Gen Z Sang Influencer

Artikel saya bulan lalu tentang konsumen tanpa daya beli dan pemetaan demografi Indonesia ternyata menarik banyak sekali respons pembaca, termasuk pertanyaan konteks lain yang terkait. Salah satu yang terbanyak adalah pertanyaan tentang potensi apa lagi yang dimiliki oleh anak-anak dan remaja.

gen z sang influencer

Dalam piramida penduduk Indonesia, tersaji populasi terbesar berdasarkan rentang usia adalah populasi  anak berusia di atas 5 tahun sampai 19 tahun. Mereka dikenal sebagai generasi Z (Gen Z). Populasi mereka hampir 65 juta orang, atau sekitar 30% dari jumlah penduduk Indonesia. Jumlah yang fantastis didapat melalui 3 kelompok dari total 16 kelompok usia. Jika produk Anda mempunyai target market Gen Z, maka berarti Anda sudah melayani 30% penduduk se-Indonesia.

Lalu, bagaimana dengan Anda yang target marketnya bukan Gen Z? Apakah kondisi ini tidak bisa Anda nikmati benefit-nya? Saya beri jawaban: BISA!

Dalam ilmu marketing salah satunya dipelajari consumer behavior, apa yang terjadi dalam benak dan hati seseorang sebelum membeli suatu produk. Kemudian dipelajari juga apa yang terjadi setelahnya. Secara global, rangkaian proses membeli dari seorang konsumen dimulai dari menyadari adanya “masalah” yang berasal dari munculnya kebutuhan atau keinginan. Karena ada masalah, maka otomatis dicari jalan keluar untuk menjawab kebutuhan atau keiginan tersebut, dimulailah mencari berbagai informasi atas solusi masalahnya. Solusi ini yang disebut sebagai produk; dengan banyaknya pilihan produk dan layanan yang sekarang tersedia di pasar, calon konsumen akan melakukan evaluasi dari berbagai opsi yang tersedia. Pilihan terbaik yang dihasilkan dari evaluasi alternatif itu yang kemudian dieksekusi dengan aksi pembelian. Rangkaian prosesnya bisa digambarkan sebagai berikut.

gen z sang influencer

Dari 6 tahap buying process, 3 di antaranya hampir selalu dilakukan konsumen dengan melibatkan pihak lain, yaitu proses Information Search – Evaluation of Alternatives – Purchase Decision. Sering kali pihak lain juga ikut melibatkan dirinya tanpa diminta, terutama orang-orang terdekat dari konsumen. Gen Z yang dibahas pada awal tulisan dapat berperan di sini. Anak-anak dan remaja dalam keluarga bisa berperan sebagai influencer dalam buying process, mereka bisa terlibat sebagai informan dalam information search; memengaruhi proses evaluasi; dan ikut membuat keputusan membeli.

Tentu Anda pernah atau sering mengalami saat makan bersama keluarga, pilihan restoran maupun jenis makanan sering kali mengikuti keinginan anak. Saat ingin pergi berlibur, pilihan tujuan berlibur keluarga sering kali lebih mengutamakan apa yang disukai anak. Demikian juga dalam memilih warna dan jenis saat membeli kendaraan, membeli perlengkapan rumah, peralatan elektronik rumah tangga, bahkan rumah tempat tinggal. Banyak sekali aksi membeli yang jika ditelusuri, keputusannya dipengaruhi oleh anak-anak dan remaja dalam suatu keluarga atau kelompok orang dewasa.

Dengan menyadari bahwa kelompok usia muda adalah influencer yang berpengaruh, walau target market produk Anda bukan ketiga kelompok usia tersebut, saya harap mulai sekarang Anda bersiap diri agar bisa memetik manfaat dari keberadaan Gen Z Sang Influencer.

 

Suherman Widjaja

Dosen dan Trainer Universitas Prasetiya Mulya

Member of American Marketing Association

herman.wid@gmail.com

 

MM.07.2017/W

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.