Guilty Pleasure ala Pengguna Internet di Indonesia

“Penggunaan internet di Indonesia didominasi kegiatan kurang bermanfaat.”

Awal minggu ini, saya baru saja berdiskusi dengan David Wayne Ika, CEO Lintas.me dan salah satu topik pembicaraan kami adalah perilaku pengguna internet di Indonesia. Waktu itu, saya juga sempat beropini tentang tema-tema berita online yang, menurut saya, isinya jarang yang penting.

Beliau menyetujui dengan memberikan contoh kasus di portal yang dikelola olehnya. Jika berita yang dikedepankan berkesan berat, seperti halnya politik dan pendidikan, jumlah pembacanya tidak begitu banyak. Lain halnya dengan berita yang berkonotasi seks atau berhubungan dengan gosip. Disamping pembacanya sangat banyak, yang me-retweet juga sangat banyak jumlahnya.

Apakah perilaku ini menunjukkan ketertarikan pengguna internet di Indonesia terhadap tema-tema seks, gosip, atau hal-hal setipe yang dibumbui dengan judul yang terkesan “bombastis”? Ada kemungkinan jawabannya adalah ya.

The Economist dalam salah satu artikelnya menulis dengan gamblang di alinea pertama tentang perilaku pengguna internet di Indonesia, yaitu, “WHAT does the most populous Muslim nation do in its spare time? Increasingly, it swaps gossip online. (Eat, pray, tweet ~ www.economist.com).

Pada akhirnya kami mengambil kesimpulan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan perilaku penggunaan internet di Indonesia menjadi seperti sekarang ini. Faktor-faktor tersebut antara lain:

  1. Berita-berita di Indonesia sudah sangat sering didominasi oleh topik negatif seperti korupsi, politik kotor dan bencana.
  2. Demografi internet di Indonesia didominasi usia muda
  3. Pertumbuhan internet di Indonesia masih ada pada tahap early growth

Akumulasi dari faktor-faktor di atas ditambah pengaruh dari beberapa hal lainnya pada akhirnya menyebabkan topik yang berkaitan dengan seks dan gosip menjadi semacam guilty pleasure pengguna internet di Indonesia.

Meski demikian, saya masih memiliki keyakinan bahwa kelak, perilaku penggunaan internet di Indonesia akan semakin memiliki nilai tambah positif, lebih berdaya guna dan bermanfaat. Sehingga pola perilaku pengguna internet di Indonesia tidak lagi berkesan besar, tetapi kurang produktif.

 

Andika Priyandana – Manajer Pengembangan Bisnis Alawar Entertainment, pemerhati dunia digital.

 

This article powered by eXo Digital Agency. eXo is a digital media agency serving local and international brands ranging from SME (small and medium enterprises) to multinational companies from various industries. We are an all-round agency with tremendous experience in digital activation, social media, search engine marketing, interactive game, web and software development.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.