Hari Pangan Sedunia: Digitalisasi Rantai Pasok Solusi Atasi Tantangan Krisis Pangan dan Lingkungan

[Reading Time Estimation: 3 minutes]

Digitalisasi menjadi solusi terbaik dalam mengatasi tantangan krisis pangan dan dampak lingkungan.

Marketing.co.id – Berita Marketing | Peringatan Hari Pangan Sedunia “Our Actions are Our Future” pada 16 Oktober 2021, membawa pesan kepada seluruh pemangku kepentingan dan masyarakat dunia untuk membangun rantai pasok pangan yang lebih sustainable.

Masyarakat dunia harus terhubung kembali dengan alam, bekerja bersama menciptakan sektor pangan yang lebih baik. Mulai dari pengelolaan produksi yang lebih berkualitas dan efisien, konsumsi yang lebih bijak, serta pengurangan jumlah sampah makanan.

Dalam studinya yang berjudul “Global Food Losses and Food Waste”, The Food and Agriculture Organization (FAO) menyebutkan sekitar sepertiga atau sekitar 1,3 miliar ton per tahun dari makanan yang diproduksi untuk konsumsi manusia secara global terbuang. Hal ini juga berarti banyak sumber daya yang digunakan untuk memproduksi pangan tersebut terbuang sia-sia termasuk emisi gas rumah kaca yang dihasilkan akibat dari produksi dan distribusi pangan.

Pangan terbuang terjadi di tiap rantai pasok mulai dari lahan pertanian, pabrik pengolahan, distribusi hingga ketika dikonsumsi konsumen. Sebagai ilustrasi, bila hasil panen tidak sesuai warna atau bentuknya maka hasil panen tersebut tidak memenuhi syarat untuk dibawa ke pabrik pengolahan. Ketika dalam proses pengiriman ke pabrik pengolahan terdapat hasil panen yang rusak, maka seluruh hasil panen dalam satu palet tersebut akan ditolak.

Dalam proses pengolahan / pemrosesan makanan juga tidak kalah banyaknya makanan yang terbuang. Salah satunya adalah dalam pengemasan makanan. Ketika posisi pelabelan atau pengemasan tidak sesuai standar, maka makanan tersebut tidak dapat dipasarkan.

Transportasi dari pabrik ke pusat distribusi dan supermarket juga menjadi sumber kerusakan lainnya. Kemudian akhirnya makanan tersebut sampai di rumah, sangat sering kita tidak menghabiskan sebagian dari makanan yang kita beli, memasukkannya ke lemari es untuk hari lain dan akhirnya membuangnya karena kadaluwarsa.

Roberto Rossi, Cluster President Schneider Electric Indonesia & Timor Leste, mengatakan makanan terbuang sia-sia di sepanjang rantai pasok sangatlah meresahkan, tidak hanya ketika memikirkan jumlah makanan yang terbuang, tetapi juga bagaimana dengan 1 miliar lebih orang yang kelaparan. Sementara itu, permintaan akan makanan ke depannya akan tumbuh lebih besar lagi karena populasi dunia telah melewati angka 7 miliar dan perkiraan mencapai 9 miliar pada tahun 2050.

Untuk mengatasi tantangan ini, kita tidak hanya perlu memproduksi bahan pangan lebih banyak lagi, namun juga memastikan rantai pasokan industri Makanan & Minuman (Mamin) dapat lebih efisien dan andal sehingga makanan dapat diproses, disimpan dan didistribusikan dengan aman dan sesuai dengan standard operating procedure (SOP).

“Digitalisasi rantai pasok pangan dengan pemanfaatan internet of things, artificial intelligence, machine learning dan digital twin adalah solusi terbaik untuk mencapai tujuan tersebut,” katanya.

Penggunaan teknologi digital di industri mamin terutama di pabrik pengolahan bukanlah hal baru. Namun, pemanfaatan teknologi digital ini belum menyeluruh dan terintegrasi di seluruh rantai pasok mulai dari sistem pertanian, sistem produksi pangan, sistem logistik, hingga sistem distribusi retail.

Dengan digitalisasi rantai pasok pangan yang menyeluruh, industri mamin dapat memperoleh visibilitas dan kontrol yang lebih baik mulai dari sebelum bahan pangan diangkut ke pabrik, kondisi dan suhu penyimpanan pangan, pengiriman, dan detil informasi yang tercantum di dalam produk. Pemanfataan AI dalam pengelolaan lahan pertanian membantu petani mengetahui informasi cuaca, kondisi tanah dan sistem irigasi dan mengambil tindakan yang dibutuhkan sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi.

Pendekatan baru dalam pelabelan dan manajemen informasi produk (PIM) berbasis digital meningkatkan transparansi yang memungkinkan konsumen untuk lebih banyak mengetahui informasi terkait produk makanan yang dikonsumsi serta membantu produsen untuk melakukan kontrol yang lebih baik terhadap kualitas produk dan mengambil tindakan cepat bila terdapat produk yang tidak sesuai standar, bahkan sebelum mereka mencapai rak etalase.

“Dengan digitalisasi dan integrasi rantai pasokan, industri mamin akan memperoleh transparansi dan visibilitas yang dapat membantu pengambilan keputusan yang tepat berbasis data untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi, mengoptimalkan setiap lini rantai pasok, mengurangi jejak karbon, meminimalkan kerugian dan pemborosan sampah makanan akibat gagal produksi,” tutup Roberto.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here