Hadi Kuncoro: Indonesia Penuh Peluang, Tapi Ekosistemnya Belum Siap

0
Hadi Kuncoro, Founder sekaligus CEO Power Commerce Asia. Foto: marketing.co.id/Lialily.
[Reading Time Estimation: 2 minutes]
Hadi Kuncoro, Founder sekaligus CEO Power Commerce Asia. Foto: marketing.co.id/Lialily.

Dalam Big Thinkers Podcast, Hadi Kuncoro mengungkapkan bahwa potensi pasar Indonesia sangat besar, tetapi masih terhambat oleh lemahnya ekosistem pendukung bagi para pelaku bisnis.

Marketing.co.id – Berita Marketing | Indonesia adalah pasar yang besar dan penuh potensi. Akan tetapi, peluang bisnis yang ada sering kali tidak bisa dimanfaatkan secara optimal karena belum matangnya ekosistem pendukung. Itulah salah satu poin utama yang disampaikan Founder & CEO PowerCommerce.asia Hadi Kuncoro dalam sesi Big Thinkers Podcast yang tayang di YouTube dikutip Marketing.co.id, Selasa (24/6).

Menurut Hadi, Indonesia memiliki banyak keunggulan dari sisi populasi, demografi digital, hingga peningkatan daya beli masyarakat. Namun, ketika bicara tentang kesiapan ekosistem untuk mendorong pertumbuhan startup atau bisnis inovatif, banyak tantangan struktural yang belum terpecahkan.

“Indonesia ini sebenarnya peluangnya besar banget. Tapi masalahnya bukan soal idenya, tapi ekosistemnya yang sering belum mendukung,” ujar Hadir.

Talenta, regulasi, dan akses modal jadi masalah utama

Dalam perbincangan berdurasi hampir 2 jam tersebut, Hadi menyoroti tiga hambatan utama yang menghambat percepatan pertumbuhan bisnis inovatif di Indonesia, di antaranya kurangnya talenta digital yang siap pakai, regulasi yang lambat menyesuaikan perkembangan zaman, serta minimnya akses terhadap pendanaan di tahap awal (early stage).

“Investor kadang mau masuk, tapi prosesnya ruwet. Belum lagi urusan legal yang membingungkan. Founder-nya udah semangat, tapi tersandung di hal-hal teknis yang sebenarnya bisa disederhanakan,” lanjutnya.

Ia juga menekankan bahwa banyak perusahaan rintisan (startup) yang memiliki produk atau layanan yang menjanjikan, tetapi gagal menembus pasar karena tidak memiliki jaringan, pendampingan, atau ekosistem kolaboratif yang memadai.

Kolaborasi dan akselerasi ekosistem jadi solusi

Lebih lanjut, Hadir mengusulkan agar pemerintah, sektor swasta, kampus, dan komunitas pelaku industri bekerja lebih sinergis dalam membangun ekosistem yang sehat dan kompetitif. Salah satu bentuknya adalah dengan memperbanyak program inkubasi dan akselerasi yang benar-benar memberikan nilai tambah, bukan hanya simbolis.

Ia juga mendorong peran korporasi untuk lebih aktif sebagai venture builder dan membuka ruang bagi kolaborasi dengan startup melalui pendekatan co-creation. “Kita butuh corporate yang berani investasi ke inovasi lokal, bukan cuma cari vendor murah. Harus ada mindset bahwa kolaborasi bisa menciptakan pasar baru yang lebih besar,” jelas Hadi.

Meski begitu, optimisme tetap ada. Hadi percaya bahwa dengan reformasi struktural dan semangat kolaborasi, Indonesia bisa menjadi powerhouse startup dan inovasi di Asia Tenggara. Namun, waktu adalah faktor krusial. Jika tidak segera dibenahi, peluang ini bisa diambil negara tetangga yang bergerak lebih cepat. “Peluangnya gede banget. Tapi jangan sampai kita sibuk berdebat regulasi, sementara negara lain udah melaju,” tutupnya.