Gramedia Kids: Mengedepankan Unsur Belajar dan Bermain

shutterstock_174620417Perubahan format bisnis kini sedang terjadi, seiring berkembangnya teknologi digital. Menghadapi perubahan ini, Gramedia sudah melakukan antisipasi sejak awal teknologi digital berkembang. Salah satu peluang usaha yang dikembangkan adalah Gramedia Kids. Lantas, bagaimana strategi yang akan digencarkan untuk menumbuhkan bisnis barunya ini?

Kini, belajar bukan melulu menghadap buku, apalagi buat anak-anak yang masih tumbuh dan berkembang. Saat ini belajar dan memenuhi keingintahuan mereka banyak dilakukan dengan cara yang menyenangkan dan tidak membosankan—misalnya lewat permainan.

Sebagai bekal di masa datang, ilmu pengetahuan, daya kreativitas, dan imajinasi anak perlu diasah terus. Anak-anak pun membutuhkan ruang untuk mengekspresikan diri mereka. Apalagi di era teknologi digital yang terus berkembang, anak-anak perlu juga diperkenalkan berbagai format media sebagai sarana dalam belajar dan memperoleh pengetahuan, tentunya tanpa melupakan kesenangan saat bermain.

Terkait dengan hal itu, Gramedia sebagai salah satu toko buku terbesar di Indonesia, kini memperluas usahamembuat Gramedia Kids. Grup perusahaan ini memilih format lain yang didasarkan pada target dan segmentasi untuk anak-anak, mengingat peluang yang masih sangat luas, dan kesempatan yang kian terbuka. Unsur pendidikan pun menjadi prioritas tujuan, jadi tidak sekadar menjual produk mainan anak-anak.

“Di era digital saat ini, perpindahan dari media cetak ke digital dan elektronik amat kelihatan. Terbentuknya Gramedia Kids adalah untuk mengantisipasi perubahan tersebut. Karena itu, harus masuk melalui multiformat dan tidak hanya format cetak saja,” ujar Y. Priyo Utomo, Retail Business Group Director Gramedia.

Target pasarnya adalah anak-anak berusia 6 sampai 12 tahun, dengan persentase produk70%–80% untuk kelas 1 sampai kelas 3, dan selebihnya menyasar anak-anak kelas 4 sampai kelas 6. Selain bagi anak-anak di tingkat sekolah dasar, Gramedia Kids juga membidik pasar untuk anak-anak yang masih duduk di bangku taman kanak-kanak (TK).

Gramedia Kids berbeda dengan toko mainan anak-anak yang sudah ada sebelumnya. Selain aktivitas yang ditawarkan kepada konsumen anak-anak, produknya pun bermacam-macam, terutama mainan-mainan unik dan menarik, serta buku-buku bacaan dengan gambar-gambar, dan dilengkapi peralatan sekolah lainnya.

Persentase produk buku sekitar 15%–20%, sedangkan sisanya dalam bentuk nonbuku, yang diistilahkan dengan edutoysseperti merakit, mempelajari lie detector, cara membuat lentera, dan bagaimana membuat lampu dapat menyala. Aris Kusnandar, Head of Counter Development Gramedia Group, mengatakan, melalui ragam produk inilah faktor motivasi, kreativitas, dan imajinasi dikembangkan.

Di Gramedia Kids, anak-anak dapat bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain. Oleh karena itu, di sana ada space khusus untuk acara perlombaan, yang bisa dipakai sebagai tempat menampilkan bakat dan performance anak-anak dalam hal-hal tertentu. Para karyawan di lingkungan itu juga akan selalu ikut serta memeriahkan acara secara rutin.

Kini, banyak pengunjung yang mulai tahu keberadaan pupet show pada hari dan waktu-waktu tertentu. Ditambah lagi dengan dibentuknya komunitas dan event yang diadakan untuk anggota Gramedia. Hal itulah yang menjadi diferensiasi kami dari yang lain,” imbuh Aris.

Selain itu, salah satu daya tarik yang digunakan oleh Gramedia Kids untuk memanjakan anak-anak adalah maskot kucing besar. Ide pembuatan maskot itupun datang dari karyawan.

Aris mengatakan, strategi memperluas pasar dan promosi bukan hanya dilakukan melalui aktivitas ATL dan BTL, tetapi juga diperkuatdengan kerja sama. Salah satunya dengan majalah anak-anak, seperti majalah Bobo yang pada periode tertentu membuat aktivitas di tempat ini. Selain itu, Gramedia juga menggandeng beberapa sekolahsehingga dapat memperkuat posisi mereka di hadapan konsumen.

Gramedia Kids kini memiliki dua store, di daerah Cibubur dan Bekasi, yangdibuka pada Oktober 2013 lalu. Setiap store pada dasarnya memiliki konsep ruang yang sama, namun terkait aktivitas yang ditawarkan kepada konsumen akan disesuaikan dengan luas bangunan.

Saat ini jumlah pengunjung store di Bekasi sekitar 750 pengunjung per hari, dan bisa mencapai angka 3.000 di saat akhir pekan. Sementara di Cibubur, karena store lebih kecil, hanya tercatat sekitar 500 pengunjung per hari, dan di akhir pekan jumlahnya hampir sama dengan di Bekasi.

Priyo mengatakan bahwa animo masyarakat cukup positif. Salah satu pelayanan yang diberikan kepada konsumen adalah customer service yang dapat memberikan informasi kepada masyarakat. Ditambah peran serta SPG sebagai penyampai pesan dan menjadi pendengar yang baik, dan bukan sekadar berjualan produk.

Buktinya ada beberapa produk di sini berasal dari masukan konsumen. Sebagai contoh play house, merupakan masukan dari konsumen yang kebanyakan para ibu. Mereka menginginkan adanya tempat bermain yang aman dan nyaman untuk anak-anaknya.

Dukungan dari perusahaan pun cukup besar melihat potensi market yang terus berkembang. Dalam waktu dekat, Gramedia Kids akan membuka store baru di daerah BSD, Bintaro, Karawang, Surabaya, dan Palembang. Kini, Gramedia Kids telah memiliki rekanan mencapai 5070 supplier di luar pameran.

“Secara makro potensi dengan peluang cukup sebanding. Hanya tinggal bagaimana mengambil dan menciptakan kesempatan tersebut, di tengah perekonomian Indonesia yang sedang tumbuh. Untuk itu, kita harus menunjukkan kepada masyarakat luas bahwa Indonesia sangat luar biasa, karena ada tempat untuk belajar, bermain, dan untuk kreativitas,” pungkas Priyo.

Author: Yuni Rahmi

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.