Ketika Logistik Jadi Penghalang Customer Experience, Saatnya Pakai Logika!

0
Founder sekaligus CEO Power Commerce Asia Hadi Kuncoro strategi Distribusi (Foto/Youtube Panggil Saya BTP)
[Reading Time Estimation: 2 minutes]
Founder sekaligus CEO Power Commerce Asia Hadi Kuncoro (Foto/Youtube Panggil Saya BTP)

Bukan hanya fungsi operasional, sudah saatnya para pemasar dan pengambil keputusan bisnis untuk mulai memikirkan distribusi sebagai bagian dari strategi pemasaran.

Marketing.co.id – Berita Marketing | Pelanggan hari ini tak lagi hanya peduli pada kualitas produk, tapi juga pada kecepatan dan ketepatan pengiriman. Apa jadinya jika sistem logistik nasional justru menjadi hambatan terbesar. Inilah pesan utama yang disampaikan Founder sekaligus CEO Power Commerce Asia Hadi Kuncoro dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) melalui video YouTube berjudul “Perbaiki Logistic, Pakai Logika”. Video tersebut membongkar masalah klasik logistik Indonesia dengan cara yang segar, kritis, namun mudah dicerna.

Berangkat dari kisah kemacetan parah di Pelabuhan Tanjung Priok yang terjadi beberapa waktu lalu, Hadi menyajikan fakta bahwa tingginya biaya logistik di Indonesia yang mencapai 23% dari PDB. Bukan semata-mata soal kurangnya infrastruktur, tetapi lebih pada lemahnya manajemen sistem, buruknya koordinasi, dan minimnya digitalisasi.

Bukan Cuma Masalah Gudang dan Truk

Di era digital seperti sekarang ini, logistik bakan lagi sekadar urusan backend. Bagi bisnis eCommerce, retail, manufaktur, bahkan UMKM, logistik adalah bagian dari janji merek kepada pelanggan. Keterlambatan pengiriman atau ketidakjelasan tracking barang akan berdampak langsung pada pengalaman pelanggan, loyalitas, dan persepsi terhadap brand. “Kalau logistik macet, bukan hanya barang yang tidak sampai, tapi juga reputasi brand ikut rusak,” tegas Hadi.

Alih-alih menambah jalur atau membangun lebih banyak gudang, solusi utama yang disorot Hadi adalah penerapan logika sistematis melalui digitalisasi rantai pasok untuk memberikan visibilitas penuh mulai dari pelabuhan hingga pelanggan, optimalisasi jalur distribusi dengan memanfaatkan pelabuhan dan jalur logistik alternatif untuk mengurangi ketergantungan pada Tanjung Priok, dan kolaborasi lintas sektor, menyatukan pemerintah, operator pelabuhan, penyedia jasa logistik, hingga platform teknologi dan pelaku bisnis.

Delivery is marketing

Masalah logistik selama ini sering dianggap sebagai urusan backend. Namun kini, di era digital dan eCommerce, delivery is marketing. Ketika pengiriman telat, bintang produk turun, dan stok kosong karena distribusi tersendat, pelanggan akan pindah ke brand lain. Logistik bukan lagi invisible, ia ada di setiap ulasan pelanggan dan interaksi pasca-pembelian.

Bagi para marketer, pesan dari video ini sangat relevan. Logistik kini bukan hanya urusan operasional, tetapi bagian dari strategi pemasaran. Cepat atau tidaknya barang sampai ke tangan konsumen adalah bagian dari customer promise. Ketika brand menjanjikan pengiriman cepat, maka sistem logistik adalah pihak yang mewujudkan atau menghancurkan janji itu.

Lihat saja bagaimana brand seperti Tokopedia, Shopee, atau Amazon menempatkan logistik sebagai bagian inti dari value proposition mereka. Di balik promo gratis ongkir atau same-day delivery, ada investasi besar yang mereka lakukan pada teknologi, manajemen distribusi, dan integrasi data.

Logistik adalah wajah brand di dunia nyata. Gagal di distribusi berarti gagal di customer experience. Digitalisasi supply chain adalah keunggulan kompetitif baru. Brand yang mengintegrasikan logistik ke dalam ekosistem digital mereka akan memenangkan hati pelanggan.

Video ini menjadi pengingat customer-centric logistics bukan lagi opsi, tapi keharusan. Pertarungan brand hari ini bukan hanya terjadi di media sosial atau kampanye digital, tapi juga di jalur distribusi. Brand yang bisa hadir tepat waktu di tangan pelanggan adalah brand yang memenangkan kepercayaan pelanggan. Ingat, customer experience tidak berhenti di layar, tapi berlanjut sampai pintu rumah pelanggan.