
Marketing.co.id – Berita Digital | Di tengah pesatnya perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI), memastikan inovasi digital tetap ramah lingkungan menjadi tantangan besar. Laporan riset terbaru dari NTT DATA menyoroti bahwa beban kerja AI diperkirakan akan menyumbang lebih dari 50% konsumsi energi data center global pada 2028. Fakta ini mendorong perlunya penerapan AI berkelanjutan (Sustainable AI) yang efisien, hemat energi, dan selaras dengan prinsip ekonomi sirkular.
Hambatan dalam Mewujudkan AI Berkelanjutan
Meski potensi AI untuk membantu dunia bisnis dan lingkungan sangat besar, implementasi AI ramah lingkungan masih menghadapi berbagai kendala. Berikut beberapa hambatan utama yang diidentifikasi dalam laporan NTT DATA “Sustainable AI for a Greener Tomorrow”:
1. Penilaian Dampak Lingkungan yang Terfragmentasi
Hingga kini, tidak ada standar global yang konsisten untuk mengukur dampak lingkungan dari sistem AI. Banyak perusahaan hanya menghitung emisi karbon atau konsumsi listrik, tanpa memperhitungkan faktor lain seperti penggunaan air, limbah elektronik (e-waste), dan kelangkaan bahan baku.
2. Kurangnya Standarisasi dan Tolok Ukur
Pengukuran seperti AI Energy Score atau Software Carbon Intensity (SCI) masih jarang diterapkan. Akibatnya, sulit bagi perusahaan untuk membandingkan kinerja lingkungan antar sistem AI secara objektif.
3. Rantai Pasok yang Kompleks
Tanggung jawab keberlanjutan tersebar di berbagai pihak—mulai dari produsen perangkat keras, operator data center, pengembang perangkat lunak, hingga pengguna akhir. Tanpa kerja sama lintas sektor, upaya menciptakan AI hijau akan terhambat.
4. Biaya dan Infrastruktur Energi Terbarukan Terbatas
Penerapan AI ramah lingkungan sering kali membutuhkan investasi besar untuk infrastruktur hemat energi dan sumber listrik terbarukan, yang belum selalu tersedia di semua wilayah.
5. Kurangnya Kesadaran dan Keterampilan Teknis
Banyak organisasi masih menilai keberhasilan AI dari sisi performa teknis, bukan efisiensi energi. Selain itu, tenaga ahli yang memahami green computing dan rekayasa perangkat lunak hijau masih terbatas.
Praktik Terbaik Membangun AI Ramah Lingkungan
Meskipun tantangannya tidak ringan, ada banyak langkah konkret yang bisa dilakukan untuk menciptakan sistem AI yang efisien dan berkelanjutan. Berikut 5 praktik terbaik menurut NTT DATA untuk membangun AI yang ramah lingkungan:
1. Menerapkan Green Software Engineering
Prinsip rekayasa perangkat lunak hijau mendorong pengembang untuk menulis kode yang lebih efisien, meminimalkan penggunaan daya komputasi, serta mengoptimalkan algoritma agar tidak boros energi.
2. Menjalankan Beban Kerja AI di Waktu dan Lokasi yang Tepat
Beban kerja AI dapat diatur agar berjalan di lokasi dengan ketersediaan energi terbarukan atau pada waktu ketika pasokan energi bersih melimpah. Strategi ini menekan ketergantungan pada listrik berbasis bahan bakar fosil.
3. Memanfaatkan Infrastruktur GPU Jarak Jauh dan Sistem On-Premises
Dengan menggunakan layanan GPU berbasis cloud atau sistem lokal yang dioptimalkan, perusahaan dapat menyesuaikan kapasitas energi sesuai kebutuhan aktual dan mengurangi pemborosan daya.
4. Mengurangi Limbah Elektronik (E-Waste)
Pilih komponen perangkat keras yang modular dan dapat di-upgrade, bukan sekali pakai. Perpanjang umur perangkat melalui perawatan rutin, perbaikan, dan program daur ulang bertanggung jawab untuk mengurangi sampah elektronik.
5. Menerapkan Pendekatan Siklus Hidup (Lifecycle Approach)
AI berkelanjutan harus dirancang dengan mempertimbangkan seluruh siklus hidupnya—mulai dari penambangan bahan baku, produksi, penggunaan, hingga pembuangan akhir. Pendekatan ini memungkinkan penerapan prinsip ekonomi sirkular yang menghemat sumber daya dan mengurangi dampak lingkungan.
Menuju Era AI Hijau dan Berkelanjutan
AI yang ramah lingkungan bukan sekadar konsep ideal, tetapi kebutuhan nyata di tengah krisis energi dan perubahan iklim global. Dengan desain yang hemat energi, pemanfaatan teknologi hijau, serta kolaborasi lintas industri, perusahaan dapat memanfaatkan potensi AI secara maksimal tanpa mengorbankan lingkungan.
“AI berkelanjutan adalah masa depan inovasi digital. Teknologi yang cerdas harus berjalan seiring dengan tanggung jawab terhadap bumi,” ujar David Costa, Head of Sustainability Innovation Headquarters NTT DATA.
Dengan menerapkan praktik terbaik tersebut, bisnis dapat menciptakan AI hijau yang efisien, menekan emisi karbon, serta memperkuat posisi mereka dalam era transformasi digital berkelanjutan.

