Generasi Muda Islam di Indonesia

Muda, melek teknologi, sadar fashion, dan mengikuti perkembangan dunia. Itulah gambaran generasi muda muslim Indonesia masa kini.

generasi muda islam

Lihat saja ketika ada fashion show busana muslim, event ini selalu dibanjiri oleh muslimah-muslimah muda hijaber yang antusias akan busana muslim dengan desain modis. Mereka pun tak lepas dari teknologi digital dalam segala aktivitasnya.

Generasi muda di Indonesia, khususnya pemeluk Islam dari generasi Y dan Z juga merupakan konsumen yang antusias, dinamis, memiliki keterikatan dan komitmen, kreatif, dan selalu menginginkan hasil terbaik. Patut dicatat pula, generasi muda Islam di Indonesia mengambil porsi demografi sangat besar dari total populasi Indonesia, sehingga pemikiran, pandangan, dan perilaku mereka patut menjadi perhatian bagi siapa pun yang ingin mendapatkan manfaat dan menciptakan simbiosis mutualisme dari mereka.

Generasi adalah kelompok yang terdiri dari individu yang memiliki kesamaan dalam rentang usia dan mengalami peristiwa sejarah penting dalam suatu periode waktu yang sama (Karl Mannheim, The Problems of Generation, 1923).

Secara umum oleh berbagai lembaga, generasi Y (milenial) dikelompokkan dalam tahun kelahiran 1981 sampai 1994 dan generasi Z dikelompokkan dalam tahun kelahiran 1995 sampai 2010. Perpusnas.go.id menulis istilah generasi gawai (gadget) untuk menandai kemunculan generasi milenial. Sebutan yang sebenarnya juga sangat cocok disematkan kepada generasi Z. Alasan utamanya karena gawai sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka.

Generasi milenial pun masih tersegmentasi lagi dan memiliki berbagai sebutan, antara lain google generation, net generation, dan echo boomers. Pada tangan mereka, penggunaan alat komunikasi, media, dan teknologi informasi berupa internet, surel, pesan singkat, IM, Youtube, dan lain sebagainya meningkat sangat pesat. generasi muda islam

Dengan keberadaan teknologi yang semakin personal dan akses pengetahuan yang jauh lebih terbuka dibandingkan generasi pendahulu, mereka semakin menginginkan kebebasan dalam bertindak dan berpikir, senang melakukan kustomisasi dan personalisasi. Generasi Y dan Z muslim di Indonesia, seperti layaknya generasi Y dan Z pada umumnya, sangat mengandalkan kecepatan, hasil yang serba instan, dan komunikasi real-time.

Dalam hal topik obrolan, hasil survei Alvara Research Center (2014) menunjukkan bahwa generasi muda usia 15-24 tahun lebih menyukai topik terkait musik, film, olahraga, dan teknologi. Sedangkan generasi usia 25-34 tahun lebih variatif dalam hal topik pembicaraan, antara lain sosial politik, ekonomi, dan keagamaan.

Khusus berbicara pandangan keagamaan, sebagai generasi muda yang tinggal di negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia dan menganut dasar negara Pancasila, mereka memiliki pandangan keagamaan yang sangat beragam, antara lain ultra liberal, liberal, moderat kiri, moderat kanan, konservatif, dan ultra konservatif. Keberadaan pandangan keagamaan tersebut memunculkan pula wadah-wadah Islam yang beragam untuk mengakomodir curahan pikiran generasi muda Islam Indonesia.

Marketer Memandang Pasar Muslim

Pendidikan yang semakin tinggi, ekonomi yang semakin mapan, dan akses terhadap pengetahuan global yang semakin terbuka tak pelak membuat Islam menjadi budaya populer dan bukan lagi teologi per se yang umum diketahui generasi X dan generasi-generasi terdahulu yang lebih tua.

Kini, semakin mudah menemukan generasi muda dan Islam yang kongkow di gerai-gerai kopi membicarakan isu-isu dalam Islam, misal hijab dengan segala bentuknya. Selain urusan hijab, mereka juga membicarakan isu-isu lain dalam Islam seperti hubungan suami dan istri, film religi, perbankan, dan tentunya kehalalan makanan dan minuman yang mereka konsumsi. Isu-isu yang sebelumnya sangat tabu pun kini sudah mulai berani mereka bicarakan, misal seks dan segala kontroversinya.

