bisa diakui tidak hanya di pasar dalam negeri atau ASEAN saja, tapi juga di negara-negara maju.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.