Marketing.co.id – Perbaikan secara berkesinambungan dari segi produk, servis, dan komunikasi intensif termasuk melalui komunitas dan media sosial, membuat merek Polygon semakin digemari pencinta olahraga sepeda lokal maupun di luar Indonesia.
Industri sepeda nasional dihadapkan pada tantangan dan persaingan yang kian ketat dengan serbuan sepeda impor asal Tiongkok, Taiwan, Malaysia, dan negara lainnya, yang diprediksi angkanya mencapai 4 juta unit per tahun. Padahal kapasitas produksi sepeda dalam negeri sendiri hanya mencapai 2,5 juta unit per tahun.
Di tengah lonjakan sepeda impor dan merek global yang membuat pelaku usaha khawatir lantaran harganya lebih kompetitif, merek asli Indonesia, Polygon, masih bisa menguasai pasar sepeda domestik. Bahkan keberhasilan menaklukkan pasar semakin mengukuhkan Polygon sebagai merek terpopuler di Tanah Air.
Director PT Insera Sena Ronny Liyanto, mengatakan keberhasilan Polygon menjadi merek top lantaran sukses menghadirkan produk sepeda yang cocok dengan postur orang Indonesia dan kondisi medan, baik untuk bersepeda di gunung maupun jalan raya. “Saat ini kami memiliki 150 model dan 350 varian sepeda setiap tahun,” sebutnya.
Beragam model Polygon ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Alhasil, setiap produk yang dirilis mudah diserap pasar. Apalagi, sepeda Polygon dibuat dengan kualitas tinggi, dirakit secara teliti untuk kesempurnaan sebuah sepeda dengan tingkat kenyamanan dan keamanan yang tinggi.
“Sederhananya, kualitas adalah mutlak. Setiap sepeda Polygon telah melalui rangkaian proses produksi dan harus lulus pengujian secara ketat di dalam laboratorium uji kualitas. Misalnya untuk frame harus melalui rangkaian T4 dan T6,” jelas Ronny.
Secara umum, tim desain dan produk yang dipakai Polygon adalah para pengendara sepeda. Pengetahuan mereka tentang material dan desain sepeda dikombinasikan dengan pengalaman yang hanya bisa didapat dari atas sepeda demi pemahaman mendalam untuk menciptakan produk sepeda terbaik.
“Harga yang ditawarkan mulai dari Rp2 juta sampai Rp80 juta, dengan permintaan terbesar di kisaran harga Rp3 juta─Rp7 juta,” sebut Ronny.
Selain kekuatan produk, faktor yang membuat kesadaran merek Polygon tinggi adalah strategi pemasaran yang memberikan added value dan experience. Alhasil, Polygon tidak hanya berjualan sepeda, tapi juga menjual gaya hidup bersepeda serta menjadikan pelanggan sebagai bagian penting dari merek itu sendiri.
“Polygon menggarap sepeda sebagai gaya hidup (lifestyle), bukan sekadar sarana transportasi saja. Ada nilai tambah yang kami berikan, yakni semangat hidup sehat, semangat terhadap lingkungan, dan semangat kebersamaan dalam komunitas sepeda,” jelas Ronny.
Dia menambahkan, komunitas pencinta sepeda ini didekati secara intensif sehingga terjalin hubungan yang baik antara konsumen dengan produk dan merek Polygon. Keberadaan komunitas sangat penting sebab komunitas memberi dorongan besar bagi bisnis, seperti memberikan word of mouth, termasuk feedback bagi perusahaan.
Pemasaran melalui komunitas membuat kegiatan promosi lebih efektif dan efisien karena langsung mengenai sasaran konsumen yang akan dituju. Hal tersebut memberi dampak langsung yang besar terhadap penjualan produk, dengan biaya promosi yang rendah. Sebelumnya Polygon harus bekerja lebih keras untuk mempromosikan produk ke pasar. Tapi sekarang, komunitas yang mempromosikan dengan menciptakan diskusi produk, baik sesama anggota maupun calon pelanggan.
“Polygon memiliki ribuan anggota komunitas di seluruh Indonesia, dan berusaha selalu hadir di setiap acara yang digelar komunitas. Kampanye pemasarannya tidak difokuskan pada produk, tetapi pengalaman bersepedanya yang dijual,” beber dia.
Menurut Ronny, faktor yang tak kalah penting dalam meningkatkan citra merek di benak konsumen adalah menjaga kepuasan dan loyalitas mereka. Upaya ini terus dilakukan Polygon melalui jaringan ritel Rodalink untuk terus berhubungan dan bersentuhan dengan pelanggan.
“Gerai-gerai Rodalink tak hanya menjual sepeda, tapi juga seluruh kebutuhan pesepeda dengan pernak-pernik yang fashionable, mulai dari jersey, kacamata, helm, sepatu, dan banyak lagi. Dari sisi purnajual, pembeli di gerai juga akan mendapat beberapa kali servis gratis.
Segala upaya yang dilakukan Polygon ternyata cukup manjur, terbukti dengan keberhasilan menjadi market leader di segmen sepeda lifestyle dengan market share sekitar 50%. Bahkan secara rutin merek ini sukses meraih Top Brand Award, penghargaan bergengsi bagi merek-merek pilihan terbaik konsumen.
Tak hanya berjaya di Tanah Air, Polygon pun mampu menaklukkan pasar mancanegara, telah dikenal luas di kawasan Asia, dan akan terus melebarkan sayap ke kawasan lain di seluruh dunia. Bagian kesuksesan ini sangat terkait dengan tim desain dan pengembangan secara global, termasuk fasilitas pabrik dan perakitan yang telah memenuhi standar dunia, berada di Asia Tenggara.
“Secara total penjualan sebesar 60% untuk pasar ekspor dan sebesar 40% untuk dalam negeri. Dari seluruh ekspor, sebagai OEM telah didistribusikan ke 60 negara, tapi untuk merek Polygon baru sebatas 30 negara. Ekspor terbesar ke Eropa 60%─70%, Amerika Serikat 10%, Australia 5%, sisanya ke negara lain,” tutur Ronny.
Moh. Agus Mahribi
MM092016/W