Dari obrolan tersebut, bagi para pebisnis dan marketer yang jeli, tentu mengetahui bahwa ada peluang pasar dengan segmentasi muslim yang sangat besar di Indonesia. Sebagaimana layaknya pemasar profesional, tentu mengetahui bahwa besaran segmentasi pasar muslim Indonesia perlu diriset dan dilakukan irisan-irisan yang lebih mendalam sekaligus terukur untuk mendukung kesuksesan eksekusi pemasaran guna menjawab kebutuhan dan masalah konsumen muslim yang sangat beragam, misalnya kewirausahaan, busana, dan kuliner.

Dalam hal kewirausahaan, saat ini sudah ada berbagai komunitas yang menyasar segmentasi muslim yang tertarik dan/atau sudah mendirikan bisnis sendiri. Pada umumnya, segmentasi ini belum memiliki pengetahuan kewirausahaan yang baik, misalnya cara melakukan riset pasar untuk mengetahui kebutuhan konsumen, desain produk sesuai nilai-nilai yang dianut konsumen, komunikasi yang menarik perhatian konsumen, hingga pengelolaan keuangan.

generasi muda islam

Keberadaan komunitas atau lembaga pendidikan yang menyasar segmen muslim sudah menunjukkan langkah awal marketing yang baik. Agar dapat berumur panjang dan memberikan manfaat yang besar bagi para anggota dan simpatisan, tentunya konten pendidikan yang diberikan harus benar-benar memenuhi kebutuhan dan memecahkan masalah mereka.

Sebagai contoh, pengetahuan bahwa segmentasi konsumen dapat dibagi berbasis geografi, demografi, dan psikografi adalah pengetahuan dasar marketing yang wajib diberikan. Dengan basis pengetahuan marketing yang baik, konsumen-konsumen komunitas atau lembaga pendidikan yang mengambil fokus kewirausahaan dapat melihat nilai-nilai konsumen yang mereka cari. Pada akhirnya, mereka mampu merencanakan strategi dan taktik marketing—meski masih level amatir—yang efektif dan efisien.

Berbicara urusan busana, hijab sudah menjadi ciri khas muslimah. Bagi generasi muda Islam di Indonesia, membicarakan hijab tidak bisa sembarangan, khususnya bagi mereka yang sudah mapan, berpendidikan tinggi, dan sadar penampilan. Para muslimah Indonesia saat ini sangat memerhatikan bahan yang digunakan, jahitan, hingga padu padan warna.

Maka, menjadi sangat dipahami jika banyak desainer dan desain baju muslim bermunculan di Indonesia. Kemunculan mereka memberikan efek berganda kepada prospek-prospek bisnis lain yang menyasar generasi muda Islam di Indonesia. Misalnya vlogger tentang cara-cara memakai hijab penuh gaya, memakai kosmetik bagi para pengguna hijab, hingga tutorial padu padan busana muslim agar terlihat cantik dan menarik di muka umum telah tumbuh bak jamur di musim hujan.

Dalam hal kuliner, bisnis-bisnis yang menyasar muslim untuk urusan kuliner juga semakin banyak. Sebagai contoh, di luar logo halal MUI, semakin banyak restoran yang umumnya ditujukan bagi kalangan menengah bawah menuliskan di depan restoran bahwa produk mereka halal dan aman dikonsumsi.

Bagi para pebisnis dan marketer yang jeli, urusan perut konsumen muslim di Indonesia tidak lagi sekadar halal dan haram. Mereka sudah mulai memerhatikan hal-hal simpel seperti cara memasak, bumbu masakan, hingga ragam menu yang tersaji di atas meja makan. Maka, kursus-kursus memasak dengan menu khas negara-negara dengan penduduk mayoritas Islam mulai bermunculan. Selain kursus memasak, menu kuliner yang sebenarnya lebih identik dengan Eropa namun sudah membaur dengan budaya khas negara berpenduduk mayoritas muslim, mulai meraih popularitas di Indonesia, misalnya es krim Turki.

Tiga contoh di atas hanya sekelumit dari potensi bisnis yang menyasar generasi muda Islam di Indonesia. Masih banyak potensi bisnis dan strategi pemasaran yang dapat diterapkan kepada mereka. Kuncinya, ketahui sebaik mungkin masalah, kebutuhan, dan karakteristik mereka. Lalu, susun strategi tajam berbasis pengetahuan tersebut.

Andika Priyandana, dari berbagai sumber

MM.06.2017/W

 

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.